Jakarta: Forum tahunan Indotelko kembali digelar dengan tajuk "Implementasi Kolaborasi Percepatan Digitalisasi", menyoroti percepatan transformasi digital sebagai kunci pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan, khususnya di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
Ajang ini juga menegaskan peluang besar Indonesia dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI), mengingat negeri ini kini menempati posisi ketiga pengguna AI terbesar di dunia.
Co-Founder Indotelko Group Setia Gunawan membuka forum dengan menegaskan komitmen industri telekomunikasi dalam mengawal percepatan digitalisasi nasional.
"Pada puncak Hari Bhakti Postel ke-80 lalu, kita telah berikrar untuk mempercepat digitalisasi nasional. Hari ini, kami ingin membedah bagaimana kebijakan dan aksi korporasi bisa mewujudkannya," ujarnya.
Direktur Strategi dan Kebijakan Infrastruktur Digital Kementerian Komunikasi Digital (Komdigi) Denny Setiawan mengungkapkan bahwa pemerintah tengah menyiapkan peta jalan (roadmap) infrastruktur digital yang mencakup jaringan kabel laut, pusat data (data center), fiber optic, serta penguatan jaringan broadband hingga ke pelosok.
Dalam waktu dekat, pemerintah juga akan melelang pita frekuensi 700 MHz dan 2,6 GHz untuk memperluas jaringan 5G hingga desa-desa.
"Kami mendorong open access dan infrastructure sharing, disertai penyederhanaan regulasi agar percepatan digitalisasi bisa segera tercapai," jelas Denny.
Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Sarwoto Atmosutarno menegaskan pentingnya perluasan jaringan 5G sebagai tulang punggung percepatan digitalisasi nasional sekaligus fondasi bagi pengembangan AI dan Internet of Things (IoT).
"Ekonomi digital diproyeksikan berkontribusi 8–10 persen terhadap PDB nasional, dengan nilai lebih dari USD 100 miliar. Namun, jaringan 5G saat ini baru menjangkau wilayah antara Bali dan Jakarta. Diperlukan sekitar 100 ribu kilometer fiber optic untuk menopang konektivitas kota besar dan kawasan industri," ungkapnya.
Ketua Bidang Regulasi Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Syahrial Syarif menyoroti penetrasi internet nasional yang kini mencapai 80,66 persen atau sekitar 229 juta pengguna. Namun, ia menilai akselerasi masih diperlukan untuk mendorong pelaku UMKM agar lebih terhubung dengan ekosistem digital.
Menurut Syahrial, kolaborasi antara penyedia layanan internet (ISP) besar dengan penyedia lokal menjadi krusial. "Sebanyak 88 persen ISP lokal masih melayani area terbatas. Kita perlu membuka akses infrastruktur bersama dengan harga yang adil agar mereka bisa berkembang," ujarnya.
Dari sisi penyedia infrastruktur, Director & Chief IT Services Officer Lintasarta, Ginandjar, menilai bahwa penguatan data center dan layanan cloud adalah elemen vital dalam kedaulatan digital.
"AI memberi peluang luar biasa bagi Indonesia untuk tumbuh cepat, tetapi jika tidak disiapkan dengan benar, kita bisa tertinggal. Kolaborasi lintas sektor menjadi hal yang mutlak," jelasnya.
Ginandjar juga menegaskan komitmen AI Merdeka, inisiatif Lintasarta untuk mengembangkan talenta AI lokal agar pemanfaatan teknologi ini dapat dilakukan secara inklusif dan berkelanjutan.
Industri Telekomunikasi Perkuat Komitmen DigitalisasiPercepatan digitalisasi tidak bisa dilepaskan dari peran operator telekomunikasi. Vice President Corporate Communications & Social Responsibility Telkomsel, Abdullah Fahmi, menegaskan bahwa perusahaan akan terus memperkuat jaringan dan inovasi teknologi, termasuk pemanfaatan AI dalam sistem autonomous network serta perluasan jaringan 5G nasional.
Komitmen serupa disampaikan oleh Director & Chief Business Officer Indosat Ooredoo Hutchison, Danny Buldansyah, yang menilai pentingnya sinkronisasi roadmap digital nasional antara pemerintah, operator, dan sektor industri.
"Digitalisasi bukan hanya tentang teknologi, tetapi bagaimana menciptakan dampak sosial dan ekonomi nyata bagi masyarakat," katanya.
Sementara itu, Direktur & Chief Regulatory Officer XLSMART, Merza Fachys, mengumumkan rencana pembangunan 8.000 site baru dan pengembangan layanan digital untuk 175 ribu sekolah, 42 ribu instansi pemerintah, serta 8 ribu fasilitas kesehatan.
"Kami berharap mendapat tambahan spektrum agar layanan internet bisa lebih cepat dan merata," tambahnya.
Dari sisi penyedia infrastruktur global, Head of Government Industry Relation Ericsson Indonesia, Ronni Nurmal, menekankan perlunya roadmap digital yang terarah agar pembangunan infrastruktur tidak berhenti di aspek teknis semata.
"Kita jangan hanya membangun jalan tolnya saja, tapi pikirkan juga pemanfaatan 5G dan AI untuk industri dan produktivitas. Harus ada sinergi antar pemangku kepentingan agar arah pengembangan digital Indonesia benar-benar unggul," ungkap Ronni
Forum Indotelko tahun ini melibatkan perwakilan dari Komdigi, Mastel, APJII, ATSI, Lintasarta, Telkomsel, Indosat Ooredoo Hutchison, XLSMART, dan Ericsson Indonesia.
Acara ini menjadi wadah penting bagi kolaborasi lintas sektor untuk memperkuat transformasi digital nasional serta mempercepat pengembangan teknologi AI dan ekosistem ekonomi digital di seluruh wilayah Indonesia.
(MMI)