The Fed Isyaratkan Jeda Pemangkasan Suku Bunga

bisnis.com
18 jam lalu
Cover Berita

Bisnis.com, JAKARTA — Federal Reserve (The Fed) memberi sinyal akan menahan pelonggaran lanjutan sembari menunggu kepastian arah inflasi dan pasar tenaga kerja AS, setelah memangkas suku bunga acuan 25 basis poin pada pertemuan Desember 2025.

Melansir Reuters pada Kamis (11/12/2025), dalam proyeksi terbaru yang dirilis usai pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC), median pembuat kebijakan hanya memperkirakan satu kali pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada 2026—tidak berubah dari proyeksi September lalu. 

Sementara itu, Inflasi diproyeksikan melandai ke sekitar 2,4% pada akhir 2026, seiring pertumbuhan ekonomi diprediksi menguat di atas tren menjadi 2,3%, sementara tingkat pengangguran bertahan moderat di kisaran 4,4%.

“Dalam mempertimbangkan besaran dan waktu penyesuaian lanjutan atas target suku bunga federal funds, Komite akan menilai secara cermat seluruh data yang masuk,” tulis FOMC dalam pernyataan resminya. 

googletag.cmd.push(function() { googletag.display("div-gpt-ad-parallax"); });

Bahasa yang digunakan tersebut sebelumnya kerap menjadi sinyal jeda kebijakan moneter, berlawanan dengan ekspektasi pasar yang masih memproyeksikan dua kali pemangkasan suku bunga pada tahun depan.

Dalam konferensi pers, Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan pihaknya telah memangkas suku bunga sebesar 75 basis poin sejak September dan 175 basis poin sejak September tahun lalu, sehingga level suku bunga saat ini telah berada dalam kisaran luas estimasi nilai netral.

Baca Juga

  • Poin-Poin Penting Putusan Suku Bunga The Fed Desember 2025
  • Ramalan Nasib Harga Emas dan Perak Usai The Fed Pangkas Suku Bunga
  • Trump Kembali Tekan Powell, Minta The Fed Pangkas Suku Bunga Lebih Dalam

Menurutnya, The Fed saat ini berada pada posisi yang baik untuk menunggu dan melihat bagaimana perkembangan ekonomi ke depan. Dia juga menegaskan kebijakan moneter tidak mengikuti jalur yang telah ditentukan. 

“Setiap keputusan akan diambil rapat demi rapat,” katanya.

Menanggapi keputusan tersebut, pasar saham AS bergerak mayoritas menguat. Nilai tukar dolar melemah terhadap sekeranjang mata uang utama, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS (Treasury) turun.

Kepala strategi pasar B. Riley Wealth, Art Hogan, menilai keputusan ini sebagai pemangkasan yang hawkish.

“Bukan hanya karena ada dua pihak yang menentang pemangkasan, tetapi juga bila melihat dot plot, terdapat enam pembuat kebijakan yang tidak memasukkan pemotongan suku bunga dalam proyeksinya pada pertemuan ini,” ujarnya. 

Grafik dot plot menunjukkan enam titik berada di level 3,9%, yakni level suku bunga sebelum dipangkas.

FOMC memutuskan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke kisaran 3,50%—3,75%. Keputusan tersebut memicu tiga suara dissent. Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee bergabung dengan Presiden Fed Kansas City Jeffrey Schmid, yang menilai suku bunga seharusnya dipertahankan.

Sementara itu, Gubernur The Fed Stephen Miran justru kembali mengusulkan pemangkasan yang lebih agresif sebesar 50 basis poin.

Ke depan, arah kebijakan moneter The Fed menjelang tahun pemilu paruh waktu AS diperkirakan akan sangat bergantung pada data ekonomi terbaru. Hal itu semakin krusial di tengah dorongan Presiden Donald Trump yang menginginkan penurunan suku bunga lebih tajam, serta keterlambatan rilis data akibat penutupan pemerintahan federal selama 43 hari pada Oktober–November lalu.

Proyeksi Ekonomi 2026 Cenderung Solid

Secara umum, proyeksi Fed terbilang optimistis. Meski suku bunga diperkirakan bertahan lebih tinggi daripada ekspektasi sebelumnya, ekonomi AS diproyeksikan tumbuh lebih cepat sementara inflasi menurun dan tingkat pengangguran sedikit membaik.

Namun demikian, pernyataan kebijakan dan proyeksi terbaru ini disusun tanpa didukung laporan tenaga kerja dan inflasi terkini. The Fed mengandalkan indikator yang tersedia, termasuk survei internal, masukan dari komunitas, serta data swasta.

Data resmi terakhir pada September menunjukkan tingkat pengangguran naik menjadi 4,4% dari 4,3%. Sementara itu, indikator inflasi pilihan Fed naik tipis dari 2,7% menjadi 2,8%, masih berada di atas target 2%. 

Inflasi tercatat meningkat konsisten sejak April, dari 2,3%, yang sebagian dikaitkan dengan naiknya tarif impor yang dibebankan kepada konsumen.

Dalam pernyataan kebijakan, Fed menyebut aktivitas ekonomi terus tumbuh dengan laju moderat. Namun, pertumbuhan lapangan kerja melambat sepanjang tahun ini, sementara tingkat pengangguran cenderung meningkat hingga September, tanpa lagi menyebut kondisi pengangguran sebagai rendah.

Proyeksi terbaru menunjukkan enam pembuat kebijakan memilih tidak memangkas suku bunga pada tahun ini, sementara tujuh lainnya memperkirakan tidak ada pemangkasan tambahan pada 2026.

Median proyeksi juga memasukkan satu kali pemangkasan suku bunga tambahan sebesar 25 basis poin pada 2027, seiring inflasi terus bergerak mendekati target 2% bank sentral.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
4 Manfaat Buah Anggur untuk Kesehatan
• 12 menit lalubeautynesia.id
thumb
Ingat Black Shark si gadget gaming dari Xiaomi? Ini bocoran terbaru tentang tablet dengan spek gahar
• 23 jam lalubrilio.net
thumb
Nilai Korupsi Ardito Capai Rp5,75 Miliar dari Patok Fee Proyek 15–20 Persen
• 12 jam lalukumparan.com
thumb
Putin Siap Bantu Pengembangan Energi Nuklir di Indonesia
• 21 jam lalumetrotvnews.com
thumb
Bupati Lampung Tengah Ditahan atas Dugaan Gratifikasi Pengadaan Barang dan Jasa
• 13 jam lalumetrotvnews.com
Berhasil disimpan.