Pendanaan untuk gim buatan pengembang lokal Indonesia masih minim. Padahal, mereka punya segudang strategi untuk menghadapi masa sulit.
Pandemi Covid-19 sempat memompa pasar gim Indonesia. Berdasar laporan "Indonesia Games Market Report 2022" dari Niko Partners, jumlah pemain gim di Indonesia pada 2022 mencapai 116,1 juta. Jumlah ini naik 12,7 juta dari 2021.
Namun, pasar gim Indonesia masih didominasi gim-gim buatan luar negeri. Menurut data dari Toplist, 10 besar gim mobile terpopuler di Indonesia per Agustus 2023 semuanya adalah gim impor.
Pengembang gim lokal punya tantangan besar untuk menembus pasar. Salah satunya adalah minimnya dukungan pendanaan.
Menurut Managing Director di gerai gim digital EGS Gryphus Arcade, Andi Sapta, mayoritas pengembang gim lokal berstatus indie alias independen. Mereka mengembangkan gim dengan modal sendiri atau dari komunitas.
"Kalau untuk pendanaan, mayoritas masih dari kantong sendiri. Ada juga yang dari komunitas, tapi skalanya kecil," kata Andi kepada Tech in Asia.
Pendanaan dari penerbit gim besar juga masih jarang. Menurut Andi, penerbit besar biasanya hanya tertarik dengan gim yang sudah punya track record atau setidaknya sudah rilis dan punya jumlah pemain yang banyak.
Padahal, untuk membuat gim yang berkualitas, dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Menurut Andi, biaya development gim bisa mencapai miliaran rupiah.
"Untuk gim dengan kualitas triple-A, biayanya bisa sampai US$ 10 juta. Tapi untuk gim indie, biasanya di bawah US$ 1 juta," ujarnya.
Namun, pengembang gim lokal punya segudang strategi untuk menghadapi masa sulit. Salah satunya adalah dengan membuat gim-gim sederhana yang tidak membutuhkan biaya besar.
"Banyak pengembang lokal yang membuat gim hyper-casual. Gim jenis ini tidak membutuhkan biaya besar, tapi bisa menghasilkan revenue yang cukup," kata Andi.
Selain itu, pengembang gim lokal juga aktif mengikuti kompetisi dan festival gim. Menurut Andi, kompetisi dan festival gim bisa menjadi ajang untuk mempromosikan gim dan mencari investor.
"Kompetisi dan festival gim juga bisa menjadi ajang untuk belajar dan berjejaring dengan pengembang gim lain," ujarnya.
Pengembang gim lokal juga memanfaatkan platform digital untuk mendistribusikan gim mereka. Menurut Andi, platform digital seperti Steam dan Google Play Store memudahkan pengembang gim untuk menjual gim mereka ke pasar global.
"Dengan platform digital, pengembang gim lokal bisa menjual gim mereka ke seluruh dunia. Ini peluang yang besar," kata Andi.
Meski tantangan besar menghadang, pengembang gim lokal tetap optimistis. Menurut Andi, pasar gim Indonesia masih punya potensi yang besar.
"Pasar gim Indonesia masih tumbuh. Ini peluang bagi pengembang gim lokal untuk berkembang," ujarnya.
Selain itu, pemerintah juga mulai memberikan perhatian kepada industri gim lokal. Menurut Andi, pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) sudah mulai memberikan dukungan kepada pengembang gim lokal.
"Kemenparekraf sudah mulai memberikan pendanaan dan pelatihan kepada pengembang gim lokal. Ini langkah yang baik," kata Andi.
Ke depan, Andi berharap dukungan untuk pengembang gim lokal semakin besar. Menurutnya, dengan dukungan yang tepat, pengembang gim lokal bisa bersaing dengan gim-gim impor.
"Kita punya banyak talenta-talenta berbasis di industri gim. Dengan dukungan yang tepat, saya yakin mereka bisa menghasilkan gim-gim yang berkualitas," ujarnya.