Remaja Indonesia Raih Penghargaan di Lomba Simulasi Sidang PBB di Korea Selatan

kumparan.com
17 jam lalu
Cover Berita

Kilau Kinasih Putri Khameswari melontarkan tanggapannya dalam Bahasa Inggris yang begitu fasih. Ia menekankan implementasi Rusia, dengan topik lingkungan. Apa yang disampaikan Kiska--panggilan akrabnya, adalah mosi Rusia terhadap fashion dan limbah industri.

Di saat yang lain, ketika delegasi bicara, Kiska bertanya bagaimana cara negara dari delegasi itu mengimplementasikan undang-undang atau aturan tentang lingkungan tanpa mengeluarkan banyak biaya.

Dua aksi Kiska di atas adalah bagian dari aktivitasnya mengikuti Yale Model United Nations (MUN) di Korea Selatan, yang digelar di Seoul, pada 28 November-3 Desember. Ini adalah sebuah forum simulasi diplomatik, yang dibuat begitu mirip dengan sidang-sidang di PBB.

Para remaja yang duduk di bangku setingkat SMA dari penjuru dunia berkumpul, dan menjajal kebolehan mereka menjadi para diplomat muda untuk berdebat, atau bahkan berdiplomasi tentang suatu isu yang memang tengah dibahas di PBB.

MUN sendiri diadakan oleh universitas-universitas ternama di dunia, seperti Harvard, Cambridge, NTU, dan Yale.

Bagaimana Kiska mengenali MUN?

Kisahnya berawal saat pandemi, ibunda Kiska, Imesh baru mendalami MUN yang ternyata ajang internasional yang sudah berusia 50 bahkan 40 tahunan.

"Awalnya, gue pikir MUN ini lomba debat aja pakai bahasa Inggris. Tapi ternyata way more than that. Ini jadi platform simulasi diplomatik terbesar di dunia, dan beberapa tahun terakhir jadi kayak trending di kalangan pelajar + mahasiswa," kata Imesh.

Lalu, MUN yang digelar oleh universitas ternama dunia ini diadakan di sejumlah negara berturut-turut. Tak hanya itu, ajang ini juga punya gengsi tinggi di kalangan remaja.

"Kaya tahun lalu Harvard MUN pertama kali ‘turun’ ke Asia, ada di Manila. Langsung heboh. Yale MUN ada di Korea, Afrika sELATAN, Brasil, sama, mana lagi gitu deh," terang Imesh.

MUN juga beberapa kali digelar di Indonesia. Ada Jogja International MUN (JOIN MUN) yang digelar oleh UGM, atau Jakarta MUN, ITB MUN, HIMUN oleh UI, hingga IPB MUB.

MUN juga ada di level SMA. Sekolah Kiska, Labschool Kebayoran Baru, jadi salah satu SMA yang menyelenggarakan MUN.

"SMA-SMA juga pada bikin MUN deh tuh. Labschool Kebayoran punya SkyMUN, Global Jaya punya Hawks MUN, Sekolah Bogor Raya = SBR MUN," terang Imesh.

Di sinilah perkenalan Kiska dengan MUN. Remaja berusia 16 tahun ini tertarik dengan MUN karena sejumlah alasan. Salah satunya adalah ketertarikannya terhadap bahasa Inggris.

"Pas SMP dia sempet menang juara 1 FLS Essay Writing (English) tingkat kota. Makanya pas SMA dia nyari kegiatan yang pakai bahasa Inggris juga. Kebetulan di sekolahnya ada ekstrakurikuler MUN," ucap Imesh.

Awalnya, Kiska sempat kaget ikut ekstrakurikuler itu, sebab bahasa Inggris yang digunakan bukan bahasa Inggris yang umum. Sejak awal, ekstrakurikuler ini memang mengajari siswa untuk terbiasa hidup di alam diplomat.

"Jangan harap bisa ngomong tanpa data/riset/strategi, banyak yang ngomong spontan / impromptu speech, ada kayak ‘role play’-nya juga," kata Imesh.

Mau tak mau, Kiska juga harus mendalami riset isu-isu yang tengah berkembang di PBB. Hal tersebut berbuah hasil, pada ajang SBR MUN di Bogor, Kiska mendapat peran sebagai anggota Asosiasi Koresponden PBB (UNCA). Ia mendapat tema krisis pascaperistiwa Nine Eleven/9.11.

"Dia belum lahir dan nggak banyak di medsos/YouTube juga karena belum zamannya. Jadi seru deh dia risetnya," kata Imesh.

Tapi ketekunan Kiska terbayar. Ia mendapat double award, Linguistic Excellence Award & Best Pre-Conference Video di SBR MUN 2025.

"Jadi, nggak boleh nggak tahu apa yang lagi terjadi di dunia, apa yang dibahas, pro kontra-nya dan lain-lain. Yang dibahas di kelas atau buku pelajaran aja nggak cukup. Ada banyak hal yang terjadi di dunia setiap hari," ucap Imesh.

