Mata uang Garuda naik 12 poin atau 0,07 persen ke level Rp16.676 per USD.
IDXChannel - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) ditutup menguat pada perdagangan Kamis (11/12/2025). Mata uang Garuda naik 12 poin atau 0,07 persen ke level Rp16.676 per USD.
Pengamat Pasar Uang Ibrahim Assuaibi menilai penguatan rupiah masih ditopang faktor eksternal di mana bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) memutuskan memotong suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) ke level 3,50-3,75 persen seperti yang sudah diperkirakan pasar.
"Sementara itu, Ringkasan Proyeksi Ekonomi (SEP) menunjukkan sebagian besar anggota mengisyaratkan suku bunga dana federal untuk tahun depan akan berada di sekitar 3,4 persen, yang artinya bahwa pembuat kebijakan dapat memotong 25 bps tahun depan," tulis Ibrahim dalam risetnya.
Pada konferensi persnya, Ketua Fed Jerome Powell mengatakan bahwa para pembuat kebijakan membutuhkan waktu untuk melihat bagaimana tiga pemotongan suku bunga Fed tahun ini berdampak pada perekonomian AS.
Powell menambahkan, para pejabat Fed akan mencermati data yang masuk menjelang pertemuan Fed berikutnya pada Januari.
Fokus pasar hari ini adalah klaim pengangguran awal mingguan AS yang akan dirilis nanti malam pukul 20.30 WIB.
Dari internal, Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 5 persen menjadi 4,9 persen untuk keseluruhan 2025.
Demikian juga untuk 2026 dari 5,1 persen menjadi 5 persen. Proyeksi itu lebih rendah dari target pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang sebesar 5,2 persen di 2025 dan 5,4 persen di 2026.
Pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk 2025 dan 2026 dikarenakan tarif tinggi yang dikenakan Amerika Serikat (AS). Hal itu menyebabkan ketidakpastian perdagangan yang diperkirakan membebani pertumbuhan.
Namun, pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sejalan dengan turunnya perkiraan pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan kawasan ASEAN dari 4,7 persen menjadi 4,3 persen untuk 2025 dan 2026.
ADB mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III mencapai 5,0 persen secara tahunan, dengan rata-rata pertumbuhan pada tiga kuartal pertama tahun ini sedikit melampaui 5,0 persen.
Aktivitas manufaktur juga menunjukkan perbaikan, tercermin dari Purchasing Managers’ Index (PMI) yang berada di atas level ekspansi, yakni 50, sepanjang Agustus hingga Oktober.
ADB menilai belanja pemerintah meningkat berkat eksekusi anggaran yang lebih baik serta penyaluran stimulus. Namun, laju investasi dan konsumsi rumah tangga mulai melambat setelah mengalami penguatan pada periode sebelumnya.
Dari berbagai sentimen di atas, untuk perdagangan besok, mata uang rupiah masih akan bergerak fluktuatif namun berpotensi melemah pada rentang Rp16.670- Rp16.710 per USD.
(NIA DEVIYANA)




:strip_icc()/kly-media-production/medias/5441135/original/013763200_1765454095-Kepala_BGN_Dadan.jpg)
