Beregu putri Indonesia dan tembok tak kunjung retak Thailand

antaranews.com
1 hari lalu
Cover Berita
Bangkok (ANTARA) - Dominasi Thailand atas Indonesia dalam beregu putri bulu tangkis SEA Games kembali menegaskan jarak kualitas yang belum terkejar.

Kekalahan 1–3 dalam final SEA Games 2025 di Thammasat University, Pathum Thani, Rabu, menunjukkan problem sektor putri Indonesia masih berlapis, mulai teknis, mental, sampai regenerasi.

Kegagalan itu terjadi pada hari ketika beregu putra justru memancarkan optimisme besar setelah berhasil mempertahankan medali emas.

Kontras dua hasil ini mempertegas fondasi pembinaan sektor putri bahwa sektor ini memerlukan perubahan mendasar jika Indonesia ingin kembali merebut supremasi Asia Tenggara.

Indonesia mengawali final dengan jalur ideal setelah Putri Kusuma Wardani membuka laga dengan kemenangan impresif 21-8, 13-21, 21-16 atas Pornpawee Chochuwong. Putri masih menjadi salah satu tumpuan paling stabil dalam skuad Merah Putih.

Namun pada partai kedua, Rachel Allessya Rose/Febi Setianingrum terjebak dalam pola inkonsistensi.

Setelah bermain agresif pada gim kedua, pasangan ini kehilangan kendali pada momen krusial gim penentuan sehingga kalah 18-21, 21-11, 18-21 dari Benyapa Aimsaard/Supissara Paewsampran.

Sejak titik itu, pertandingan menjadi milik Thailand. Gregoria Mariska Tunjung, yang masuk daftar pemain setelah proses evaluasi tambahan, gagal keluar dari tekanan Ratchanok Intanon.

Kekalahan 7-21, 15-21 memperlihatkan perbedaan stabilitas antara pemain elite dan pemain yang masih berjuang menemukan bentuk terbaik.

Harapan Indonesia menipis pada partai keempat. Febriana Dwipuji Kusuma/Meilysa Trias Puspitasari, yang dijagokan memberi poin penyeimbang, gagal menembus ritme lawan. Mereka menyerah 19-21, 18-21 di tangan Ornnicha Jongsathapornparn/Jhenicha Sudjaipraparat.

Tekanan mental itu sudah disinggung Febriana pada laga sebelumnya bahwa pertandingan beregu membawa beban psikologis yang sangat berbeda dibandingkan dengan nomor perseorangan. Laga final menegaskan hal itu.

Sejumlah tim bulu tangkis putri Indonesia berfoto usai upacara pengalungan medali beregu putri bulu tangkis SEA Games 2025 di Thailand di Gymnasium Thammasat University, Pathum Thani, Rabu (10/12/2025). Indonesia meraih medali perak beregu putri usai kalah 1-3 dari Thailand. ANTARA FOTO/Muhammad Ramdan/app/YU (ANTARA FOTO/MUHAMMAD RAMDAN) Konsistensi Thailand

Sukses Thailand dalam SEA Games 2025 memperpanjang rekor tujuh emas dalam tujuh edisi berturut-turut. Dominasi putri mereka memperlihatkan fondasi yang kuat.

Sementara Indonesia sudah empat edisi beruntun hanya meraih perak. Sejak terakhir juara pada 2007, jarak dengan Thailand belum menyempit dan bahkan di beberapa sektor melebar.

Kekalahan Gregoria dari Ratchanok bukan cuma catatan teknis. Namun mencerminkan ketimpangan kontinuitas karier. Sementara pemain muda Indonesia, baik tunggal maupun ganda, belum konsisten menjadi ancaman di level internasional.

Kondisi ini juga terjadi di tengah meningkatnya sorotan publik terhadap komposisi tim SEA Games, terutama keputusan memasukkan Gregoria sebagai pemain tambahan yang menggantikan Thalita Ramadhani Wiryawan.

Namun hasil final memperlihatkan persoalan sektor putri tidak akan selesai hanya dengan pergantian nama, melainkan membutuhkan pondasi pembinaan yang lebih dalam.

Kekalahan Indonesia memberikan tiga pesan penting. Pertama, mental bertanding sektor putri belum stabil. Tekanan beregu masih menjadi titik lemah, sebagaimana diakui Febriana dan terlihat jelas pada dua partai penentu.

Kemudian kedua, regenerasi belum membentuk dampak langsung. Talenta muda ada, tetapi belum bergerak secepat Thailand dalam menciptakan ancaman nyata.

Ketiga, komposisi tim beregu putri memerlukan pendekatan lebih spesifik. Partai ketiga dan keempat memperlihatkan kesenjangan kualitas yang tidak bisa tertutupi hanya dengan semangat.

PBSI kini memasuki fase evaluasi yang harus lebih dalam lagi. Tiga area mendesak adalah peningkatan pembinaan tunggal putri, penguatan mental ganda putri, dan pemangkasan jarak kualitas antara pemain utama dan pelapis.

