JAKARTA, KOMPAS - Presiden Prabowo Subianto kembali mengunjungi Rusia. Kali ini, Prabowo mengundang Presiden Rusia Vladimir Putin untuk berkunjung ke Indonesia.
Hal itu disampaikan Presiden Prabowo Subianto saat berkunjung ke Moskow, Rusia, Rabu (10/12/2025), untuk menemui Presiden Rusia Vladimir Putin. Kunjungan tersebut dilakukan setelah Prabowo berkunjung ke Islamabad, Pakistan, sehari sebelumnya.
"Pada kesempatan ini, saya ingin mengundang Yang Mulia pada kesempatan yang beliau miliki, (di) tahun 2026 atau 2027. Kami berharap beliau berkunjung ke Indonesia," tutur Presiden Prabowo di Istana Kremlin, Rusia.
Menanggapi itu, Putin pun menjawab bahwa ia akan datang. Prabowo pun membalasnya dengan seloroh. “Jangan (berkunjung) ke India saja," kata Prabowo kepada Putin, yang - seperti dirilis Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden - disambut tawa ringan di dalam ruangan.
Sebelumnya, Presiden Putin berkunjung ke India pada 4—5 Desember 2025. Ketika tiba di India, Putin disambut langsung oleh Perdana Menteri India Narendra Modi yang menjemputnya menggunakan Toyota Fortuner putih, mobil berjenama Jepang yang dirakit di India.
Presiden Prabowo melanjutkan, berterima kasih karena telah disambut hangat di Rusia. Setiba di Bandara Vnukovo-2, Moskow, Rabu, pukul 10.50 waktu setempat, Prabowo disambut sejumlah pejabat dari Rusia maupun Indonesia.
Mereka adalah Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Andrey Rudenko, Deputi Direktur Protokol Kementerian Luar Negeri Rusia Alexander Prusov, Deputi Direktur Departemen Asia ke-3 Kementerian Luar Negeri Rusia Pavel Klabukov, Duta Besar RI untuk Federasi Rusia Jose Antonio Morato Tavares, dan Atase Pertahanan Moskow Marsekal Pertama Budi Susilo. "Terima kasih atas penerimaan yang baik meskipun dengan pemberitaan yang singkat," tutur Prabowo.
Prabowo mengakui kedatangannya ke Moskow kali ini dilakukan untuk berkonsultasi. Ia lalu berterima kasih karena hubungan Indonesia-Rusia saat ini berada di level yang sangat baik. Di Jakarta, ia telah menerima delegasi Rusia, baik dari pemerintah maupun pengusaha. Presiden pun berusaha mempertemukan dan menghubungkannya dengan entitas-entitas pelaku usaha yang ada di Indonesia.
Sementara itu, Putin berbela sungkawa atas bencana banjir yang melanda Sumatera bagian Utara. Ia juga menyinggung soal pertemuannya dengan Prabowo saat menghadiri parade militer di China, September lalu, serta kehadiran Prabowo pada Saint Petersburg Economic Forum, Juni lalu.
Putin menegaskan, hubungan Rusia-Indonesia terbangun dengan sangat stabil. Hubungan diplomatik yang sudah terbangun selama 75 tahun diikuti dengan peningkatan hubungan kerja sama di berbagai bidang. Dalam bidang ekonomi dan perdagangan, misalnya, terdapat kenaikan transaksi sebesar 17 persen selama sembilan bulan pertama tahun ini.
Rusia dan Indonesia juga memiliki prospek kerja sama yang sangat baik dalam bidang energi, termasuk pembangkit nuklir. “Saya memahami, negara Anda memiliki sejumlah rencana dan kami selalu siap membantu jika Anda mempertimbangkan untuk melibatkan tenaga ahli kami,” ujar Putin.
Ia melanjutkan, Indonesia juga merupakan mitra tradisional Rusia dalam bidang teknis militer di kawasan. Hubungan antardepartemen militer secara langsung juga terus berkembang secara profesional. Para spesialis dari Indonesia juga terus dilatih di universitas-universitas yang ada di Rusia.
