Kisah Inspiratif: Surat dari Burung Walet

erabaru.net
2 jam lalu
Cover Berita

EtIndonesia. Di Kota Wenchang, Provinsi Hainan, tinggal seorang gadis kecil bernama Xiao Ju. Di bawah atap rumahnya bersarang dua ekor burung walet yang lucu. Setiap hari, keduanya terbang masuk dan keluar, dan Xiao Ju sangat menyukainya. Namun, walet-walet itu hanya datang setiap bulan November dan akan terbang pergi lagi pada bulan Maret tahun berikutnya. Artinya, lebih dari setengah tahun, Xiao Ju tak bisa melihat mereka.

Setelah menunggu berbulan-bulan dengan penuh kerinduan, suatu hari Xiao Ju tiba-tiba mendengar kicauan yang sangat familiar. Hatinya langsung berbunga-bunga. Dia berlari kecil ke bawah atap rumah dan mendongak—dua ekor walet itu berdiri berdampingan di tepi sarangnya, memiringkan kepala, seolah sedang menatapnya.

Dengan gembira, Xiao Ju mengambil makanan untuk memberi mereka makan. Saat itulah dia mendapati sesuatu yang aneh: di kaki salah satu walet, ada sepotong kecil kertas yang ditempel dengan selotip bening.

Dia mengambil kertas itu dan membacanya.

 Tertulis: “Halo, namaku Wu Yong, usiaku 16 tahun, aku tinggal di Kota Baishan, Provinsi Jilin. Dua ekor walet di rumahku ini setiap tahun datang pada bulan April dan terbang pergi saat angin musim gugur tiba di bulan Oktober. Setelah meninggalkan rumahku, apakah mereka tinggal di rumahmu? Aku sangat menyukai dua ekor walet ini dan berharap bisa berteman denganmu.”

Di bawah tulisan itu, tertera sebuah alamat.

Xiao Ju segera membuka peta.  Astaga—ternyata Baishan di Jilin dan Wenchang di Hainan berjarak lebih dari 4.000 kilometer!

Setiap tahun, dua ekor walet itu terbang dari sini ke Jilin untuk menetap, lalu kembali lagi saat musim gugur—perjalanan pulang-pergi hampir 10.000 kilometer. Betapa luar biasa perjalanan hidup mereka!

Xiao Ju segera membalas surat Wu Yong dan di akhir surat, dia menuliskan nomor telepon rumahnya.

Seminggu kemudian, Xiao Ju menerima sebuah panggilan telepon. Dari seberang terdengar suara yang agak malu-malu : “Halo, apakah ini Xiao Ju? Aku Wu Yong.”

Begitu mendengar namanya, Xiao Ju sangat gembira. Dua anak itu mengobrol dengan akrab di telepon dan sepakat: liburan musim dingin nanti, Wu Yong akan datang ke rumah Xiao Ju untuk melihat burung walet.

Sejak janji itu dibuat, Xiao Ju mulai sibuk. Setiap hari dia membersihkan rumah, membeli banyak camilan dan makanan ringan, menunggu kedatangan Kakak Wu Yong. Namun ayahnya mulai merasa khawatir. Dia menegur Xiao Ju karena terlalu mudah berteman dengan orang asing, apalagi sampai mengundangnya ke rumah.

Xiao Ju tidak terlalu memedulikannya. Dia bersumpah dengan yakin bahwa Wu Yong pasti bukan orang jahat.

Tak lama kemudian, liburan musim dingin tiba—tetapi Wu Yong tak kunjung muncul.

Ayahnya berkata :  “Gadis kecil bodoh, lihat kan? Ayah sudah bilang, orang asing itu tak bisa dipercaya. Dia bicara asal, kamu malah menganggapnya sungguh-sungguh.”

Xiao Ju tak senang mendengarnya. Dia ingin mencari kejelasan. Dia segera menelepon kembali nomor yang pernah dipakai Wu Yong—namun ternyata itu telepon umum.

Ayahnya pun berkata dengan nada serius: “Xiao Ju, ini membuktikan bahwa kamu tak seharusnya sembarangan memberikan alamat rumah kepada orang asing. Identitasnya tak jelas. Untung saja dia tidak datang. Kalau datang, siapa tahu apa niatnya?”

Xiao Ju sangat sedih. Dia ingin membantah, tetapi hatinya sendiri pun mulai ragu.

Hari demi hari berlalu. Wu Yong tak kunjung datang. Di tengah suara petasan, Tahun Baru Imlek tiba. Setelah perayaan berlalu, liburan musim dingin pun hampir berakhir. Xiao Ju menghela napas panjang—tampaknya Kakak Wu Yong hanya menghiburnya dengan janji kosong.

Transportasi sekarang begitu mudah. Kalau Wu Yong benar-benar ingin datang ke Hainan melihat burung walet, entah naik pesawat atau kereta, seharusnya dia sudah lama tiba. Tak mungkin sampai sekarang masih tak terlihat bayangannya.

Suatu hari, Xiao Ju sedang termenung memandangi dua ekor walet, tiba-tiba seseorang berkata: “Halo, apakah kamu Xiao Ju?”

Dia menoleh dan melihat seorang anak laki-laki bertubuh kurus, berusia sekitar 16–17 tahun, memanggul ransel besar.

“Aku Xiao Ju. Maaf, kamu siapa?” tanyanya.

Anak itu tersenyum :  “Aku Wu Yong. Xiao Ju, apa kamu lupa janji kita? Aku bilang akan datang melihat burung walet.”

