Langit di Desa Soligi, Pulau Obi, Halmahera Selatan, siang itu tampak kelabu. Awan tebal menggantung rendah di atas laut yang bergelombang pelan.
Di tengah udara lembap yang sarat aroma asin, perahu-perahu nelayan mulai menepi satu per satu, membawa hasil tangkapan dari perairan sekitar Pulau Obi.
Di atas papan bambu yang disusun rapi di tepi pantai, hasil tangkapan nelayan yang melimpah ruah yang terdiri dari ikan-ikan segar, seperti kerapu, kakap, baronang, hingga tuna dan cakalang dijejerkan.
Meski langit tampak muram, semangat para nelayan tetap menyala. Dengan tangan cekatan, mereka membersihkan sisik ikan sambil berbagi cerita, lalu menimbang hasil tangkapan untuk dijual ke pasar.
Harga ikan di pasar sekitar Rp 30 ribu per kilogram untuk ikan konsumsi seperti kerapu dan kakap, sementara tuna dijual Rp 20 ribu per kilogram. Namun bagi para nelayan, laut tetap menjadi sahabat setia yang menyediakan rezeki tanpa henti.
Sebagian hasil tangkapan bahkan dibeli Harita Nickel, perusahaan pertambangan dan pengolahan nikel di Pulau Obi, untuk memenuhi kebutuhan bahan makanan karyawan.
Kehidupan nelayan Soligi juga tak lepas dari kebersamaan dan kearifan lokal. Salah satunya adalah tradisi unik menyimpan perahu dengan cara digantung di atas tiang bambu di tepi pantai agar aman dari ombak dan siap dipakai kembali keesokan hari.
Tradisi ini bukan hanya cara praktis menjaga perahu, tetapi juga simbol kesiagaan dan rasa hormat terhadap laut.
Namun kehidupan di pesisir tak selalu mudah. Tantangan cuaca, keterbatasan sarana, dan fluktuasi hasil tangkapan menjadi bagian dari keseharian mereka.
Di tengah kondisi itu, Harita Nickel hadir bukan hanya sebagai pembeli hasil tangkapan, tapi juga sebagai mitra dalam membangun kemandirian dan kesejahteraan masyarakat Soligi.
Melalui berbagai program tanggung jawab sosial (CSR), perusahaan mendukung pengembangan Desa Soligi di berbagai bidang:
Konservasi Mangrove dan Ekosistem Pesisir: Penanaman dan pemeliharaan mangrove bersama masyarakat, yang hingga 2024 telah merehabilitasi lebih dari 23 hektare kawasan pesisir.
PUSTU Soligi: Pemberian layanan kesehatan bagi ibu hamil, bayi, dan balita, dengan tenaga medis yang terdiri dari 9 bidan dan 3 perawat, serta dukungan obat-obatan setiap bulan.
Sentra Usaha Tani Nelayan (SUTAN): Pemberdayaan kapasitas nelayan melalui pembentukan pusat komunitas dan penguatan akses distribusi hasil tangkapan.
Peningkatan Infrastruktur: Pembangunan jembatan penghubung dan fasilitas ibadah sebagai sarana sosial dan ekonomi masyarakat.
Program Ekonomi Lokal (RUTE): Produksi tahu-tempe oleh ibu rumah tangga untuk menjawab kebutuhan lokal dan memperkuat kemandirian ekonomi keluarga.
Pendidikan dan Keterampilan Global: Pelatihan bahasa Mandarin untuk pemuda agar memiliki peluang kerja yang lebih luas di sektor industri.
“Melalui program Sentra Pengolahan Ikan Nelayan atau SUTAN, kami berupaya memberdayakan nelayan di wilayah sekitar operasional seperti di Desa Soligi ini agar memperoleh nilai tambah dari hasil tangkapan mereka," ujar Latif Supriadi selaku Head of External Relations Harita Nickel kepada kumparan.
"Sepanjang 2024, kelompok SUTAN telah menyalurkan 28,5 ton ikan ke vendor katering perusahaan dengan omzet mencapai Rp 784 juta. Program ini juga dilengkapi pendampingan terkait standar kualitas ikan dan manajemen keuangan kelompok sebagai bagian dari komitmen kami mendukung keberlanjutan sektor perikanan,” imbuhnya.
Lewat program-program ini, Harita Nickel berupaya memastikan bahwa pertumbuhan industri di Pulau Obi berjalan seiring dengan keberlanjutan sosial dan lingkungan.
Sementara itu, bagi masyarakat Soligi, laut tetap menjadi sumber kehidupan dan kini, bersama dukungan yang tepat, menjadi jalan menuju kesejahteraan yang lebih berkelanjutan.