Ulama Sepuh Jatim Enggan Menemui Gus Yahya dan Gus Ipul, Duh!

jpnn.com • 8 jam yang lalu
Cover Berita

jpnn.com, JAKARTA - Polemik internal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) kembali memasuki babak yang lebih mengkhawatirkan. 

Di tengah memanasnya perseteruan antara Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf dan Sekretaris Jenderal Saifullah Yusuf (Gus Ipul), para ulama sepuh di Jawa Timur yang selama ini menjadi penyangga moral organisasi menunjukkan sikap yang mengejutkan, yaitu enggan menerima kedatangan kedua tokoh tersebut.

BACA JUGA: Dengar Kabar Konflik NU Urusan Tambang, Nahdiyin Jatim: Suatu Perkara Duniawi

Sikap diam para kiai sepuh mulai terbaca ketika Gus Ipul dan Gus Yahya melakukan upaya sowan beruntun ke berbagai pondok pesantren besar di Jawa Timur, termasuk Pondok Pesantren Lirboyo dan Pondok Pesantren Al-Falah Ploso, Kediri. 

Langkah keduanya dinilai sebagai upaya mencari legitimasi di tengah konflik internal yang belum menemukan solusi.

BACA JUGA: Rais Aam Sebut Semua Keputusan PBNU Atas Nama Gus Yahya Tidak Sah

Pada Selasa, 25 November 2025, Gus Ipul lebih dahulu sowan ke Lirboyo sebelum melanjutkan perjalanan ke Al-Falah Ploso untuk menemui KH. Nurul Huda Djazuli (Mbah Dah), salah satu kiai sepuh yang dihormati dalam tradisi keulamaan NU. 

Namun, kunjungan itu tidak membuahkan hasil, karena Mbah Dah tidak berkenan menemui rombongan.

BACA JUGA: Gus Ipul Menyerahkan Masalah Pemakzulan Ketum PBNU kepada Para Ulama

Dua hari berselang, giliran Gus Yahya mencoba melakukan langkah serupa. 

Namun, hasilnya identik dia hanya diterima oleh Gus Kautsar, putra Mbah Dah, tanpa bisa bertemu langsung dengan sang kiai sepuh.

“Tidak ditemui kiai, ketemunya sama Gus Kautsar,” kata narasumber yang enggan diketahui identitasnya, Senin (1/12).

Sikap serempak para kiai sepuh itu mulai dibaca sebagai isyarat keras bahwa mereka tidak ingin terseret dalam konflik kubu-kubuan. 

Lebih jauh, sikap tersebut dipandang oleh beberapa pengamat sebagai alarm bahwa PBNU memerlukan reformasi total dalam tata kelola, etika kepemimpinan, dan mekanisme pengambilan keputusan.

Di tengah situasi yang memanas, dua kubu kini sama-sama mengeklaim keabsahan kepemimpinan mereka. 

Meski Syuriah PBNU telah menyatakan masa jabatan Gus Yahya berakhir pada 26 November 2025, Ketua Umum PBNU itu tetap kukuh menolak mundur dan di sisi lain, Syuriah bersiap menggelar pleno untuk menentukan ketua umum baru.

Pengamat politik Muhammad AS Hikam menyebutkan konflik akan terus berlangsung selama kedua belah pihak merasa memiliki legitimasi struktural masing-masing. 

Menurutnya, kekaburan administratif dan tarik-menarik tafsir kewenangan hanya memperpanjang ketegangan.

"Bagi Rais Aam yang menganggap putusan tersebut sah dan mengikat, setiap upaya dari digdaya akan dianggap sebagai sabotase."

"Sebaliknya, kubu Gus Yahya akan terus berpegang pada keyakinan bahwa otoritas digdaya ada di bawah Sekretariat Jenderal," jelas Hikam dikutip JPNN.com, Senin (1/12).

Di tengah kekisruhan itu, sikap non-kooperatif para ulama sepuh Jatim justru muncul sebagai pesan paling lantang:

Sudah saatnya PBNU kembali melakukan pembenahan menyeluruh agar tidak terjebak dalam politik praktis yang berkepanjangan dan menjauh dari ruh perjuangan para muassis.(mcr8/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!

BACA ARTIKEL LAINNYA... Cak Imin Yakin Nahdiyin Sedih Melihat Konflik Kepemimpinan di PBNU


Redaktur : M. Rasyid Ridha
Reporter : Kenny Kurnia Putra


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Baca juga:

thumb
thumb
thumb
thumb
thumb
Berhasil disimpan.