Ini Strategi Tanah Datar Jadi TPID Terbaik Lima Tahun Berturut-turut

Bisnis.com, BATUSANGKAR — Kabupaten Tanah Datar kembali mencatatkan dirinya sebagai salah satu daerah dengan kinerja pengendalian inflasi terbaik di Regional Sumatra.

Dalam ajang TPID Award 2025 yang digelar di Gedung Bank Indonesia Jakarta, Jumat (28/11), Tanah Datar meraih penghargaan untuk kelima kalinya secara berturut-turut.

Keberhasilan ini tidak lepas dari strategi hulu-hilir yang dijalankan Bupati Tanah Datar, Eka Putra, untuk memperkuat ketahanan pangan dan memastikan pasokan tetap stabil sepanjang tahun.

Eka Putra menyampaikan bahwa keberhasilan ini merupakan hasil dari konsistensi pemerintah daerah memantau kondisi petani, menjaga ritme tanam, serta mengelola rantai pasok agar harga tetap terkendali.

“Kenapa inflasi di Tanah Datar terkendali? Karena kami dari Pemkab berkomitmen untuk terus melakukan pemantauan kondisi harga, mulai dari tingkat petani hingga sampai ke pasar,” tutur Eka.

Strategi tersebut dimulai dari penguatan produksi di hulu. Tanah Datar memiliki 53.907 hektare sawah dengan produksi padi sekitar 306.000 ton per tahun, serta kawasan hortikultura yang menghasilkan cabai merah, bawang merah, dan sayuran lainnya.

Daerah ini juga memiliki varietas bawang merah lokal, Sumbu Marapi, dengan produksi sekitar 4.000 ton per tahun. Dengan potensi itu, Eka menegaskan bahwa prioritas utama pemerintah adalah memastikan kebutuhan pangan dalam daerah terpenuhi sebelum surplusnya dipasarkan ke provinsi lain.

Salah satu inovasi kunci adalah program bajak sawah gratis, yang menekan biaya pengolahan lahan hingga 30–35% dari total biaya produksi. Program ini membantu petani memulai tanam lebih cepat dan serentak, sehingga risiko serangan hama menurun dan ritme produksi lebih terjaga.

“Cara menggenjot produktivitas ini seperti padi, kami ada inovasi yang dikenal dengan bajak sawah gratis,” kata Eka.

Program ini dijalankan melalui Brigade Alsintan yang mengelola traktor-traktor milik kelompok tani dan swasta agar dapat digunakan secara efisien di masing-masing nagari. Program tersebut juga diintegrasikan dengan tiga program unggulan lain: subsidi pupuk, perbaikan jaringan irigasi, serta asuransi usaha tani padi dan ternak.

“Setiap kami turun ke lapangan dan berbincang dengan masyarakat, permasalahan yang disampaikan sama, makanya kami tetapkan 4 program unggulan itu,” tutur Eka.

Eka menjelaskan bahwa strategi daerah tidak berhenti di produksi. Pemerintah juga menata jalur distribusi dan perdagangan agar stabilitas harga tetap terjaga.

“Kebutuhan kami yang kami dahulukan, baru kemudian yang surplus itulah yang kami jual ke luar daerah,” ujarnya. Langkah ini memberi ruang bagi petani untuk memperoleh nilai ekonomi yang lebih baik tanpa mengganggu pasokan lokal.

Pada 2024, bencana alam merusak sekitar 412 hektare lahan pertanian. Namun Eka bergerak cepat membawa data kerusakan ke Kementerian Pertanian dan Kementerian PUPR, untuk memastikan pemulihan irigasi dan lahan dapat dilakukan segera. Ia menegaskan bahwa inovasi tidak boleh berhenti ketika bencana terjadi. Selama dukungan anggaran berjalan, daerah akan tetap mampu menjaga stabilitas harga.

Dengan kombinasi pemantauan ketat, kebijakan berbasis kebutuhan petani, inovasi pertanian yang tepat guna, serta dukungan mitra seperti Bank Indonesia, Tanah Datar kembali membuktikan dirinya sebagai daerah yang berhasil mengelola inflasi secara efektif dan berkelanjutan.