Pandangan Warganet perihal Wisata Akhir Tahun

kompas.id
1 hari lalu
Cover Berita

Selain hari raya Natal, akhir tahun juga identik dengan liburan akhir tahun. Pada masa jelang pergantian tahun kali ini, Bali, Yogyakarta, dan Bandung menjadi topik bahasan tertinggi di media sosial sebagai tempat rujukan destinasi wisata.

Hal tersebut tertangkap dari hasil pantauan dan analisis percakapan media sosial yang dilakukan Litbang Kompas seputar tujuan wisata domestik libur akhir tahun 2025. Hasilnya, Provinsi Bali merupakan destinasi yang secara volume konten media sosial dan parameter interaksi paling tinggi angkanya. Diikuti Provinsi DI Yogyakarta di urutan kedua, dan berikutnya disusul Kota Bandung.

Tiga destinasi favorit tersebut juga muncul pada hasil survei yang dirilis oleh Populix dengan tajuk ”Understanding the 2024 Year-End Holidays”. Yogyakarta bertengger di posisi puncak yang dipilih sekitar 33 persen responden. Posisi kedua ditempati Bali yang akan dikunjungi sekitar 23 persen responden. Terpaut sedikit dengan Bali, terdapat 22 persen responden lainnya yang  memilih Kota Bandung untuk menghabiskan libur akhir tahunnya.

Khusus untuk Bali, memang kunjungan wisatawan domestik ke Pulau Dewata itu kian meningkat setiap tahun seusai pandemi Covid-19. Badan Pusat Statistik Provinsi Bali melaporkan, sepanjang tahun 2024 tercatat 10,1 juta pengunjung berwisata ke Bali. Angka tersebut naik dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 9,9 juta pengunjung. Pertumbuhan positif jumlah wisatawan mengindikasikan bahwa Pulau Bali masih menjadi magnet kuat yang menarik kedatangan pelancong.

Baca JugaBelasan Destinasi Wisata di Kawasan Rawan Longsor, Pemda DIY Perkuat Mitigasi Bencana

Kembali pada hasil analisis Litbang Kompas, impresi warganet terhadap Bali sebagai destinasi wisata didominasi dengan kesan positif. Sentimen positif mencapai 51 persen, kemudian netral 46 persen, dan negatif hanya 3 persen.

Temuan tersebut diperoleh dari hasil analisis terhadap 17.703 data percakapan di media sosial yang dihimpun dari Instagram, Tiktok, Facebook, Youtube, serta X. Penarikan data dilakukan melalui Kompas Monitoring pada periode 27 Oktober-26 November dengan menyematkan kata kunci 15 destinasi populer, seperti Bali, Yogyakarta, Solo, Bandung, Raja Ampat, dan Labuan Bajo.

Dari beragam ungkapan warganet, poin yang perlu menjadi perhatian adalah ujaran apa saja yang bernuansa positif, dan sebaliknya yang bermuatan negatif. Hal tersebut bisa menjadi cerminan wajah pariwisata Bali di mata warganet atau masyarakat Indonesia secara umum. Komentar positif bisa dijadikan sebagai bentuk apresiasi, sedangkan yang negatif menjadi acuan untuk berbenah.

Animo wisata Bali

Salah satu jenis wisata Bali yang digemari masyarakat adalah suasana damai dan asri di desa wisata. Destinasi wisata ini menjadi semacam pelarian bagi warga perkotaan yang merasa sumpek dengan kemacetan, keramaian, serta kepadatan aktivitas sehari-hari.

Salah satunya adalah kawasan Ubud yang menjadi salah satu destinasi favorit untuk menikmati slow living. Wisatawan bisa menikmati pengalaman tinggal dengan suasana perdesaan, tetapi dengan kemudahan akses jalan utama. Ubud yang berada di ruas jalan yang menghubungkan Denpasar dengan dataran tinggi Kintamani membuatnya strategis dan mudah diakses.

Baca JugaWisata Edukasi di Marine Safari Bali

Beberapa rumah retret dan studio yoga juga tersedia di area Ubud. Mereka menawarkan kesempatan untuk relaksasi serta melepaskan kepenatan yang menumpuk. Udara yang relatif masih segar dengan rerimbunan pepohonan menambah kesan asri serta menyegarkan jiwa dan raga.

Daya tarik lainnya dari Pulau Bali adalah wisata alamnya, mulai dari pantai hingga gunung, pemandangan danau, serta air terjun di dataran tinggi. Keindahan pemandangan alam menjadi daya pikat untuk menarik kehadiran para pengunjung. Misalnya, Danau Beratan atau yang lebih populer dikenal sebagai Danau Bedugul. Di sana terdapat bangunan pura ikonik, seolah pura mengapung di danau tersebut.

Area pantai juga menawarkan pemandangan yang tak kalah indah dan pengalaman yang unik. Biasanya, pantai di selatan Bali menjadi destinasi rujukan dan bisa dibilang wisata mainstream. Namun,  ada pula destinasi di wilayah pantai utara Bali yang menarik dikunjungi. Salah satunya adalah Desa Tejakula di Buleleng. Desa Tejakula merupakan sentra produksi garam tradisional yang dikelola masyarakat setempat. Wisatawan tidak hanya mengunjungi pantai, tetapi sekaligus bisa wisata budaya dan berinteraksi dengan warga Desa Tejakula.

