Imbas Konflik di Hadramout Yaman, Arab Saudi Membom Kiriman Senjata dari UEA

kumparan.com
8 jam lalu
Cover Berita

Arab Saudi membom kota pelabuhan Mukalla di Yaman pada hari Selasa (30/12) setelah kiriman senjata dari Uni Emirat Arab (UEA) tiba untuk pasukan separatis di negara yang dilanda perang tersebut. Saudi memperingatkan tindakan UEA sebagai hal yang “sangat berbahaya.”

Mengutip Associated Press (AP), pemboman tersebut menyusul ketegangan selama berhari-hari atas gerak maju pasukan separatis yang dikenal sebagai Dewan Transisi Selatan (STC), yang didukung oleh UEA.

Meskipun ada peringatan dari Saudi, STC dan sekutunya mengeluarkan pernyataan yang mendukung kehadiran UEA, bahkan ketika pihak lain yang bersekutu dengan Arab Saudi menuntut pasukan UEA mundur dari Yaman dalam waktu 24 jam.

UEA secara terpisah menyerukan menahan diri sembari membantah tuduhan Riyadh terhadapnya. Mereka tidak menyatakan akan menarik diri dari Yaman sebagaimana yang diminta.

AP melaporkan, konfrontasi ini mengancam akan membuka front baru dalam perang Yaman yang telah berlangsung selama satu dekade. Pasukan komando gabungan 'Koalisi untuk Mendukung Legitimasi di Yaman' pimpinan Arab Saudi yang sebelumnya bersekutu melawan Houthi yang didukung Iran kemungkinan akan saling menyerang di negara termiskin di dunia Arab tersebut.

"Serangan tersebut juga semakin memperburuk hubungan Arab Saudi dan UEA, dua negara bertetangga di Semenanjung Arab yang kian bersaing dalam isu ekonomi dan politik kawasan, terutama di wilayah Laut Merah yang lebih luas," lapornya.

Operasi Udara Terbatas

Sementara itu, mengutip media Saudi, Saudi Gazette, komando pasukan gabungan koalisi pimpinan Saudi menyatakan bahwa mereka telah melakukan operasi udara terbatas yang menargetkan senjata dan kendaraan tempur yang dibongkar di pelabuhan Mukalla.

Serangan dilakukan setelah dua kapal memasuki pelabuhan tersebut tanpa izin untuk mendukung pasukan Dewan Transisi Selatan (STC) di Yaman timur.

Juru bicara koalisi, Kolonel Turki Al-Maliki, menyatakan bahwa kedua kapal tersebut tiba pada hari Sabtu dan Minggu, 27–28 Desember 2025, dari Pelabuhan Fujairah UEA tanpa mendapatkan izin resmi dari Komando Pasukan Gabungan koalisi.

Ia menambahkan bahwa para kru kapal menonaktifkan sistem pelacakan kapal sebelum membongkar sejumlah besar senjata dan kendaraan militer.

Al-Maliki mengatakan bahwa pengiriman tersebut dimaksudkan untuk memicu konflik di kegubernuran Yaman timur, yakni Hadramout dan Al-Mahra.

Hal itu, ungkap A-Maliki, merupakan pelanggaran nyata terhadap upaya de-eskalasi dan pelanggaran terhadap Resolusi Dewan Keamanan PBB 2216 (2015).

"Bertindak atas permintaan dari Ketua Dewan Kepemimpinan Kepresidenan Yaman untuk mengambil semua langkah yang diperlukan guna melindungi warga sipil di Hadramout dan Al-Mahra, angkatan udara koalisi melakukan operasi presisi yang terbatas pada Selasa dini hari, dengan menargetkan senjata dan kendaraan tersebut setelah dibongkar di pelabuhan Mukalla," ujar Al-Maliki.

Al-Maliki menegaskan kembali komitmen koalisi untuk mengurangi eskalasi dan menegakkan ketenangan di Hadramout dan Al-Mahra.

Koalisi juga akan mencegah pengiriman dukungan militer apa pun oleh negara mana pun kepada faksi-faksi Yaman tanpa koordinasi dengan pemerintah sah Yaman dan pihak koalisi, demi mendukung upaya memulihkan keamanan dan stabilitas serta mencegah meluasnya konflik.

Pihak koalisi mengkonfirmasi bahwa serangan tersebut tidak mengakibatkan korban jiwa manusia atau kerusakan kolateral, tidak ada infrastruktur atau fasilitas di Pelabuhan Al-Mukalla yang terdampak oleh operasi tersebut.

Kemlu Arab Saudi juga mengeluarkan pernyataan terbuka yang berisi kekecewaan atas langkah UEA di Yaman.

Kemlu UEA Membantah

Sementara itu, mengutip AP, Kementerian Luar Negeri UEA beberapa jam kemudian membantah telah mengirimkan senjata, namun mengakui bahwa mereka mengirimkan kendaraan untuk digunakan oleh pasukan UEA yang beroperasi di Yaman.

"Uni Emirat Arab menyatakan keprihatinan terkait pernyataan yang dikeluarkan oleh Kerajaan Arab Saudi dan ketidakakuratan mendasar yang terkandung di dalamnya mengenai peran UEA dalam perkembangan yang sedang berlangsung di Republik Yaman," ujar Kemlu UEA.

Sikap Indonesia

Pada 27 Desember lalu, Indonesia lewat Kemlu merilis pernyataan soal situasi di Hadramout dan Al-Mahra. Hadramout adalah wilayah terbesar di Yaman yang kaya minyak.

Bagi Indonesia, stabilitas di Hadramout sangat krusial mengingat wilayah ini, khususnya Kota Tarim, merupakan pusat pendidikan agama bagi ribuan pelajar asal Tanah Air yang hingga kini masih menuntut ilmu di sana.

"Indonesia menyerukan kepada semua pihak untuk menahan diri, menghentikan eskalasi, serta menghindari tindakan sepihak yang dapat mengganggu stabilitas," ujar Kemlu RI.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Kecelakaan Mobil Ditumpangi Sekeluarga Hantam Pohon di Jombang, 3 Orang Terluka
• 17 jam lalurctiplus.com
thumb
Deretan Curhat Gubernur Mualem depan Menkeu hingga Menteri PU, Singgung Jembatan Darurat Berbayar
• 4 jam lalukompas.tv
thumb
Miliarder dan Nenek Penyapu Jalan
• 16 jam laluerabaru.net
thumb
Banjir Ancam Produksi Garam Aceh, Tambak di Delapan Kabupaten Rusak
• 8 jam lalusuara.com
thumb
Akhir Tahun 2025, Jumlah Aktivasi Akun Coretax Tembus 10,22 Juta
• 11 jam laluwartaekonomi.co.id
Berhasil disimpan.