FAJAR, SURABAYA – Kerinduan Persebaya Surabaya akan sosok bomber kelas atas yang sepadan dengan David da Silva tampaknya belum terwujud.
Penampilan Mihailo Perovic dan Diego Mauricio yang jauh di bawah standar pada putaran pertama musim ini telah memicu alarm merah di manajemen.
Green Force kini dituntut merevitalisasi total lini serang mereka yang tumpul. Akankah Mihailo Perovic dan Diego Mauricio terdepak dari skuad?
Sektor yang seharusnya menjadi ujung tombak dan sumber gol utama Bajul Ijo justru menjadi titik lemah.
Ekspektasi tinggi yang disematkan kepada dua penyerang impor tersebut tidak mampu diterjemahkan menjadi kontribusi nyata di lapangan.
Mihailo Perovic, penyerang bernilai pasar Rp4,35 miliar, hanya mampu menyarangkan dua gol sepanjang 12 pertandingan.
Statistik ini jelas tidak proporsional dengan kepercayaan dan minute play yang ia terima.
Nasib Diego Mauricio bahkan lebih memilukan. Pemain yang ditaksir memiliki nilai Rp4,78 miliar ini baru mencicipi lapangan selama 34 menit.
Dari dua penampilan dia belum sama sekali mencatatkan namanya di papan skor.
Angka-angka kontribusi yang sangat minim dari duo striker asing ini kian memperkuat spekulasi mengenai perombakan total skuad jelang bursa transfer paruh musim.
Desakan publik dan kebutuhan tim membuat Persebaya harus bertindak cepat, karena kegagalan lini serang sudah menjadi masalah paling mendesak.
Kutukan Sepeninggal DDS
Jika kabar pemutusan kontrak Perovic dan Mauricio terwujud, ini akan menjadi babak baru dari rantai kegagalan yang membayangi Persebaya sejak David da Silva (DDS) meninggalkan klub pada 2021.
DDS yang mencatatkan kiprah stabil selama tiga musim, adalah penyerang asing terakhir yang benar-benar menjadi ikon dan tumpuan gol Bajul Ijo.
Sejak saat itu, Persebaya kesulitan menemukan goal-getter asing yang mampu bertahan lebih dari satu musim penuh dan tampil konsisten.
Deretan nama telah dicoba dan cepat tersingkir.
Manu Dzhalilov (Rp6,08 miliar) hanya bertahan semusim (2019-2020); Arsenio Valpoort (hanya tiga bulan); Jose Wilkson dan Silvio Junior (datang dan pergi dalam hitungan bulan); dan Paulo Victor (gagal memenuhi harapan, bertahan hingga November 2023).
Paulo Henrique tampil menjanjikan di awal, tapi hanya setengah musim. Terbaru Flavio Silva yang kontribusinya juga belum memuaskan dahaga gol Bonekmania.
Rangkaian coba-coba yang gagal ini menempatkan manajemen di persimpangan jalan krusial.
Bursa transfer tengah musim adalah satu-satunya kesempatan untuk memutus kutukan striker yang telah merusak performa tim dalam beberapa musim terakhir.
Stabilitas Ujung Tombak
Persebaya saat ini tidak hanya membutuhkan penyerang yang sekadar tajam.
Klub ini butuh sosok yang menjamin stabilitas dan leadership di lini depan, pemain yang mampu bertahan lebih lama dari sekadar jeda kompetisi.
Stabilitas ini fundamental untuk menghidupkan kembali mesin serangan dan mengangkat posisi tim di klasemen.
Tekanan publik kini sepenuhnya mengarah ke tim rekrutmen.
Kesalahan fatal dalam memilih bomber asing sekali lagi berisiko membuat perjalanan Green Force di putaran kedua Super League semakin terjal.
Meskipun situasi ini menantang, bursa paruh musim merupakan keharusan strategis untuk menambal lubang terpenting tim.
Jika manajemen berhasil mendatangkan targetman yang tepat, jalur persaingan papan atas masih terbuka lebar.
Sebaliknya, jika pilihan kembali meleset, masalah akut ini akan terus menghantui hingga akhir musim. (*)



