Jakarta, IDN Times - Ketidakpastian geopolitik global sepanjang 2025 mendorong banyak negara menata ulang strategi luar negerinya, termasuk Indonesia. Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, Jakarta memilih jalur diplomasi yang lebih aktif, dengan memperbanyak pertemuan bilateral dan mengambil posisi dalam isu-isu global utama, mulai dari konflik Gaza, reformasi tata kelola dunia, hingga ekonomi Global South.
Namun, di balik aktivitas tersebut, muncul pertanyaan penting: sejauh mana diplomasi yang agresif ini benar-benar menghasilkan pengaruh strategis, dan bukan sekadar memperluas visibilitas Indonesia di panggung global?