Berikutnya, Kiska mendapat penghargaan dari sejumlah MUN dalam negeri. Seperti Press/UNCA - Most Outstanding Journalist di HiMUN UI 2025, dan Most Outstanding Delegate di JOINMUN 2025.

Ikut Yale MUN di Korea Selatan

Dirasa cukup matang dengan ajang MUN dalam negeri, Kiska akhirnya menjajal MUN level internasional.

Maka Kiska didaftarkan Imesh untuk mengikuti MUN yang digelar Yale University di Korea Selatan. Dari Indonesia, ia bersama 12 anak-anak lain dari berbagai sekolah.

Sebagai catatan, mereka tidak berangkat dengan dukungan biaya dari sekolah. Soal perjalanan dan akomodasi, diatur oleh sebuah lembaga yang mendampingi dan mengurus urusan transportasi, hotel dan pendamping.

"Tapi, sekolah tentu mendukung banget dengan kasih izin, aturin jadwal AAS susulan, dan sebagainya," ucap Imesh.

Setelah mendaftar, Kiska tidak tahu akan dapat peran sebagai apa. Peran Kiska akan ditentukan oleh penyelenggara.

Jadi, karena Kiska berasal dari Indonesia, maka sudah pasti Kiska akan punya peran sebagai delegasi atau diplomat Indonesia.

"Ini namanya council reveal. Sebelum di-reveal sama panitia, peserta cuma bisa tahu bakal ada council apa aja di MUN tersebut dan topik per-council-nya apa aja," kata Imesh.

"Akhirnya, Anak gue dapet Rusia di Yale MUN kemaren. Bahasnya limbah industri fashion/konveksi," kata Imesh.

Tak sembarangan, Kiska harus menggunakan data riil yang mencerminkan situasi Rusia terkait kebijakan tersebut. Ini adalah 'senjata' mereka di forum simulasi sidang PBB itu.

"Bisa digempur sama chair (pemimpin sidang) kalau ngaco atau diinjak sama delegasi lain kalau ketahuan data abal-abal," terang Imesh.

Saking nyatanya forum ini, para delegasi yang dikirim juga harus mengimplementasikan trik-trik layaknya diplomat sungguhan di panggung internasional.

"Lo juga harus cari sekutu, lobbying soal motion yang elo ajuin, cari sponsor (terutama kalau elo negara kecil). Presentasi di depan podium, debat/sanggah/usul/dan lain-lain dari kursi lo, lobbying pakai diplomatic letter diem-diem ke negara-negara lain, pepet sosial (pas lagi free time, even di toilet)," ucap Imesh.

Atas partisipasinya di Yale MUN, Kiska mendapat penghargaan.

"YaleMUN Korea 2025 - UNEP - Honorable Mention. Dapat award Honorable Mention, (di MUN, nggak ada juara 1-2-3 gitu…award diberikan sesuai kompetensi dan kualitas peserta selama sidang," kata Imesh.

Bagaimana dengan nasib delegasi Indonesia lainnya?

Termasuk Kiska, 13 anak yang berpartisipasi pada Yale MUN ini tak otomatis berada di satu grup/delegasi. Mereka datang sesuai dengan council masing-masing.

"Cuma berangkatnya aja bareng dan kalo break nyari nasi kotak bareng juga," kata Imesh.

Relevansi MUN Bagi Masa Depan Indonesia

MUN tak hanya mengajarkan diplomasi. Ajang ini mengajarkan anak-anak muda mempunyai pengalaman riset yang komprehensif.

Karena, mereka tak bisa menggunakan data asal dan harus berdasar cerminan kenyataan di lapangan.

"Mungkin soal riset, nulis, debat, presentasi, berpikir kritis, negosiasi, diplomasi, leadership gitu ya. Tapi menurutku yang juga penting soal kepekaan anak muda/gen Z tentang segala macam isu di sekitarnya sih. Sadar, tahu, paham, bisa mikirin solusi dan ngajak orang lain buat sama-sama bergerak/melakukan sesuatu," ucap Imesh.

Imesh hanya sedikit menyayangkan perhatian MUN di Indonesia. Sebab, hanya 2 MUN yang diakui oleh Pusat Prestasi Nasional.

"Jadi anak-anak kayak Kiska yang menang MUN di UI, UGM hingga Yale, Kudu urus kurasi Puspresnas," kata Imesh.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Gerak Cepat Gubernur Sulsel, Tim Medis Hadirkan Pertolongan di Saat Paling Kritis di Pidie Jaya
• 10 jam laluharianfajar
thumb
Emiten Sawit TP Rachmat Resmikan Fasilitas Produksi Biokokas di Kalbar
• 19 jam laluwartaekonomi.co.id
thumb
Kericuhan di Kalibata Mereda, Massa Masih Berada di Lokasi
• 8 jam lalukumparan.com
thumb
Pramono Tanggung Semua Biaya Pengobatan Korban yang Ditabrak Mobil MBG
• 18 jam laluidxchannel.com
thumb
Ratu Dewa Minta Warga Palembang Waspadai Peningkatan Muka Air Sungai Musi
• 19 jam lalukumparan.com
Berhasil disimpan.