Selain obyek wisata, sajian kuliner khas juga menjadi agenda wajib ketika berkunjung ke Bali. Masakan klasik, seperti ayam betutu, menjadi sajian tradisional mencicipi kuliner di Bali. Bahkan, wisatawan non-Muslim juga dapat mencicipi makanan khas berupa sajian nasi campur plus babi guling.

Baca JugaTempat ”Ngopi” Kian Marak di Yogyakarta, Tunjang Destinasi Wisata
Perihal yang dihindari

Keindahan alam, karya seni, kebudayaan, serta kuliner adalah daya tarik yang memikat para pelancong untuk mengunjungi Bali. Daya pikat ini mengundang hadirnya banyak wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, untuk berwisata di sana. Masifnya wisata ini terkadang membuat wisatawan dan juga warga lokal Bali berada dalam kondisi tidak nyaman.

Salah satu yang sempat viral adalah sorotan situasi kemacetan di Canggu. Kemacetan disebabkan peningkatan jumlah kendaraan yang melintas, banyaknya wisatawan yang berkunjung, dan terbatasnya kondisi ruas jalan yang terbilang sempit.

Area Ubud pun saat musim puncak wisata juga mengalami hal serupa. Macet karena volume kendaraan melampaui kapasitas badan jalan. Niat hati menepi untuk mencari sunyi, tetapi justru terjebak kemacetan yang menjadi sajian sehari-hari selayaknya situasi di kota besar.

Selain persoalan lalu lintas, masalah tata kelola penggunaan ruang juga jadi sorotan. Blabar agung atau banjir bandang menerjang Denpasar dan sekitarnya pada September 2025 menjadi bukti menurunnya daya dukung lingkungan di Bali.  

Penyebab blabar agung yang merenggut belasan jiwa itu dipicu kombinasi faktor alam dan kelalaian tata kelola lingkungan. Intensitas hujan tinggi dipadukan dengan kondisi lingkungan yang rusak terakulmulasi menjadi banjir bandang. Pembangunan yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan, alih guna lahan tidak sesuai ketentuan, kurangnya area resapan, serta tidak lancarnya aliran drainase menjadi faktor pendukung bencana tersebut.

Baca JugaHujan Lebat dan Drainase Buruk Picu Banjir di Kota Malang

Perihal lainnya yang menjadi ganjalan bagi pariwisata Bali tahun 2025 adalah viralnya pembangunan lift kaca di Pantai Kelingking, Nusa Penida. Kasus tersebut menyumbang sentimen negatif terhadap tata kelola pariwisata di Bali. Kabar terkini, proyek telah dihentikan karena dianggap melanggar aturan tata ruang, lingkungan, dan perizinan. Gubernur Bali menginstruksikan kepada investor untuk membongkar seluruh bangunan dalam waktu paling lama enam bulan meskipun nilai investasi proyek tersebut relatif besar, mencapai Rp 200 miliar.

Segudang daya pikat pariwisata Bali memang menjadi anugerah bagi Pulau Dewata. Namun, apabila pemerintah dan segenap pengelola wisata tidak mengindahkan kelestarian alam, berkah alam itu justru memicu hadirnya bencana. Bila hal ini terjadi, dalam jangka panjang wisatawan akan enggan mengunjungi Bali.

Hal berikutnya lagi yang membuat calon wisatawan berpikir ulang untuk berwisata ke Bali adalah persoalan harga tiket perjalanan udara. Sebagai gambaran, tiket pulang-pergi penerbangan Jakarta-Bali berkisar Rp 2 juta. Dengan uang yang sama, terbuka pilihan wisata ke luar negeri, misalnya ke Penang atau Kuala Lumpur, Malaysia.

Menurut perspektif warganet menanggapi fenomena tersebut, ada kalanya berwisata ke luar negeri lebih ekonomis dan menarik dibanding wisata domestik. Hal ini harus menjadi perhatian pemerintah sebagai regulator agar wisata domestik tetap menarik dan kompetitif dengan destinasi di sekitar negara kawasan ASEAN.

Baca JugaBali Perlu Matangkan Keragaman Tema Pariwisata

Pada masa liburan jelang akhir tahun ini, pemerintah setidaknya telah menyiapkan sejumlah kebijakan agar arus perjalanan wisata domestik meningkat sehingga turut mendorong perekonomian nasional. Pemerintah melalui Kemenko Bidang Perekonomian pada 25 November 2025 meluncurkan paket kebijakan diskon tiket perjalanan libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026.

Kebijakan tersebut diberlakukan untuk moda transportasi kereta api, angkutan laut, angkutan penyeberangan, dan pesawat udara. Langkah ini diharapkan dapat mendorong peningkatan arus perjalanan ke sejumlah daerah, termasuk ke sejumlah destinasi wisata unggulan di Indonesia.  (LITBANG KOMPAS)


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Gubernur Aceh tegaskan seluruh wilayah bencana sudah bisa dijangkau
• 7 jam laluantaranews.com
thumb
Diskusi Publik RMI Soroti Program Prabowo dari Perspektif Pemenuhan Hak Ekonomi, Sosial & Budaya
• 13 jam lalujpnn.com
thumb
OJK Tetapkan Perlakuan Khusus bagi Debitor Terdampak Bencana Sumatera
• 14 jam lalukompas.id
thumb
Polisi Duga Sopir Mobil MBG Salah Injak Pedal Gas saat Tabrak Siswa SD Cilincing
• 12 jam lalubisnis.com
thumb
Dua Mata Elang Dikeroyok saat Hentikan Pemotor di Kalibata, Satu Tewas
• 6 jam laluliputan6.com
Berhasil disimpan.