Disfungsi ereksi atau sering disebut impotensi, kerap dikaitkan dengan pertambahan usia. Padahal kondisi ini bisa dialami oleh pria di berbagai kelompok usia, termasuk usia muda. Disfungsi ereksi dapat disebabkan oleh tiga faktor utama, yaitu faktor organik, faktor psikis, dan kombinasi keduanya. Baca berita tanpa iklan.
“Disfungsi ereksi penyebabnya ada tiga macam. Yang pertama adalah organik, yang kedua masalah psikis, dan yang ketiga yang paling sering adalah faktor gabungan,” ujar dokter spesiali urologi Dimas Tri Prasetyo, dalam acara grand opening Elysium Clinic di Jakarta Selatan.
Faktor organik, berkaitan dengan kondisi fisik Faktor organik merujuk pada masalah fisik di dalam tubuh, terutama yang berkaitan dengan pembuluh darah. Ereksi penis sangat bergantung pada aliran darah yang lancar ke organ tersebut. Jika aliran darah terganggu, proses ereksi pun menjadi tidak optimal.
Menurut Dimas, penyakit kronis seperti diabetes dan hipertensi menjadi penyebab dari faktor organik disfungsi ereksi. Kondisi tersebut dapat membuat pembuluh darah menjadi kaku atau terbentuk plak, sehingga aliran darah tidak mengalir dengan lancar.
“Organik itu memang masalah pembuluh darah. Biasanya karena diabetes atau hipertensi. Pembuluh darahnya menjadi kaku dan aliran darah ke penis tidak lancar,” jelasnya.
Untuk memudahkan pemahaman, dr. Dimas mengibaratkan ereksi seperti aliran air. “Penis ereksi itu seperti menyalakan keran. Kalau pipanya kotor, airnya enggak bisa lancar,” kata Dimas.
Faktor psikis, pengaruh stres dan tuntutan hidup Selain kondisi fisik, disfungsi ereksi juga bisa dipicu oleh faktor psikis. Stres, kecemasan, tekanan pekerjaan, hingga masalah kesehatan mental dapat memengaruhi kemampuan seksual pria.
Pada kondisi ini, secara fisik tidak selalu ditemukan gangguan pada pembuluh darah atau organ seksual. Namun, psikis juga memegang peranan penting bagi kondisi seksual pria. “Yang kedua adalah masalah psikis. Mungkin tuntutan kehidupan yang makin tinggi, stres level yang makin tinggi juga” ujar Dimas.
Faktor kombinasi, paling sering terjadi Faktor ketiga merupakan faktor paling sering ditemui, yaitu gabungan antara faktor organik dan psikis. Pada kondisi ini, gangguan fisik dan tekanan mental saling memengaruhi dan memperkuat satu sama lain.
“Yang ketiga, yang paling sering adalah mix, gabungan psikis dan organik,” ungkap Dimas.
Sebagai contoh, pria dengan masalah pembuluh darah ringan mungkin masih dapat mengalami ereksi. Namun, ketika disertai stres atau kecemasan, gangguan ereksi menjadi lebih jelas dan berulang. Sebaliknya, masalah ereksi akibat faktor fisik juga dapat memicu tekanan mental dan menurunkan rasa percaya diri.
Kini, disfungsi ereksi tak bisa hanya dikaitkan sebagai masalah pada orang tua. Dalam praktiknya, Dimas mengamati bahwa saat ini makin banyak pria usia muda yang datang dengan keluhan disfungsi ereksi.
Menurutnya, hal ini juga berkaitan dengan tuntutan hidup yang makin tinggi serta stres yang meningkat. “Sekarang saya lihat, makin banyak anak-anak muda itu sudah mengalami keluhan disfungsi ereksi. Sudah banyak yang datang (konsultasi),” tambahnya.
Dimas menilai bahwa meningkatnya kesadaran terhadap kesehatan mental membuat pria usia muda lebih berani untuk mencari pertolongan medis dibandingkan sebelumnya. “Mental health yang makin mendapat perhatian, itu mereka jadi sadar mereka mencari pengobatan juga,” tutur dr. Dimas.
Perubahan ini menunjukkan adanya pergeseran cara pandang, bahwa disfungsi ereksi bukan lagi isu tabu dan dapat ditangani secara medis. (E-3)