Xiao Ju tertegun cukup lama, lalu berkata gugup :  “Kak… Kak Wu Yong, selamat… selamat datang!”

Ayah Xiao Ju keluar dari rumah, mengamati Wu Yong. Melihat bahwa dia hanya seorang pelajar biasa, ayah pun merasa lega dan mempersilakannya masuk.

Saat makan, Xiao Ju tak bisa menahan diri untuk bertanya mengapa Wu Yong baru datang sekarang.

Wu Yong tertawa: “Sebenarnya aku berangkat begitu liburan dimulai.”

Xiao Ju dan ayahnya sama-sama heran. Jika berangkat sejak awal liburan, bagaimana mungkin butuh hampir sebulan untuk sampai ke Hainan?

Wu Yong tersenyum lagi:  “Karena cara perjalananku… agak khusus.”

Dia mengeluarkan sebuah papan kecil dari ranselnya. Di atas papan itu tertulis:

“Para sopir yang baik hati, saya berasal dari Kota Baishan, Provinsi Jilin, dan ingin pergi ke Kota Wenchang, Pulau Hainan. Dua ekor burung walet di rumah saya pergi ke sana untuk melewati musim dingin. Saya ingin menjenguk mereka. Jika berkenan, mohon tumpangkan saya. Setiap satu kilometer yang Anda antar, saya semakin dekat satu kilometer kepada mereka.”

Ternyata, Wu Yong—yang sebentar lagi akan dewasa—ingin menghadiahkan sebuah upacara kedewasaan yang istimewa untuk dirinya sendiri. Karena kondisi keluarga yang sederhana, dia jarang memiliki kesempatan bepergian jauh. Maka dia merancang perjalanan yang tak biasa: berangkat dari Jilin, menuju selatan, menembus dinginnya wilayah utara, melintasi Sungai Yangtze dan Sungai Kuning, menyeberangi Selat Qiongzhou, merayakan Tahun Baru di perjalanan, dan setelah hampir sebulan, akhirnya tiba di Pulau Hainan yang hangat.

Wu Yong berkata: “Sepanjang perjalanan, aku mendapat banyak bantuan dari orang-orang baik. Mereka menunjukkan jalan, memberiku bekal dan buah-buahan. Pernah suatu kali aku jatuh dan kakiku terluka, seorang kakek mendorongku dengan gerobak kayu sejauh 10 kilometer.”

“Aku tidak membawa kamera, jadi tak bisa memotret mereka. Tapi aku menggambar wajah mereka. Lihatlah.”

Dia mengeluarkan sebuah buku gambar. Di dalamnya ada setumpuk potret—gambar-gambar itu tak sempurna, beberapa bahkan kotor dan robek. Namun jelas terlihat, setiap gambar dibuat dengan sepenuh hati, dan setiap gambar menyimpan sebuah cerita.

Ayah Xiao Ju terdiam lama. Dia menepuk bahu Wu Yong dan berkata dengan sungguh-sungguh:
“Selamat. Ini benar-benar upacara kedewasaan yang luar biasa. Dunia anak muda seharusnya tidak hanya sebatas sekolah. Di luar sana ada banyak hal yang tak bisa dipelajari dari buku.”

Dia lalu menoleh ke Xiao Ju :  “Kamu berasal dari suku Li. Menurut adat leluhur kita, tahun ini kamu berusia 13 tahun dan juga seharusnya menjalani upacara kedewasaan. Apakah kamu sudah punya rencana?”

Dari luar jendela terdengar kicauan burung walet. 

Xiao Ju tersenyum pada Wu Yong dan berkata : “Musim semi akan segera tiba. Burung walet akan terbang kembali ke Jilin. Ayah, kalau aku bilang ingin pergi melihat rumah burung walet di Jilin, apakah Ayah akan melarangku?”

Ayah bertanya: “Pergi sejauh itu? Perjalanannya pasti sangat melelahkan.”

Xiao Ju menunjuk dua ekor walet di luar jendela dan berkata mantap : “Ke mana burung walet kecil bisa terbang, aku juga pasti bisa sampai.”

Ayahnya tertawa:  “Ayah akan menemanimu! Kita lihat, apakah kisah di sepanjang jalan nanti bisa seindah kisah Wu Yong.”

Xiao Ju sangat gembira. Dia dan Wu Yong mengaitkan jari kelingking di bawah sarang burung walet, berjanji akan bertemu lagi di Jilin.

Ayah Xiao Ju memandang mata kedua anak itu yang penuh harapan, lalu berujar dalam hati: “Betapa indahnya masa muda.” (jhn/yn)


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Kapolri Minta Anak Buah Tak Baper Sikapi Istilah 'No Viral No Justice'
• 10 jam lalurctiplus.com
thumb
Harga Emas Antam Stagnan Rp 2,5 Juta per Gram, Galeri24 Turun Jadi Rp 2,54 Juta
• 10 jam lalukumparan.com
thumb
Kaleidoskop Kriminal 2025: Penembakan Bos Rental Mobil oleh Oknum TNI di Tol Jakarta-Merak
• 2 jam lalumetrotvnews.com
thumb
Asik Nih! Transjakarta, MRT dan LRT Jakarta Gratis Selama 2 Hari
• 7 jam lalumerahputih.com
thumb
Angka Mencengangkan 2025! Kapolda Metro Jaya Ungkap Kecelakaan Maut hingga Serbuan Kejahatan Siber
• 6 jam laludisway.id
Berhasil disimpan.