Jauh-jauh merantau sendiri dari Lampung ke Jakarta, Pariyem (25) mengadu nasib untuk menafkahi ibunya yang sudah tua. Nahas, niat mulianya itu terhenti saat si jago merah melahap kantornya, gedung Terra Drone di Kemayoran, Jakarta Pusat, pada Selasa (9/12).
Siang itu, Pariyem berada di lantai 5 gedung. Ia tak bisa menyelamatkan diri hingga akhirnya ditemukan tewas di tengah kepulan asap.
Kakaknya dari Lampung pun datang untuk menjemput jasad adik bungsunya, ditemani seorang tetangga dekat bernama Sulaiman.
Sulaiman bercerita, kabar terakhir yang mereka ketahui dari Pariyem berasal dari status WhatsApp-nya. Dari situ, mereka melihat Pariyem sedang menyantap makan siang sesaat sebelum api berkobar.
“Enggak tahunya kejadian kebakaran itu sekitar jam 1 atau jam 2 siang katanya. Saya dari keluarga di Lampung baru dapat kabar sekitar jam setengah 6 sore. Saya langsung luncuran, nyampai sini Subuh. Ya kondisi seperti inilah di sini. Belum ada dari pihak rumah sakit keterangan mau kapan selesainya, mau bawa pulangnya,” ucap Sulaiman saat ditemui di RS Polri, Kramat Jati, Jaktim, Rabu (10/12).
“(Statusnya terakhir) makan. Jam makan siang. Karena ada yang makan siang, ada yang salat. Itu pas jam makan siang,” tambahnya.
Sejak itu, Sulaiman mengatakan Pariyem sudah tidak bisa dihubungi.
Ia bercerita, kurang lebih empat tahun Pariyem bekerja sendiri di Jakarta. Ayahnya sudah tiada. Di sini, ia mencoba menggantikan peran ayahnya untuk menafkahi ibunya yang sudah renta.
“Merantau sendiri,” ucap Sulaiman.
“Iya, tulang punggung keluarga karena bapaknya sudah enggak ada, ibunya sudah tua, sudah enggak bisa jalan jauh,” tambahnya.
Ia menambahkan, ibunya masih belum tahu bahwa anak bungsunya telah tiada. Keluarga khawatir kabar ini dapat memengaruhi kesehatannya.
“Kalau sementara ibunya belum (diberi tahu), karena posisinya masih tua, rentan drop lah. Cuma kalau saudara-saudara lain sudah dikasih informasi semua,” ucap Sulaiman.
Kini, keluarga tak mau menuntut banyak. Bukan menuntut pertanggungjawaban perusahaan, mereka hanya berharap jenazah Pariyem bisa secepatnya dibawa kembali ke Lampung.
“Kalau pihak keluarga itu menuntutnya cuma enggak neko-neko sih, cuma hanya ya pulangin jenazah lah, itu aja. Ya seumpamanya pihak perusahaan mau ngasih santunan, ya saya terima dengan senang hati,” ucap Sulaiman.
Selain itu, keluarga juga meminta agar bantuan dari Gubernur Pramono Anung diberikan juga kepada Pariyem yang bukan warga Jakarta. Sebelumnya, Pramono menyebut Pemprov DKI akan menanggung seluruh biaya penanganan korban.
“Ya saya dengar informasi dari media katanya Pemprov DKI menanggung untuk transportasi ambulans. Cuma kami tolong lah yang dari Lampung ini ya tolong digratiskan lah ambulans untuk Pemprov DKI-nya,” ucap Sulaiman.
Menurutnya, keluarga Pariyem adalah keluarga yang kurang mampu sehingga berat untuk menanggung biaya ambulans dari dompet pribadi.
“Jangan sebelah-belah pihak lah. Karena kami ya orang enggak punya di Lampung. Jadi kami mohon sama Gubernurnya untuk dibantu ambulansnya lah sepenuhnya,” tutupnya.


