Pasuruan (beritajatim.com) – Tanah longsor yang terjadi di jalur wisata Desa Tanjungarum, Kecamatan Sukorejo, terus memicu keresahan warga setempat. Kondisi jalan yang gelap tanpa penerangan membuat kawasan itu semakin berbahaya, terutama pada malam hari.
Peristiwa longsor yang telah berlangsung sejak November 2025 itu hingga kini belum mendapatkan penanganan dari dinas terkait. Warga akhirnya memasang drum dan garis polisi sebagai tanda peringatan agar tidak ada pengendara yang nekat melintas terlalu dekat.
Plt Kepala Desa Tanjungarum, Kasto, mengatakan bahwa bencana tersebut bermula dari hujan deras dan angin kencang pada 13 November lalu. “Arus air menggerus bibir sungai hingga menyebabkan longsor, sehingga jalan menuju Jetak Dayurejo menjadi rawan dilalui kendaraan,” ujarnya.
Dalam laporan FPRB Kecamatan Sukorejo, longsor terjadi tepat di depan Balai Desa Tanjungarum, Dusun Ngemplak RT 01 RW 01. Kondisi bibir sungai yang ambrol mencapai kedalaman sekitar 20 meter dengan panjang kerusakan 8 meter.
FPRB menyebutkan bahwa jalan tersebut sangat berisiko dilewati kendaraan roda empat. Mereka menegaskan perlunya perbaikan struktur sungai sebagai langkah mendesak untuk mencegah longsor susulan.
Koordinasi awal telah dilakukan oleh pihak kecamatan bersama perangkat desa dan BPBD. “Assessment sudah dilakukan dan kami terus berkomunikasi dengan pihak terkait agar penanganan segera diprioritaskan,” tambahnya.
Warga berharap pemerintah daerah bergerak cepat sebelum kondisi semakin memburuk. Kasto menegaskan bahwa keselamatan masyarakat menjadi prioritas dan ia meminta penanganan permanen segera direalisasikan. (ada/kun)


