Pesawat Terbatas, Kinerja Industri Penerbangan Masih Lesu Sepanjang 2025

bisnis.com
4 jam lalu
Cover Berita

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia atau Indonesia National Air Carriers Association (INACA) mengungkapkan bahwa sepanjang tahun ini, industri penerbangan masih kembang kempis untuk bangkit dari situasi pandemi Covid-19. 

Ketua Umum INACA Denon Prawiraatmadja melihat bukan pemulihan yang terjadi, justru adanya kemunduran dalam industri penerbangan Tanah Air sepanjang 2025 akibat keterbatasan jumlah pesawat yang serviceable atau laik terbang. 

Tercermin dari statistik industri transportasi udara nasional, terutama dari sisi maskapai penerbangan berjadwal dan tidak berjadwal (carter) pada 2025 menunjukkan kecenderungan menurun dari 2024 dan masih belum dapat kembali (rebound) seperti kondisi normal sebelum pandemi Covid-19. 

“Berkurangnya jumlah penumpang dan kargo yang diangkut serta berkurangnya jumlah penerbangan dikarenakan jumlah pesawat yang serviceable juga berkurang,” ujarnya melalui keterangan resmi, Selasa (30/12/2025).

googletag.cmd.push(function() { googletag.display("div-gpt-ad-parallax"); });

Sampai dengan Desember 2025, jumlah pesawat yang terdaftar sebanyak 568 unit. Namun, yang serviceable hanya 368 unit dan 200 unit pesawat tidak bisa digunakan karena masih dalam perawatan.

Jumlah tersebut hanya 74% dibanding tahun 2024 yang sebanyak 500 unit, sedangkan jumlah pesawat dalam perawatan meningkat 244% dibanding tahun 2024 yang hanya sebanyak 82 unit.

Baca Juga

  • Ada Momentum Nataru, Industri Penerbangan Belum Pulih Sepenuhnya Pasca-Covid
  • Ada Pendatang Baru, Indonesia Airlines Ramaikan Industri Penerbangan Nasional
  • Pelita Air Ungkap Strategi Tekan Emisi Karbon Industri Penerbangan

Keterbatasan pesawat tersebut berdampak pada berkurangnya jumlah penerbangan. Sampai dengan akhir tahun hanya akan mencapai 440.000 penerbangan atau 88% dari 2019, sementara sampai dengan September jumlah penerbangan domestik sebanyak 359.504 kali atau 72% dibanding tahun 2024.  

Begitu juga jumlah penerbangan internasional sampai September 2025 sebanyak 165.235 kali atau 80% dibandingkan 2024 dan diprediksi sampai dengan tahun 2025 hanya akan mencapai 196.000 penerbangan atau 95%. Jika dibandingkan dengan 2019 (226.870 kali), maka recovery rate penerbangan internasional baru sekitar 87%.

“Hal ini mengakibatkan konektivitas nasional yang ditopang oleh transportasi udara dalam menghubungkan masyarakat dan pengiriman logistik antarpulau menjadi tidak maksimal,” lanjutnya. 

Denon memandang, kondisi tersebut tidak bisa diselesaikan secara parsial dan butuh political will dari pemerintah untuk menyehatkan industri penerbangan secara menyeluruh dalam rangka meningkatkan konektivitas transportasi dan mendorong pertumbuhan perekonomian nasional.

Dalam data yang Denon paparkan, prediksi recovery rate penumpang sampai dengan akhir tahun hanya akan mencapai 77% atau 61,2 juta penumpang dari periode 2019 yang mencapai 79,5 juta penumpang. 

Data statistik penerbangan berjadwal periode Januari—September 2025 pun menunjukkan penumpang domestik berjumlah 46,7 juta penumpang atau 71% dibanding tahun 2024 yang sebanyak 65,8 juta penumpang. 

Berbanding jauh dari jumlah penumpang internasional yang diprediksi akan mencapai 34,7 juta orang atau 93% dari realisasi 2019 yang mencapai 37,3 juta orang. 

Bukan hanya penumpang yang belum ‘sembuh’. Tingkat pemulihan atau recovery rate kargo domestik diprediksi hanya mencapai 90% pada akhir tahun atau sebanyak 541.900 ton dari 2019 yang sebanyak 577.806 ton. 

Sementara pemulihan kargo internasional diprediksi mencapai 77% atau sebanyak 398.000 ton dari 2019 yang sebanyak 516.629 ton. 

Pemerintah pun mengamini bahwa industri penerbangan memang belum sepenuhnya pulih, sekalipun pada masa peak season Nataru 2025/2026. 

PT Angkasa Pura Indonesia (InJourney Airports) melaporkan tingkat pemulihan atau recovery rate jumlah penumpang selama periode 15 Desember 2025 hingga 4 Januari 2026 pun diprediksi sebesar 95% atau mencapai 10,52 juta penumpang. Masih lebih rendah dari 2019 yang tercatat sebanyak 11,07 juta penumpang. 

“Jadi sejujurnya memang hari ini maskapai masih belum [pulih] dibanding 2019,” ujar Direktur Utama InJourney Airports Mohammad Rizal Pahlevi dalam konferensi pers, dikutip pada Kamis (18/12/2025). 


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Jalur Puncak Macet, Polisi Berlakukan One Way
• 18 jam lalumetrotvnews.com
thumb
KPK Ungkap Kendala BPK Hitung Kerugian Negara dalam Kasus Dugaan Korupsi Izin Tambang Rp 2,7 Triliun di Konawe Utara
• 17 jam laluviva.co.id
thumb
Upah minimum dan tantangan pemenuhan hidup layak di DIY
• 12 jam laluantaranews.com
thumb
BMKG Beberkan Fenomena Puting Beliung Lempar Puing Pesawat ke Rumah Warga Bogor
• 11 jam laluokezone.com
thumb
Sambut Tahun Baru! Discovery SCBD Hadirkan 2 Paket Spesial dengan Sajian Musik Gratis
• 1 jam lalurepublika.co.id
Berhasil disimpan.