Kaleidoskop 2025: Rapor Saham Emiten Unggas, dari JPFA, CPIN, AYAM, Hingga SIPD

bisnis.com
1 jam lalu
Cover Berita

Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja saham emiten unggas sepanjang 2025 ditutup bervariasi. Di akhir perdagangan 2025, saham JPFA tercatat meningkat 35,05% sepanjang tahun berjalan (year-to-date/YtD) di saat CPIN justru terkoreksi 5,25% YtD.

Berdasarkan penutupan pasar Selasa (30/12/2025), saham PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) berada di level Rp2.620. Dari sisi valuasi, PE rasio (annualised) berada di level 9,56 kali dengan rasio PBV di 1,81 kali.

Sementara itu, harga saham PT Charoen Pokphand Tbk. (CPIN) mengakhiri perdagangan 2025 di level Rp4.510. Harga tersebut menunjukkan valuasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan JPFA. PE rasio (annualised) CPIN berada di 16,48 kali dengan rasio PBV sebesar 2,32 kali.

Di sisi lain, kapitalisasi pasar CPIN tercatat berada di level Rp73,95 triliun, sedangkan JPFA sebesar Rp30,72 triliun.

googletag.cmd.push(function() { googletag.display("div-gpt-ad-parallax"); });

Untuk kelas emiten unggas di bawah JPFA dan CPIN, ada saham PT Malindo Feedmill Tbk. (MAIN) yang harganya naik 13,07% YtD ke Rp865. Kapitalisasi pasar MAIN sebesar Rp1,93 triliun. Dari sisi sisi valuasi, PE rasio (annualised) MAIN ada di 10,71 kali dengan rasio PBV sebesar 0,74 kali.

Berikutnya, saham PT Widodo Makmur Unggas Tbk. (WMUU) sepanjang 2025 ini melompat 510% YtD ke Rp61. Kapitalisasi pasar WMUU senilai Rp789 miliar. Sejalan dengan kerugian yang diderita perseroan, PE rasio (annualised) WMUU sebesar -8,54 kali dengan PBV rasio 1,01 kali.

Selanjutnya, saham PT Janu Putra Sejahtera Tbk. (AYAM) melesat 224,81% YtD ke Rp432. Kapitalisasi pasar AYAM sebesar Rp1,72 triiun. Sama halnya dengan WMUU, PE rasio AYAM ada di -77,40 dengan PBV sebesar 9,05 kali.

Sementara itu, saham PT Sreeya Sewu Indonesia Tbk. (SIPD) tumbuh 36,36% YtD ke Rp1.125. Kapitalisasi pasarnya mencapai Rp2,06 triliun. Menilik valuasinya, PE rasio (annualised) SIPD ada di level 305,46 kali dengan PBV rasio sebesar 1,71 kali.

Sebagai informasi, PE rasio atau price to earnings ratio dan PBV atau price to book value (PBV) biasanya digunakan untuk mengukur valuasi harga saham emiten dibandingkan dengan kinerja fundamental keuangan mereka.

PE rasio dihitung dengan membagi harga saham dengan laba per saham (EPS/earning per share). EPS ini dapat dihitung dengan membagi laba bersih perseroan dengan jumlah saham beredar.

Baca Juga : Di Balik Kebangkitan Saham Bumi Resources (BUMI), dari Level Cepek Hingga Jadi Buruan Asing

Sementara itu, PBV rasio dihitung dengan membagi harga saham dengan nilai buku per saham. Nilai buku per saham dapat dihitung dengan membagi total ekuitas dengan jumlah saham beredar.

Sederhananya, PE dan PBV yang melonjak tinggi menunjukkan bahwa saham mendapat apresiasi pasar atas proyeksinya ke depan. Sebaliknya, apabila kedua indikator tersebut angkanya kecil, bisa jadi secara valuasi harga saham ada di bawah nilai kewajaran, atau justru bisa karena kinerja fundamentalnya sedang turun karena faktor pembaginya mengecil.

