Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada akhir perdagangan Selasa (30/12/2025).
IDXChannel - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada akhir perdagangan Selasa (30/12/2025), dengan mencatatkan kenaikan 17 poin atau 0,10 persen ke level Rp16.771 per USD.
Pengamat Pasar Uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, penguatan rupiah ini salah satunya didorong sentimen eksternal yaitu Presiden Rusia Vladimir Putin yang mengatakan Moskow akan merevisi posisi negosiasinya mengenai Ukraina.
"Ketegangan di Timur Tengah juga mendukung sentimen emas batangan setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Senin bahwa AS akan menyerang Iran lagi jika negara itu mencoba membangun kembali program nuklirnya," ujar Ibrahim dalam risetnya.
Di Asia, sentimen risiko semakin diuji setelah China meluncurkan latihan militer dengan tembakan langsung selama sekitar 10 jam di sekitar Taiwan pada Selasa.
Perhatian pasar pada Selasa sore nanti akan tertuju pada rilis risalah rapat kebijakan terbaru Federal Reserve.
Investor akan mencermati detailnya untuk mencari petunjuk tentang bagaimana para pembuat kebijakan menilai tren inflasi, kondisi pasar tenaga kerja, dan jalur yang tepat untuk suku bunga, terutama karena pasar terus memperhitungkan potensi pelonggaran kebijakan moneter pada 2026.
Menurutnya, risalah tersebut dapat memengaruhi arah pasar jangka pendek dalam pekan yang relatif sepi data ekonomi, dengan volume perdagangan diperkirakan tetap rendah karena liburan. Pasar AS akan tutup akhir pekan ini untuk liburan Tahun Baru, yang semakin membatasi partisipasi.
Dari sentimen domestik, sepanjang 2025, perekonomian Indonesia berada dalam situasi yang cukup menantang seiring meningkatnya ketidakpastian global, memanasnya tensi geopolitik, serta dampak dari kebijakan tarif AS.
"Kondisi tersebut sempat menekan kepercayaan pelaku pasar dan memicu kekhawatiran terhadap prospek pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2025," kata Ibrahim.
Perlambatan ini terjadi di tengah penyesuaian aktivitas konsumsi, moderasi ekspor, serta ketidakpastian global yang masih tinggi.Sentimen pasar sempat makin memburuk pada paruh pertama tahun 2025, khususnya setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif resiprokal pada April 2025.
Sejumlah lembaga internasional bahkan memperkirakan risiko perlambatan ekonomi lebih dalam akibat potensi gangguan pada rantai perdagangan global.
Namun, kinerja ekonomi Indonesia terbukti lebih tangguh dari perkiraan. Pencapaian ini menunjukkan ekonomi domestik masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga, serta tumbuhnya aktivitas investasi di Indonesia yang relatif tinggi.
Dia menambahkan, momentum pertumbuhan di atas 5 persen tersebut menjadi bukti ekonomi Indonesia tetap resilien di tengah guncangan geopolitik global serta dinamika perang tarif. Ketahanan ini turut diperkuat oleh bauran kebijakan fiskal dan moneter yang menjaga stabilitas makroekonomi.
"Sekaligus menegaskan keberlanjutan pemulihan ekonomi di tengah ketidakpastian global yang masih membayangi," katanya.
Berdasarkan analisis tersebut, Ibrahim memprediksikan mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan selanjutnya dan berpotensi ditutup melemah dalam rentang Rp16.770-Rp16.800 per USD.
(Dhera Arizona)



