FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pernyataan Presiden ke-7, Jokowi, mengenai dugaan orang besar di balik isu ijazah palsu mendadak jadi perbincangan publik.
Bagaimana tidak, beberapa waktu lalu pernyataan serupa telah pernah menjadi headline pemberitaan.
Publik pun menuntut agar kubu Jokowi berani menunjuk langsung sosok yang dia duga sebagai orang besar tersebut.
Menanggapi hal tersebut, Pegiat Medsos, Herwin Sudikta, menyebut bahwa justru jawaban semacam itu yang membuat polemik ini tak pernah benar-benar tuntas.
Herwin mengatakan bahwa setiap kali publik menagih klarifikasi soal dokumen ijazah, respons yang muncul justru berputar pada narasi adanya operasi politik atau keterlibatan pihak tertentu.
“Setiap kali ditanya dokumennya, jawabannya selalu muter ke ada operasi politik, ada orang besar, ada pihak tertentu,” ujar Herwin kepada fajar.co.id, Rabu (10/12/2025).
Ia menganggap pola jawaban seperti itu hanya memperpanjang persoalan.
Herwin menekankan, jika memang dokumen ijazah lengkap dan tidak bermasalah, semestinya bisa ditunjukkan sejak awal.
“Padahal justru karena jawaban kayak gitu, isu ini nggak pernah selesai,” Herwin menuturkan.
“Kalau memang semuanya beres, tunjukkin aja dari awal. Selesai. Nggak perlu bawa-bawa orang besar segala,” tegasnya.
Baginya, publik tidak membutuhkan penjelasan berlapis atau narasi konspiratif, melainkan transparansi sederhana.
“Publik nggak butuh teori operasi politik. Publik cuma butuh transparansi yang sederhana,” katanya.
Herwin juga menyinggung kesan bahwa klarifikasi selalu datang terlambat.
“Sesuatu yang anehnya selalu sengaja ditunda,” tandasnya.
Ia bilang, sikap tersebut membuat publik bingung dan justru memelihara keraguan.
“Akhirnya muncul kesan, ketika ditanya A, jawabnya Z, lalu minta rakyat percaya begitu saja,” tandasnya.
Herwin menyebut bahwa ruang kosong akibat minimnya klarifikasi itulah yang membuat polemik ijazah tumbuh subur hingga bertahun-tahun.
“Dan di kekosongan itulah drama ini tumbuh subur bertahun-tahun,” kuncinya. (Muhsin/fajar)





