DALAM dinamika komunikasi digital yang semakin berkembang, muncul berbagai istilah baru yang sering digunakan oleh generasi muda, salah satunya adalah "last chat". Bagi sebagian orang, istilah ini mungkin terdengar asing atau hanya dipahami secara harfiah.
Namun, last chat artinya jauh lebih dalam daripada sekadar terjemahan bahasanya, terutama ketika dikaitkan dengan konteks hubungan asmara, pertemanan, atau interaksi di media sosial seperti WhatsApp, Instagram, dan Telegram.
Secara harfiah, "last chat" berasal dari bahasa Inggris yang berarti "pesan terakhir". Namun, dalam penggunaan bahasa gaul atau slang di Indonesia, istilah ini sering kali merujuk pada pesan terakhir yang dikirimkan seseorang sebelum terjadinya pemutusan komunikasi, fenomena ghosting, atau sekadar pesan penutup yang tidak berbalas dalam waktu yang lama. Artikel ini akan mengupas tuntas makna, konteks penggunaan, serta dampak psikologis dari fenomena last chat.
Definisi Last Chat: Harfiah vs KontekstualUntuk memahami istilah ini secara menyeluruh, kita perlu melihatnya dari dua sudut pandang berbeda:
1. Arti Secara Bahasa (Harfiah)Jika diterjemahkan secara langsung, last berarti "terakhir" dan chat berarti "obrolan" atau "pesan". Jadi, secara teknis, last chat adalah pesan paling baru atau paling akhir yang muncul di riwayat percakapan Anda dengan seseorang. Dalam fitur aplikasi pesan instan seperti WhatsApp, last chat biasanya merujuk pada baris percakapan yang terlihat di menu utama sebelum Anda membuka ruang obrolan tersebut.
2. Arti dalam Bahasa Gaul (Slang)Dalam konteks pergaulan anak muda dan hubungan percintaan, arti last chat mengalami pergeseran makna. Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan situasi di mana percakapan berhenti. Ini bisa menjadi indikator status hubungan seseorang. Misalnya, seseorang mungkin berkata, "Coba lihat last chat kamu sama dia," yang bermaksud untuk mengecek siapa yang terakhir mengirim pesan dan bagaimana nada percakapan tersebut berakhir. Seringkali, last chat menjadi tolak ukur gengsi atau ketertarikan seseorang dalam fase pendekatan (PDKT).
Last Chat dalam Dinamika Hubungan AsmaraPenggunaan istilah ini paling sering ditemukan dalam konteks asmara. Berikut adalah beberapa skenario di mana istilah last chat menjadi sangat relevan:
- Indikator Ghosting: Jika Anda mengirim pesan panjang lebar atau bertanya sesuatu yang penting, namun pesan tersebut menjadi "last chat" yang tidak pernah dibalas (hanya dibaca atau bahkan tidak dibaca sama sekali), ini sering dianggap sebagai tanda awal ghosting.
- Pertaruhan Gengsi (The Waiting Game): Dalam fase PDKT, banyak orang enggan menjadi pihak yang memiliki "last chat". Artinya, mereka tidak mau menjadi orang terakhir yang mengirim pesan karena takut terlihat terlalu agresif atau terlalu membutuhkan (needy). Mereka lebih memilih menunggu lawan bicara membalas agar posisi last chat berpindah.
- Momen Perpisahan (Closure): Last chat juga bisa merujuk pada pesan perpisahan. Kalimat-kalimat terakhir yang dikirimkan saat mengakhiri hubungan sering kali di-screenshot dan disimpan sebagai kenangan pahit atau pelajaran, yang kemudian disebut sebagai "last chat" dengan mantan.
Mengapa posisi last chat menjadi begitu penting bagi sebagian orang? Hal ini berkaitan erat dengan psikologi komunikasi digital. Ketika pesan Anda menjadi last chat yang menggantung (tidak dibalas), timbul perasaan ketidakpastian.
Manusia pada dasarnya mencari pola dan penyelesaian (closure). Ketika sebuah percakapan berhenti mendadak tanpa kata penutup yang jelas, otak cenderung terus memikirkannya. Fenomena ini dikenal dengan sebutan Zeigarnik Effect, di mana seseorang cenderung mengingat tugas atau hal yang belum selesai lebih baik daripada yang sudah selesai. Dalam hal ini, chat yang tidak berbalas dianggap sebagai "tugas yang belum selesai".
Contoh Penggunaan Istilah Last ChatAgar lebih memahami bagaimana istilah ini digunakan dalam percakapan sehari-hari, berikut adalah beberapa contoh kalimat yang sering muncul di media sosial:
- "Gue males chat dia lagi, soalnya last chat gue aja cuma di-read doang." (Artinya: Saya enggan mengirim pesan lagi karena pesan terakhir saya hanya dibaca tanpa dibalas).
- "Coba spill last chat lo sama mantan!" (Artinya: Coba tunjukkan pesan terakhir percakapan kamu dengan mantan kekasih).
- "Jangan sampai lo yang pegang last chat kalau dia nggak effort." (Artinya: Jangan menjadi orang terakhir yang mengirim pesan jika dia tidak menunjukkan usaha yang sama).
Menghadapi situasi di mana pesan Anda menjadi last chat yang diabaikan bisa menyakitkan dan membingungkan. Berikut adalah langkah bijak yang bisa Anda lakukan:
- Jangan Spam Chat: Hindari mengirim pesan bertubi-tubi (double text atau triple text) hanya untuk mendapatkan perhatian. Hal ini justru bisa membuat lawan bicara merasa terganggu.
- Berikan Waktu: Pahami bahwa setiap orang memiliki kesibukan. Last chat yang belum dibalas selama beberapa jam bukan berarti mereka membenci Anda.
- Evaluasi Timbal Balik: Jika pesan Anda selalu menjadi last chat dan Anda selalu yang harus memulai percakapan baru, mungkin ini saatnya mengevaluasi apakah hubungan tersebut seimbang atau hanya berjalan satu arah.
- Fokus pada Diri Sendiri: Daripada terus-menerus mengecek ponsel menunggu balasan, alihkan perhatian Anda pada hobi atau pekerjaan yang lebih produktif.
Memahami last chat artinya tidak hanya sekadar tahu terjemahan katanya, melainkan juga memahami etika dan dinamika emosional di baliknya. Dalam era digital, cara kita berkirim pesan menjadi representasi dari hubungan itu sendiri. Baik itu sebagai penanda akhir sebuah hubungan atau sekadar jeda dalam percakapan, penting untuk menyikapinya dengan dewasa dan tidak membiarkan status pesan menentukan harga diri Anda. (Z-4)

/https%3A%2F%2Fcdn-dam.kompas.id%2Fimages%2F2025%2F12%2F09%2F5e5796f87acf5290ae88d2ee395e8e24-WhatsApp_Image_2025_12_09_at_4.39.10_PM.jpeg)


