PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) tengah menggencarkan aksi di akhir 2025. Emiten teknologi informasi itu akan bahkan bersiap menerbitkan obligasi hingga Rp 1 triliun usai rights issue.
Aksi itu disusun di tengah misi perusahaan menggelar aksi Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu I (PMHMETD) atau right issue dengan nilai maksimal Rp 3,2 triliun. Dalam aksi ini, perseroan akan menerbitkan hingga 12,8 miliar saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 250 per saham.
Direktur Utama INET, Muhammad Arif, menjelaskan selain rencana rights issue itu, perusahaan juga menyiapkan penerbitan obligasi pada awal 2026. Saat ini prosesnya sudah berjalan di Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dengan nilai penerbitan mencapai Rp 1 triliun.
“Saat ini sudah dalam proses juga di OJK untuk obligasi sendiri, rencananya sebesar Rp 1 triliun untuk obligasi,” kata Arif dalam paparan publik, Senin (1/12).
Adapun sebelumnya dalam penjelasan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen INET menyebut right issue itu sempat ditunda lantaran belum mendapatkan izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Jadi kita menunggu dari teman-teman OJK untuk mengupdate kembali kepada INET. Dari sisi kita yang pasti tidak ada perubahan planning mengenai rights issue ini. Tidak ada perubahan komitmen juga dari pengendali,” kata Arif.
Sebelumnya manajemen INET menyebut aksi korporasi ini ditujukan untuk pengembangan usaha. Namun, pemegang saham yang tidak menggunakan haknya bakal mengalami dilusi kepemilikan hingga 57,14%.
Pemegang saham pengendali, PT Abadi Kreasi Unggul Nusantara (AKUN) yang menguasai 60,62% saham INET, telah menyatakan dukungan penuh terhadap aksi korporasi ini.
Berdasarkan surat pernyataan tertanggal 19 September 2025, AKUN akan mengeksekusi seluruh haknya senilai Rp 1,78 triliun serta bersedia menjadi pembeli siaga atas saham baru yang tidak terserap pasar hingga maksimal 5,65 miliar saham atau senilai Rp 1,41 triliun. Dengan demikian, total dana yang masuk dari aksi ini bisa mencapai lebih dari Rp3,2 triliun.
Rencana Usai Right IssueManajemen menyampaikan dana hasil rights issue akan digunakan untuk mempercepat ekspansi jaringan Fiber To The Home (FTTH) berkecepatan tinggi berbasis teknologi Wi-Fi 7. Dari total dana sekitar Rp 2,8 triliun akan dialokasikan ke anak usaha PT Garuda Prima Internetindo (GPI) untuk menambah 2 juta pelanggan baru di Bali dan Lombok.
Selain itu, INET juga akan menyalurkan Rp 213,44 miliar ke PT Pusat Fiber Indonesia (PFI) untuk melunasi biaya sewa jaringan kabel bawah laut (IRU) ke PT Jejaring Mitra Persada (JMP).
Lalu PT Internet Anak Bangsa (IAB) akan memperoleh Rp135 miliar untuk modal kerja pembangunan jaringan FTTH di Pulau Jawa. Sisanya digunakan untuk pengembangan layanan, pembelian perangkat, pemasaran, pelatihan, serta biaya overhead lainnya.