Lebih dari itu, kata Putin, relasi kedua negara juga meningkat dalam bidang industri pertanian dan hubungan antarmanusia. Jumlah turis Indonesia yang berkunjung ke Rusia dan sebaliknya meningkat. Hal itu didukung oleh adanya penerbangan langsung dan kebijakan visa yang menguntungkan.
“Kami (juga) sangat senang Indonesia sudah menjadi anggota penuh BRICS, dan dengan Eurasian Economic Union untuk membentuk zona perdagangan bebas juga tengah berlangsung,” tutur Putin.
Sejak dilantik menjadi Presiden, Prabowo sudah dua kali berkunjung ke Rusia untuk bertemu dengan Putin. Pada 19 Juni 2025 lalu, Prabowo menemui Putin di Saint Petersburg.
Bahkan, pada Juli 2024 ketika masih menjabat sebagai Menteri Pertahanan tetapi sudah menjadi presiden terpilih, Prabowo juga menemui Putin di Moskow. Dengan begitu, Putin menjadi salah satu pemimpin dunia yang paling sering ditemui Prabowo.
Pengamat kawasan Eropa Timur sekaligus pengajar di Departemen Hubungan Internasional Universitas Airlangga, Surabaya, Radityo Dharmaputra melihat bahwa pertemuan Prabowo dengan Putin kali ini cenderung tidak memiliki urgensi secara pragmatis. Namun, momentum ini penting bagi Prabowo secara simbolik di tengah kondisi dalam negeri yang tengah mengalami tantangan pascabencana.
“Secara simbolik, Rusia menjadi wadah bagi Presiden Prabowo untuk menunjukkan bahwa dia dianggap setara dan penting (dengan pemimpin dunia lainnya),” kata Radityo saat dihubungi, Rabu.
Ia melanjutkan, pola yang sama juga terjadi ketika gelombang demonstrasi terjadi Agustus 2025 lalu. Pasca-kerusuhan di berbagai daerah, Prabowo masih sempat memenuhi undangan untuk menghadiri parade militer China di Beijing. Di sana, ia bertemu dengan beberapa pemimpin dunia di sana, termasuk Presiden China Xi Jinping dan juga Putin.
Oleh karena itu, menurut Radityo, fokus Prabowo dalam kunjungan ke Rusia terkait dengan kepentingan simbolik. Akan tetapi, di sisi lain itu bisa ditafsirkan bahwa Presiden tidak sensitif terhadap situasi dalam negeri.
Dihubungi terpisah, Pakar Hubungan Internasional dari Universitas Padjajaran, Bandung, Teuku Rezasyah melihat bahwa pertemuan berulang Prabowo dengan Putin terjadi karena keduanya memiliki kedekatan personal. Tak hanya dekat secara pribadi, mereka juga memiliki kemiripan karier di bidang pertahanan dan keamanan. Selain itu, Prabowo dan Putin juga saling memahami tantangan pembangunan masing-masing.
Menurut dia, Putin juga menghargai kehati-hatian Prabowo dalam menyikapi masalah internasional yang sedang dihadapi Rusia. Hal itu terutama terkait dengan persoalan pasca-pertentangan Rusia—Ukraina, juga krisis Rusia—NATO.
“Prabowo lebih memahami pandangan-pandangan internasional Putin dari pada banyak pemimpin dunia yang lain, sehingga dialog keduanya akan sangat logis, konstruktif, dan dapat lebih dimengerti masyarakat internasional,” kata Rezasyah.
Kedekatan personal Prabowo dan Putin, lanjut Reza, bersenyawa dengan kedekatan kepentingan nasional dan kepentingan internasional kedua negara. Oleh karena itu, ia menduga bahwa pertemuan kali ini dirancang untuk memuluskan aspek-aspek kerja sama strategis komprehensif yang ditandatangani keduanya dalam pertemuan Juni lalu.
Apalagi, ada beberapa bidang yang kerja sama yang berpotensi dikembangkan, misalnya, nuklir untuk tujuan pembangunan berkelanjutan, STEM untuk pendidikan dasar dan menengah, serta studi lanjut bidang teknologi informasi dan kemitraan media massa.



:strip_icc()/kly-media-production/medias/5440199/original/072372600_1765425497-Mobil_MBG_Tabrak.jpeg)
