Jakarta, VIVA – Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve atau The Fed resmi memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) pada Rabu, 10 Desember 2025. Penurunan merupakan ketiga kali dan jadi terakhir di tahun 2025.
Keputusan pemangkasan suku bunga ini sebenarnya sudah diprediksi pasar. CME FedWatch mencatat peluang penurunan mencapai 89 persen sebelum pengumuman resmi dirilis regulator.
Keputusan The Fed kali ini diambil dengan kondisi data ekonomi yang tidak lengkap akibat penutupan pemerintahan (govement shutdown) AS selama 43 hari. Selama periode itu, sejumlah lembaga pemerintah tidak dapat mengumpulkan data ekonomi penting yang dibutuhkan untuk analisis kebijakan moneter.
Dalam pernyataannya, The Fed menyampaikan beberapa pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Pertumbuhan lapangan kerja di AS terus melambat sepanjang tahun dengan tingkat pengangguran yang sempat naik menjadi 4,4 persen pada September 2025.
- http://pakar-investasi.blogspot.com/
Inflasi inti yang sempat menyentuh 2,8 persen turut menjadi pertimbangan utama. Setelah pemangkasan, suku bunga bunga acuan AS berada di kisaran 3,50 persen hingga 3,75 persen.
“Pasar tenaga kerja terus mendingin secara bertahap… sedikit lebih lambat dari perkiraan kami,” ujar Ketua The Fed, Jerome Powell, dalam konferensi pers dikutip dari Aljazeera pada Kamis, 11 Desember 2025.
Biro Statistik Tenaga Kerja AS bahkan mengonfirmasi tidak akan merilis data Oktober karena kurangnya sumber daya untuk mengumpulkan informasi selama shutdown. Akibatnya, The Fed hanya mengandalkan data hingga September untuk menentukan arah kebijakan.
Saat itu, tingkat pengangguran sedikit meningkat menjadi 4,4 persen. Sementara itu, inflasi inti naik menjadi 2,8 persen.
Laporan terbaru pemerintah AS yang dirilis bersamaan pengumuman penuruna suku buka menunjukkan biaya tenaga kerja AS naik 0,8 persen pada kuartal III-2025 atau sedikit di bawah ekspektasi pasar. Data ini semakin menegaskan pasar tenaga kerja berada dalam fase pelemahan moderat.
Managing Director US Macro Forecasting & Analysis di Oxford Economics, Ryan Sweet, menilai ketidakpastian pasar tenaga kerja akan terus membayangi. Kondisi ini membuat perekonomian rentan terhadap guncangan sehingga bank sentral cenderung berhati-hati di tahun 2026.
"Tantangan yang dihadapi The Fed tahun depan adalah potensi ekspansi tanpa penciptaan lapangan kerja, ketika PDB meningkat tetapi peningkatan lapangan kerja hanya sedikit. Hal ini membuat perekonomian rentan terhadap guncangan karena pasar tenaga kerja adalah benteng utama terhadap resesi," jelas Sweet.




