MOMEN libur akhir tahun yang dinantikan keluarga Indonesia untuk berwisata membawa risiko kesehatan tersendiri. Tingginya mobilitas masyarakat memicu kekhawatiran akan penularan infeksi virus, khususnya campak. Penyakit yang sering dianggap remeh ini nyatanya menyimpan risiko komplikasi berat bagi anak-anak dengan sistem imunitas yang belum sempurna.
Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menunjukkan tren peningkatan kasus yang signifikan. Sepanjang 2024, tercatat lebih dari 3.500 kasus campak. Tren ini berlanjut hingga Agustus 2025 dengan laporan lebih dari 3.400 kasus dan 46 Kejadian Luar Biasa (KLB) di berbagai wilayah Indonesia. Lonjakan serupa juga dilaporkan terjadi di beberapa negara lain, termasuk Amerika Serikat (AS).
Dokter Spesialis Anak RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, dr. Caessar Pronocitro, Sp. A, M.Sc, menjelaskan bahwa campak atau measles adalah infeksi saluran napas yang sangat menular.
Baca juga : Persiapan Matang dan Manajemen Istirahat Jadi Kunci Aman Mudik Libur Akhir Tahun
"Daya tular campak cukup tinggi, mirip dengan covid-19. Seseorang yang terinfeksi dapat menularkan virus selama 4 hari sebelum dan sesudah gejala muncul," ujarnya.
MI/HO--Dokter Spesialis Anak RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, dr. Caessar Pronocitro, Sp. A, M.ScVirus ini menyebar melalui droplets dan mampu bertahan di udara (aerogen) selama dua jam dalam ruang tertutup.
Mengenali Gejala dan Risiko KomplikasiGejala awal campak sering kali menyerupai flu biasa, seperti demam, batuk kering, pilek, lemas, hingga penurunan nafsu makan dan diare. Beberapa hari kemudian, ruam kemerahan akan muncul di area wajah dan leher sebelum menyebar ke seluruh tubuh.
Baca juga : 4 Kecamatan di Cilegon Dinyatakan KLB Campak, Ribuan Anak Disasar Vaksinasi Darurat
Hingga saat ini, belum ada obat antivirus khusus untuk campak. Penanganan medis hanya bersifat suportif untuk meredakan gejala, seperti istirahat cukup, menjaga hidrasi, serta pemberian vitamin A dosis tinggi sesuai rekomendasi dokter guna mencegah keparahan penyakit.
Tanpa penanganan tepat, campak dapat menyerang organ vital dan menyebabkan komplikasi serius, antara lain:
- Pneumonia (Radang Paru): Penyebab utama kematian akibat campak.
- Ensefalitis (Radang Otak): Dapat memicu penurunan kesadaran hingga kejang.
- Diare Berat: Berisiko menyebabkan dehidrasi fatal pada bayi.
- Sepsis: Infeksi sistemik yang menyebar melalui aliran darah.
Mengingat bahayanya, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan jadwal vaksinasi MR (Measles Rubella) dalam tiga dosis: di usia 9 bulan, 15-18 bulan, dan 5-7 tahun.
Satu anak yang tidak divaksinasi dapat mengancam keselamatan bayi di bawah 9 bulan yang belum memiliki kekebalan sendiri.
Kelompok bayi ini hanya bisa terlindungi melalui herd immunity atau kekebalan kelompok yang tercipta jika mayoritas lingkungan sekitarnya sudah divaksinasi.
Bagi orangtua yang memiliki bayi di bawah usia vaksinasi, Caessar menyarankan protokol kesehatan ketat, seperti menggunakan masker saat berinteraksi dengan orang sakit, rajin mencuci tangan, dan menghindari kontak dengan orang bergejala saat bepergian.
"Melengkapi status vaksinasi anak bukan hanya melindungi anggota keluarga sendiri, tetapi juga menjadi langkah nyata dalam menghentikan laju penyebaran virus campak secara nasional," pungkas Caessar. (Z-1)




