MALANG, KOMPAS – Distribusi air bersih dan bahan bakar minyak ke wilayah terdampak bencana di Sumatera masih menjadi prioritas. Sementara itu, sejumlah jembatan bailey ditargetkan bisa difungsikan akhir pekan ini.
Demikian perkembangan penanganan bencana di Sumatera sebagaimana disampaikan oleh Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari, Rabu (10/12/2025).
Abdul Muhari menjelaskan bahwa distribusi logistik ke daerah terdampak bencana Sumatera terus dikebut. Aceh menjadi wilayah dengan intensitas dan frekuensi pengiriman logistik lebih tinggi. Hal itu karena jumlah pengungsi di Aceh merupakan yang terbesar. Dari 894.501 pengungsi bencana Sumatera, 831.000 orang atau hampir 93 persen pengungsi di antaranya berada di Aceh.
“Ini menjadi atensi karena jumlah pengungsi di Aceh paling banyak. Dari 894.501 orang, 831.000 (orang pengungsi) ada di Aceh. Jadi untuk distribusi logistik memang dioptimalkan di Aceh, tanpa mengurangi intensitas dan frekuensi di dua provinsi lain,” ujarnya.
Posko Pangkalan Udara (Lanud) Iskandar Muda Aceh mencatat 448,6 ton logistik sejak 28 November hingga 10 Desember 2025. Dari jumlah itu, jumlah logistik yang sudah terdistribusi mencapai 334 ton. “Sisa stok yang kami kejar distribusinya adalah 114,5 ton,” katanya.
Ia mengatakan, pencatatan distribusi logistik tertata di lanud. “Bahwa tidak ada penimbunan stok logistik yang terhambat distribusinya. Memang untuk barang yang masuk, karena begitu tingginya animo semua pihak, maka untuk barang masuk sangat banyak,” ujarnya.
Oleh karena itu, pihaknya berupaya mendistribusikan bantuan yang masuk pada hari berjalan. ”Biasanya rata-rata kalau 100 persen barang masuk di pagi hari, kami upayakan paling tidak 60 persen pada hari berjalan sudah terdistribusi,” kata Abdul Muhari.
Selain makanan dan bukan makanan, ia menambahkan, Pertamina Peduli, Dinas Kesehatan Aceh Tamiang, Wanadri, dan lainnya, menyalurkan 45.000 liter air siap minum ke sejumlah titik di Desa Pahlawan, Kampung durian, dan Lapas Kampung Dalam Aceh Tamiang.
“Yang terpenting, saat ini kapal tanker Kamojang juga berangkat dari Teluk Kabung ke Meulaboh dan Krueng, dengan membawa 6.500 kiloliter bahan bakar (BBM) solar, pertalite, dan pertamax. Ini diharapkan bisa memenuhi kebutuhan BBM di pesisir timur Aceh,” katanya.
Pengiriman BBM juga ditujukan ke Sibolga, Sumatera Utara. Menurut Abdul Muhari, Kapal MT Kasim telah berangkat mengangkut 3.000 kiloliter (KL) biosolar, 1.400 KL pertamax, dan 3.000 KL pertalite ke Sibolga. “Nantinya bisa didistribusikan dari Sibolga ke wilayah terdampak lain,” katanya.
Selain logistik dan BBM, pemerintah mengebut pemulihan jalur transportasi darat. Menurut dia, beberapa jembatan penghubung di wilayah Sumatera saat ini sudah menunjukkan peningkatan proses perbaikan.
“Progres perbaikan jalan dan jembatan bailey di beberapa titik terus terjadi. Untuk progres jembatan Teupin Reudeup di Kabupaten Bireuen, perkembangan perbaikannya mencapai 53 persen dan diharapan bisa beroperasi akhir minggu ini,” katanya.
Selain itu, pembangunan jembatan Teupin Mane Bireuen sudah mencapai 25 persen. Sementara itu, hingga saat ini jembatan Kuta Blang di Aceh Tengah masih dalam proses pengerjaan.
“Adapun untuk jaringan komunikasi di Aceh, dengan total BTS (menara pemancar) 3.414 unit, yang sudah aktif 1.789 BTS atau 52,4 persennya. Target pulih 75 persen hingga akhir minggu ini,” katanya.
Hingga Rabu (10/12/2025), petugas masih mencari korban. Sepanjang Rabu, petugas menemukan 5 jasad sehingga total korban meninggal dunia di Aceh bertambah menjadi 969 jiwa. Sedangkan korban hilang berkurang 12 orang menjadi 252 orang. Adapun jumlah pengungsi mencapai 894.501 orang.
“Pemerintah akan terus mengoptimalkan sumber daya menuju rehabilitasi dan rekonstruksi agar saudara kita yang terdampak bisa kita pulihkan hidup dan penghidupannya,” kata Abdul Muhari.
Selain dari pemerintah, penanganan dampak bencana di Sumatera juga dilakukan oleh relawan dan komunitas masyarakat. Salah satunya adalah Muhammadiyah Disaster Manajemen Center (MDMC) Aceh.
Sumarli, Wakil Sekretaris MDMC Aceh mengatakan bahwa tim MDMC bersama masyarakat dan pemerintah bergerak menangani kondisi darurat bencana Sumatera.
“Selain distribusi logistik, kami menurunkan tim medis dan tim psikososial. Kami kolaborasi dengan kawan dan lembaga masyarakat lain untuk membantu penanganan bencana di Sumatera,” katanya.