Net Buy Asing Emiten Unggas

Bila membedah riwayat orderbook investor asing pada saham emiten unggas, sepanjang 2025 ini CPIN mencatat net buy asing (all market) sebesar Rp338,41 miliar. Kemudian JPFA juga mencatat net buy senilai Rp375,15 miliar dan WMUU sebesar Rp421,93 juta.

Di sisi lain, saham MAIN, SIPD dan AYAM masing-masing mencatat net sell asing sebesar Rp60,37 miliar, Rp83,13 juta, dan Rp2,63 miliar.

Sementara itu, bila membandingkan kinerja bottom line emiten unggas per akhir September 2025, CPIN membukukan pertumbuhan laba bersih 40,99% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp3,36 triliun. Laba bersih JPFA juga naik 15,05% YoY menjadi Rp2,41 triliun.

Berikutnya, laba bersih MAIN terpangkas 62,21% YoY menjadi Rp135,65 miliar, sementara AYAM dan WMUU masing-masing menderita rugi bersih sebesar Rp16,74 miliar dan Rp69,35 miliar.

Malindo Feedmill Tbk. - TradingView
{ "width": "100%", "height": 460, "symbol": "IDX:MAIN", "interval": "D", "timezone": "Asia/Jakarta", "theme": "light", "style": "1", "locale": "id", "withdateranges": true, "allow_symbol_change": false, "hotlist": true, "calendar": false, "support_host": "https://www.tradingview.com", "container_id": "tradingview_1767185878689" }

Tim riset dan analis Henan Putihrai Sekuritas dalam riset bertajuk Indonesia's 2026 Market Outlook: The New Regime mengatakan bahwa emiten unggas sepanjang 2025 sempat melalui fase sulit dengan adanya kelebihan pasokan.

Namun, pada akhir 2025 kondisinya mulai stabil seiring dengan penurunan biaya pakan yang mendorong margin lebih baik.

“Memasuki 2026, kami meyakini bahwa fase terburuk bagi sektor barang kebutuhan pokok (staples) sebagian besar telah berlalu. Arah kebijakan fiskal yang baru dan lebih pro pertumbuhan melalui percepatan belanja pemerintah dan paket stimulus diperkirakan akan berdampak positif terhadap pemulihan permintaan,” tulis riset tersebut, dikutip Rabu (31/12/2025).

Riset tersebut menjabarkan, dengan nilai belanja pemerintah per transaksinya yang relatif kecil, diperkirakan sektor consumer staples, termasuk sektor unggas, akan menjadi salah satu penerima manfaat utama dan paling awal dari kebijakan fiskal pro pertumbuhan tersebut. 

Untuk rekomendasi, di antara saham sektor konsumer non-siklikal yang direkomendasikan, Henan Putihrai Sekuritas memilih JPFA untuk mewakili subsektor unggas. Sisanya, ada CMRY dan FORE.

“Hal ini mengingat kemampuan mereka menangkap pemulihan permintaan konsumen sekaligus menjaga margin. Risiko utama tetap berasal dari pelemahan nilai tukar rupiah yang dapat meningkatkan biaya impor,” tulis riset tersebut.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Menteri Pendidikan Siapkan 3 Skenario Kurikulum Semester Genap 2026 untuk Sumatra-Aceh
• 23 jam lalubisnis.com
thumb
PMI Manufaktur China Tumbuh pada Desember 2025 usai Turun 8 Bulan Beruntun
• 10 jam laluidxchannel.com
thumb
Kementerian PU Mulai Membangun 15 Bendungan Baru Sepanjang 2025
• 10 jam lalukumparan.com
thumb
Pistons Hadapi Lakers di Akhir Tur Tandang, Fokus Perbaiki Pertahanan Usai Dua Kekalahan Beruntun
• 21 jam lalupantau.com
thumb
Rupiah Diramal Loyo Jelang Tutup Tahun Imbas Risalah The Fed
• 12 jam lalukatadata.co.id
Berhasil disimpan.