FAJAR.CO.ID, ACEH — Bencana hidrometeorologi yang menimpa Provinsi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, memunculkan banyak korban jiwa hingga merusak infrastruktur di wilayah tersebut. Bencana tersebut sejauh ini dilaporkan telah mengakibatkan 442 jiwa meninggal dunia.
Jumlah korban meninggal tersebut masih berpotensi mengalami peningkatan. Pasalnya, data pemerintah menyebutkan masih ada ratusan warga yang dilaporkan hilang pada tiga provinsi tersebut.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bahwa korban jiwa yang melanda bencana banjir bandang dan tanah longsor di wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat menelan ratusan korban jiwa.
Kepala BNPB Letjen TNI, Suharyanto, menyampaikan jumlah korban jiwa di Sumatera Utara (Sumut) mencapai 217 orang, sementara 209 orang masih dinyatakan hilang. Ia menyebut, pada proses evakuasi Minggu (30/11), banyak korban ditemukan di wilayah Tapanuli Selatan.
“Korban jiwa untuk Sumut 217 yang meninggal dunia, kemudian 209 yang masih hilang,” ucap Suharyanto dalam konferensi pers daring, Minggu (30/11).
Sementara di wilayah Aceh, total korban meninggal dunia tercatat 96 orang, dengan 75 orang lainnya masih hilang. Suharyanto menjelaskan, korban jiwa tersebut tersebar di 11 kabupaten/kota. Total wilayah terdampak di mencapai 18 kabupaten/kota.
Ia tak memungkiri, kondisi ruas jalan di Aceh saat ini masih memprihatinkan. Sebab, sejumlah ruas jalan di Aceh terputus tidak dapat dilalui.
“Jalur transportasi yang masih putus, Sumatera Utara-Aceh Tamiang putus. Kemudian dari Banda Aceh-Lhokseumawe, Aceh Utara, Aceh Timur, Langsa, Aceh Tamian ini masih putus,” ujarnya.
Sementara itu, di Sumatera Barat (Sumbar) jumlah korban tewas mencapai 129 orang, dan 118 orang lainnya masih dilaporkan hilang. Selain itu, terdapat 16 korban luka-luka.
Suharyanto menekankan, kondisi di Sumatera Barat (Sumbar) kini relatif lebih stabil dibandingkan Aceh dan Sumatera Utara.
“Jadi Sumatera Barat itu dibandingkan Sumatera Utara dan Aceh, sekarang sudah lebih pulih. Apalagi sudah tidak ada hujan ya. OMC dilaksanakan terus menerus,” pungkasnya.
Diketahui, bencana yang terjadi sejak Selasa (25/11) menimbulkan ketidaksanggupan kepala daerah dalam menangani musibah alam tersebut.
Tiga Bupati di Aceh itu yakni, Bupati Aceh Selatan, Aceh Tengah, dan Pidie Jaya menyatakan ketidaksanggupan menangani bencana alam yang menimpa wilayahnya masing-masing.
Ketiga bupati itu mengirimkan surat resmi kepada Pemerintah Provinsi Aceh untuk menyampaikan kondisi tersebut. Sekaligus meminta bantuan dalam menangani bencana.
Mereka mengeluhkan terputusnya akses transportasi pada beberapa lokasi. Hal itu mengakibatkan sulitnya penerimaan bantuan di wilayah tersebut.
“Dengan ini menyatakan ketidaksanggupan dalam rangka penanganan tanggap darurat bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi pada 24 November 2025,” tulis masing-masing Bupati dalam pernyataan teetulis ketidaksanggupan penanganan bencana banjir dan tanah longsor. (fajar)