Perbankan Kebanjiran Likuiditas, Kredit 2026 Diprediksi Tumbuh hingga 11 Persen

idxchannel.com
1 hari lalu
Cover Berita

Ketua Umum Perbanas Hery Gunardi memproyeksikan pertumbuhan kredit hingga 11 persen pada 2026.

Perbankan Kebanjiran Likuiditas, Kredit 2026 Diprediksi Tumbuh hingga 11 Persen (Foto: iNews Media Group)

IDXChannel - Ketua Umum Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Hery Gunardi memproyeksikan pertumbuhan kredit hingga 11 persen pada 2026.

Proyeksi tersebut seiring dengan posisi likuiditas perbankan yang ample atau terjaga menjelang akhir 2025. 

Baca Juga:
GTSI Raih Fasilitas Kredit Jumbo dari Bank BNI (BBNI)

"Kelihatannya angkanya berkisar antara 9 sampai 11 persen gitu ya. Dan beberapa analis menyebutkan bahwa masih tetap tumbuh single digit tapi single digit," katanya dalam acara Konferensi Pers CEO Forum Economic Outlook 2026, Rabu (10/12/2025).

Hery mengunggapkan, likuiditas yang longgar tercermin dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) industri yang berada di level 84 persen, jauh di bawah batas regulasi yang ditetapkan OJK dan Bank Indonesia, yakni maksimum 92 persen.

Baca Juga:
Penyaluran Kredit Program Perumahan (KPP) BTN (BBTN) Capai Rp1,3 Triliun hingga Akhir November 2025

"Artinya apa? Bank punya uang, bank punya likuiditas untuk ekspansi. Nah itu terjadi kenapa? Karena memang kita lihat belakangan ini pemerintah dan juga Bank Indonesia (BI) sangat aktif gitu, kita namakan pro-growth," tutur dia.
 
Menurut Hery, sejumlah kebijakan BI sukses mendorong pertumbuhan, antara lain relaksasi Giro Wajib Minimum (GWM), penurunan suku bunga BI rate, serta normalisasi instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang kini tidak lagi menekan biaya dana (cost of fund) perbankan seperti pada 2023.

"Hari ini kita melihat dengan likuiditas yang ample (terjaga) ini, bank-bank sudah mulai bisa menekan cost of fundnya dan lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu," katanya.

Baca Juga:
BNI Dinilai Siap Ekspansi Kredit Tahun Depan Usai De-Risking

Meski demikian, Hery menyebut nilai undisbursed loan masih tinggi karena sebagian debitur memilih bersikap wait and see sebelum merealisasikan penarikan kredit untuk ekspansi usaha serta daya beli masyarakat menengah ke bawah melemah dibandingkan beberapa tahun sebelumnya.

Sejumlah indikator perbankan juga menunjukkan perbaikan. Per modal industri pada September 2025 tercatat berada di kisaran 26 persen, sementara tingkat kredit bermasalah (NPL) terjaga di level 2,2-2,4 persen. 

"Harapannya tahun depan kalau jika nanti akan banyak fiscal policy dan juga monetary policy bersamaan juga dengan apa yang dilakukan dari sisi pembiayaan APBN oleh pemerintah, kementerian keuangan dan seterusnya, harapannya sektor riil akan bergerak dan kalau sektor riil bergerak ya kemudian kredit perbankan juga akan ikut mendukung hal itu," ujarnya.

(DESI ANGRIANI)


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Putri Sulung Mpok Alpa Hilang Tiga Hari, Keluarga Panik Menjelang Sidang Ahli Waris
• 44 menit lalugrid.id
thumb
Mendagri Instruksikan Pemda Evaluasi Kelayakan Bangunan Gedung Bertingkat
• 17 jam lalukompas.com
thumb
Soal Tudingan Ada Operasi Politik di Balik Isu Ijazah, Ahmad Khozinuddin: Jokowi Terkenal Pembohong
• 1 jam lalufajar.co.id
thumb
Tren Mobile Photography Makin Menguat di Kota-Kota Indonesia, Intip Yuk!
• 11 jam laluherstory.co.id
thumb
Nadiem Makarim Kembali Dibantarkan di Rumah Sakit, Tetap Dijaga Pihak Kejaksaan
• 14 jam lalupantau.com
Berhasil disimpan.