Mendagri Tito Karnavian menilai cara pengelola Gedung Terra Drone mengklasifikasikan bangunannya perlu dievaluasi. Sebab, ia menduga, gedung itu diklasifikasikan sebagai gedung dengan risiko rendah, padahal gedung menyimpan baterai dan peralatan perakitan drone yang mudah terbakar.
Jadi, menurut Tito, seharusnya bagian-bagian dari gedung ini punya klasifikasi risiko tinggi.
“Kalau saya lihat ini (gedung Terra), karena digunakan untuk peralatan-peralatan yang mudah terbakar—baterai di lantai 1 untuk drone—itu termasuk risiko tinggi. Tapi karena dianggap risiko rendah, ya di-approve saja tanpa melihat lokasi mungkin,” kata Tito usai meninjau lokasi kebakaran, Rabu (12/10).
Ia juga menyoroti kondisi gedung yang minim alat keselamatan saat kebakaran. Terutama jalur evakuasi atau alat pemadam kebakaran.
“Karena kalau kita lihat, kebakaran ini terjadi di lantai 1 tanpa ada jalur evakuasi. Mungkin ada alat pemadam kebakaran tapi enggak sempat lagi. Saya enggak tahu apakah ada sprinkler di situ untuk memadamkan api. Yang jelas, gedung ini kalau terjadi kebakaran, apalagi di lantai 1, itu sangat berbahaya sekali karena tidak ada jalur evakuasi dan enggak ada alat pemadam kebakaran yang mencukupi,” katanya.
Tito mengatakan pemeriksaan kelayakan kebakaran selama ini hanya dilakukan saat penerbitan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) oleh damkar. Ia menilai gedung-gedung berisiko tinggi seharusnya diperiksa secara berkala, seperti halnya uji KIR pada kendaraan.
“Yang kedua adalah, apakah aturan yang mewajibkan gedung-gedung berisiko kebakaran itu dicek secara reguler oleh pemerintah, pemerintah daerah misalnya. Kalau memang tidak ada, ya, bila perlu kita buat. Jangan sampai terulang kembali,” ujarnya.
Tito juga memastikan Tim Kemendagri akan mengkaji ulang seluruh prosedur Prosedur Bangunan Gedung (PBG), SLF, serta klasifikasi risiko pada bangunan agar kejadian serupa tidak terulang.





