Matamata.com - Kementerian Lingkungan Hidup kembali menyoroti ancaman krisis planet yang semakin nyata dan berpotensi mengganggu keberlangsungan hidup manusia.
Pada sebuah acara di Jakarta, Kamis (11/12), Deputi Bidang Pengendalian Perubahan Iklim dan Tata Kelola Nilai Ekonomi Karbon, Ary Sudijanto, menyampaikan bahwa dunia kini sedang berada dalam tekanan tiga krisis besar: perubahan iklim, kehilangan keanekaragaman hayati, dan polusi.
Situasi ini, menurutnya, sudah memasuki fase yang “mengancam keberadaan manusia”.
Ia menegaskan bahwa jika masyarakat dan pelaku usaha tidak mengambil langkah serius untuk keluar dari krisis tersebut, manusia akan menghadapi ancaman eksistensial di planet ini.
“Kepunahan dinosaurus disebabkan oleh perubahan iklim. Sekarang hal itu mengancam kita,” ujarnya.
Sudijanto kemudian menjelaskan bahwa perubahan iklim pada era dinosaurus terjadi akibat tabrakan asteroid yang memicu perubahan ekstrem hingga membuat suhu Bumi turun drastis.
“Itu adalah peristiwa alam yang tidak dapat dihindari. Tetapi perubahan iklim yang terjadi sekarang adalah akibat perbuatan kita, disebabkan oleh kita. Oleh karena itu, kita harus mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya,” tambahnya.
Ia juga menyinggung bencana yang melanda Sumatra pada akhir November sebagai bukti nyata dampak perubahan iklim. Fenomena siklon tropis yang sebelumnya tidak pernah terjadi di kawasan itu kini mulai muncul.
Sudijanto mengungkapkan bahwa menurut BNPB, pemulihan infrastruktur pascabencana diperkirakan membutuhkan anggaran Rp52 triliun, sementara lembaga riset Celios menilai pemulihan lingkungan mencapai Rp50 triliun.
Dalam penjelasannya, ia menekankan pentingnya transisi energi serta penerapan standar lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG). Menurutnya, hal itu bukan beban, melainkan langkah perlindungan bagi manusia dan dunia usaha dari risiko krisis iklim.
- Akhirnya Bertemu Bunda Corla di Layar Lebar Lewat Film 'Mertua Ngeri Kali', Tayang Mulai Hari Ini
“Bencana hidrometeorologi di Sumatera Utara pasti akan menjadi gangguan, hambatan, dan pukulan bagi bisnis di daerah tersebut,” katanya menutup pernyataan. (Antara)



