Hujan Meteor Geminid Hiasi Langit Akhir Pekan Ini,  Pertunjukan Terbaik Tahun 2025 

mediaindonesia.com
1 hari lalu
Cover Berita

PARA pecinta astronomi bersiap menyambut fenomena tahunan, yaitu Hujan Meteor Geminid. Metor itu akan mencapai puncaknya akhir pekan ini. Diperkirakan, penonton dapat menyaksikan hingga 120 bintang jatuh per jam di kondisi langit yang ideal.

Hujan Meteor Geminid dinamai berdasarkan titik asal (radiant) kemunculannya, yaitu dari konstelasi Gemini. Uniknya, Geminid tidak berasal dari komet seperti hujan meteor lainnya.

Serpihan Phanteon 

Fenomena ini berasal dari serpihan debu dan batuan yang ditinggalkan asteroid Phaethon. Phaeton adalah sumber hujan meteor Geminid. 

Setiap tahun di bulan Desember, Bumi melintasi jalur serpihan ini, menyebabkan serpihan tersebut terbakar di atmosfer dan terlihat sebagai "bintang jatuh". Hujan meteor Geminid diprediksi mencapai puncaknya pada malam akhir pekan ini.

Waktu terbaik untuk menyaksikannya adalah setelah tengah malam hingga menjelang subuh. Penampakan terbaik biasanya terjadi sekitar pukul 02:00 pagi waktu lokal.

Waktu yang Sesuai Amati Geminid 

Geminid adalah hujan meteor yang sangat aktif, dengan tingkat laju per jam Zenith, (ZHR) mencapai 100-120 meteor per jam. Meteor Geminid bergerak lebih lambat dibandingkan meteor dari hujan meteor lain, membuat jejaknya lebih mudah diamati dan difoto.

Beberapa meteor Geminid terlihat berwarna-warni (kuning, hijau, biru, atau merah), menambah keindahan pertunjukan langit. Untuk mendapatkan pengalaman menonton terbaik, Anda perlu memperhatikan beberapa tips:

  • Pilih Lokasi yang Gelap: Cari lokasi pengamatan yang jauh dari polusi cahaya kota. Semakin gelap langit, semakin banyak meteor yang akan terlihat.
  • Arah Pandang: Cari konstelasi Gemini di langit timur laut. Namun, Anda tidak harus melihat tepat ke radiant; meteor seringkali lebih menarik saat terlihat jauh dari titik asalnya.
  • Bersabar dan Beradaptasi: Biarkan mata Anda beradaptasi dengan kegelapan setidaknya selama 20-30 menit. Amati langit dengan mata telanjang; teleskop atau binokular tidak diperlukan.
  • Berpakaian Hangat: Karena pengamatan dilakukan pada malam hari di musim dingin (atau musim hujan di Indonesia), pastikan Anda mengenakan pakaian yang sangat hangat. 

(Space/Z-2)


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Wamendagri Minta Pemda Perkuat Ekosistem Inovasi Daerah Dongkrak Daya Saing Nasional
• 2 jam lalujpnn.com
thumb
7 Ciri Fungsi Ginjal Telah Menurun
• 22 jam lalubeautynesia.id
thumb
Program MBG hingga Layanan Kesehatan Prabowo Dinilai Bagian dari HAM dan Hak Ekosob
• 12 jam laluviva.co.id
thumb
Pemakai Vape Isi Etomidate Bisa Ditangkap, Masuk Narkotika Golongan II
• 23 jam laluidntimes.com
thumb
Pertama di Indonesia, Polytron Kembangkan Portable Fast Charging untuk Motor Listrik
• 4 jam laluidxchannel.com
Berhasil disimpan.