Yusra Mahendra, warga Jorong Labuah, Nagari Sungai Batang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, mulai bangkit usai menjadi korban banjir-longsor yang menerjang wilayahnya pada November lalu. Meski peristiwa itu sangat membekas karena rumahnya rubuh tak tersisa, disusul neneknya meninggal dunia di pengungsian.
Ia bercerita, saat itu neneknya ketakutan di pengungsian, merasa dihantui oleh banjir. Penyakit jantungnya pun kumat hingga akhirnya mengembuskan napas terakhirnya.
“Kalau keluarga waktu di dalam bencana itu dalam pengungsian meninggal dunia, itu karena jantungan dengan rasa ketakutan yang setiap hari dihantui dengan gelombang air yang sangat tinggi,” ucap Yusra saat ditemui di Nagari Maninjau, Kabupaten Agam, Sumbar pada Rabu (31/12).
“Tiga hari setelah bencana dan tidak ada evakuasi dan tindakan pemerintah untuk bagaimana jalan keluarnya. Kami tetap bertahan di pengungsian,” tambahnya.
Yusra bercerita, saat itu akses jalan banyak terputus, bantuan medis tak kunjung datang. Mereka pun hanya bisa berdoa di sebuah pengungsian kecil dengan 70 orang di dalamnya.
“Jangankan untuk tidur bergeser untuk duduk saja susah,” ucap Yusra.
Kendati bencana yang menimpanya, Yusra kini bertekad untuk membantu seluruh pengungsi lainnya. Ia menjadi seorang relawan yang membantu di pos pengungsian milik DPC PDIP Kabupaten Agam.
“Di samping kita terdampak bencana, kita tetap semangat untuk membantu masyarakat yang ada di sekitar ini,” imbuh Yusra.
“Dengan kesempatan apa pun akan saya lakukan, karena kita harus hidup saling bantu membantu,” tambahnya.
Kini, ia berharap agar sungai di kawasannya cepat dinormalisasi. Yusra berharap, sungai tak kembali mengamuk dan menghancurkan pemukiman warga di sana.
“Bagaimana cara kampung kami ini untuk menormalisasikan air sungai yang selalu mengamuk dan menghantam rumah-rumah warga yang saat ini,” tandasnya.




:strip_icc()/kly-media-production/medias/4973283/original/038814100_1729340771-WhatsApp_Image_2024-10-19_at_16.56.53.jpeg)