Tunggal putri Indonesia Gregoria Mariska Tunjung berusaha mengembalikan kok ke arah wakil Malaysia Wong Ling Ching pada partai ketiga semifinal beregu putri SEA Games 2025 di di Gymnasium 4 Thammasat University Rangsit Campus, Pathum Thani, Bangkok, Senin (8/12/2025). Gregoria kalah dengan skor 20-22, 21-15, 16-21, namun Indonesia berhasil menang atas Malaysia dengan skor 3-1. (ANTARA/Muhammad Ramdan) Kontras dengan putra

Di tengah tekanan sektor putri, tim putra justru menunjukkan performa luar biasa bagus.

Indonesia mempertahankan emas setelah menang telak 3-0 atas Malaysia. Hasil ini bukan hanya mengulang sukses SEA Games 2023 Kamboja, tapi menunjukkan regenerasi telah berjalan dengan tepat.

Alwi Farhan membuka final dengan kemenangan solid 21-12, 21-19 atas Leong Jun Hao. Energi positif itu dilanjutkan oleh Sabar Karyaman Gutama/Muhammad Reza Pahlevi Isfahani yang menundukkan pasangan papan atas Aaron Chia/Soh Wooi Yik dengan 21-12, 21-12.

Kemenangan Indonesia dipastikan oleh Mohammad Zaki Ubaidillah yang tampil matang melawan Hoh Justin dengan skor 21-14, 21-12.

Kepala Pelatih Tunggal Putra PBSI Indra Wijaya menyebut kemenangan itu pesan penting bagi generasi baru bulu tangkis Indonesia.

“Medali ini untuk Indonesia dan untuk anak-anak ke depan agar makin percaya diri. Kalian bisa,” ujar Indra.

Sabar, sang kapten, menegaskan keberhasilan itu adalah buah tekad bersama untuk mengulang tradisi emas.

Kesuksesan beregu putra menjadi bukti regenerasi dapat berjalan efektif bila dilakukan dengan sistematis dan berani memberi kesempatan kepada pemain muda.

Sejumlah tim bulu tangkis putra Indonesia berfoto usai upacara pengalungan medali beregu putra bulu tangkis SEA Games 2025 di Thailand di Gymnasium Thammasat University, Pathum Thani, Thailand, Rabu (10/12/2025). Indonesia meraih medali emas beregu putra usai mengalahkan Malaysia 3-0. ANTARA FOTO/Muhammad Ramdan/wpa/tom. Momentum untuk bebenah

SEA Games 2025 memunculkan dua wajah bulu tangkis Indonesia, yakni yang sedang menanjak dengan percaya diri dan satu lagi masih terhambat tembok besar bernama Thailand.

Perak beregu putri tidak buruk, tapi jarak menuju emas masih terlalu lebar untuk dibiarkan.

Evaluasi kali ini seharusnya menjadi titik balik, bukan sekadar agenda setelah pesta olahraga terbesar di Asia Tenggara ini berakhir.

Indonesia memiliki talenta dan sejarah panjang dalam sektor putri.

Yang dibutuhkan kini adalah arah pembinaan yang lebih tajam, keberanian mengambil keputusan strategis, dan sistem yang konsisten, mirip dengan yang sedang berjalan pada sektor putra.

Tanpa perubahan itu, dominasi Thailand akan sulit digoyang. Sebaliknyan, dengan pembenahan menyeluruh, tembok kokoh itu bisa retak suatu saat nanti.

Ganda putri Febriana Dwipuji Kusuma/Meilysa Trias Puspitasari terjatuh usai gagal mengantisipasi smash dari wakil Thailand Ornnicha Jongsathapornparn/Jhenicha Sudjaipraparat pada partai keempat final beregu putri bulu tangkis SEA Games 2025 di Thailand di Gymnasium Thammasat University, Pathum Thani, Rabu (10/12/2025). Indonesia meraih medali perak beregu putri usai kalah 1-3 dari Thailand. ANTARA FOTO/Muhammad Ramdan/app/YU (ANTARA FOTO/MUHAMMAD RAMDAN)

Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Ada 9.709 ODGJ Berat di DIY, Terdiri dari Skizofrenia dan Psikosis Akut
• 9 jam lalukumparan.com
thumb
5 Rekomendasi Makanan Viral di Glodok Sepanjang Tahun 2025
• 17 jam lalubeautynesia.id
thumb
Curhat Pilu Ayah Meghan Markle Ingin Bertemu Anak dan Cucu Sebelum Wafat
• 15 jam laluinsertlive.com
thumb
24 Jenazah Tak Teridentifikasi Korban Banjir dan Longsor di Sumbar Dimakamkan Massal
• 20 jam lalurctiplus.com
thumb
Klasemen dan Top Skor Liga Champions Setelah Matchday ke-6
• 21 jam laluharianfajar
Berhasil disimpan.