JAKARTA - Kebutuhan rempah secara global semakin meningkat seiring fungsinya yang beragam. Maka tak heran bila kebutuhan pasokan juga perlu ditingkatkan.
Untuk itu sekitar tujuh ton pala, fuli, dan cengkih resmi secara perdana diekspor ke negara tetangga. Ekspor ini didukung produksi dari kawasan Perhutanan Sosial yang dikelola Kelompok Tani Hutan (KTH), Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD), dan petani binaan SHV. Peningkatan mutu panen serta perbaikan pascapanen di desa dalam dua tahun terakhir menghasilkan kualitas yang konsisten dan sesuai standar pembeli internasional. Kondisi ini menegaskan bahwa rempah Maluku memiliki potensi besar untuk memperluas penetrasi pasar premium di Asia dan kawasan lainnya.
PT Sinar Hijau Ventures (SHV) resmi melepas ekspor perdana sekitar tujuh ton pala, fuli, dan cengkih dari Kabupaten Seram Bagian Barat ke Vietnam. Pengiriman ini menjadi tonggak penting dalam upaya memperkuat rantai pasok rempah Maluku, membuka akses pasar internasional bagi petani hutan, serta menunjukkan bahwa produk rempah yang dikelola kelompok perhutanan sosial telah siap bersaing di pasar global.
CEO SHV, Dessi Yuliana, menyampaikan bahwa pencapaian ini merupakan bukti kapasitas petani yang semakin kuat. "Ekspor perdana ini memberi ruang lebih besar bagi petani rempah Maluku. Melalui pendampingan panen dan pascapanen, kami memastikan kualitas produk memenuhi standar internasional sehingga pendapatan petani meningkat dan peluang perdagangan jangka panjang dapat terbuka," ujarnya.
Kepala Balai Perhutanan Sosial Ambon, Ojom Somantri, S.Hut., T., M.Sc., menambahkan: "Dengan cara panen dan pascapanen yang benar, kualitas pasti naik, hutan tetap terjaga, dan komoditas mampu menembus pasar ekspor. Ini membuktikan bahwa petani kelompok perhutanan sosial, ketika didampingi dan diberikan akses pasar, dapat maju tanpa merusak hutan."
Sementara itu, Kepala UPTD KPH Seram Bagian Barat, Fence Purimahua, SH., S.Hut., M.Si., menegaskan: "Pengiriman ini menunjukkan hasil kerja bersama yang terukur. Produk rempah dari petani kini siap bersaing di pasar global, dan kami berharap volume ekspor berikutnya semakin besar dengan keterlibatan lebih banyak kelompok perhutanan sosial."
Sejak 2023, SHV sebagai social enterprise bekerja langsung dengan petani kecil dan kelompok perhutanan sosial di Maluku melalui program pendampingan panen, pelatihan pascapanen, penyediaan peralatan, penerapan standar kualitas, serta pembukaan akses pasar. Inisiatif "Rimbawan Market", hasil kolaborasi SHV bersama Yayasan Solidaridad, UN Environment Programme (UNEP), Pemerintah Kanada, Balai Perhutanan Sosial Ambon, Dinas Kehutanan Provinsi Maluku, dan UPTD KPH Seram Bagian Barat, membantu mengatasi hambatan tata niaga desa dan menghadirkan jalur pemasaran langsung yang memberikan nilai ekonomi lebih tinggi bagi masyarakat.
Riska Efriyanti, UNEP-TLGF Project Manager, mengemukanan bahwa Indonesia membutuhkan lebih banyak inisiatif usaha hijau seperti yang dilakukan oleh SHV yang mengedepankan keseimbangan antara konsep bisnis dan lingkungan yang berkelanjutan dengan peningkatan kesejahteraan petani lokal khususnya yang tergabung dalam KUPS melalui komoditas unggulannya. Terlebih rantai pasok rempah SHV ini memberikan kesempatan lebih besar bagi perempuan di Seram Barat untuk terlibat bekerja dan mendapatkan manfaat ekonomi dari usaha ini. UNEP dan Pemerintah Kanada melalui proyek TLGF mendukung penuh bisnis yang berkelanjutan dan berharap SHV bisa menginspirasi lebih banyak pihak untuk mengeksplorasi agroforestri berkelanjutan di Maluku.
Keberhasilan ekspor perdana ini menjadi langkah awal penguatan peran petani hutan dalam rantai nilai rempah Maluku. Peningkatan mutu panen, perbaikan pascapanen, serta optimalisasi potensi rempah lokal terbukti mampu mendorong pertumbuhan ekonomi desa sekaligus menjaga kelestarian hutan.
Sebagai tambahan, SHV menegaskan komitmennya memperkuat pemberdayaan desa melalui pilar ESG. Fokusnya meliputi peningkatan kesejahteraan petani, perlindungan hutan, serta tata kelola yang transparan. Pendekatan ini membangun fondasi usaha hijau yang kuat dan membuka peluang kolaborasi bagi investor atau mitra yang ingin mendukung pengembangan rantai pasok berkelanjutan di Maluku. SHV menempatkan Maluku sebagai sumber rempah berkualitas, beretika, dan dikelola oleh masyarakat secara berkelanjutan.