Bagaimana Nasib Korban Hilang Saat Operasi SAR Berhenti?

kompas.id
10 jam lalu
Cover Berita

Di balik deru alat berat yang memecah keheningan lokasi bencana di Kabupaten Agam, Sumatera Barat ada hitungan mundur yang terus berdetak. Bagi keluarga korban yang masih hilang, waktu adalah harapan yang tersisa untuk memulangkan orang terkasih dalam kondisi apa pun.

Hingga kini, tercatat masih ada puluhan orang yang dilaporkan hilang. Data sementara menyebutkan sekitar 60 hingga 67 orang belum ditemukan. Namun, operasi pencarian tidak bisa berlangsung selamanya. Ketika masa tanggap darurat, yang diperpanjang hingga 22 Desember 2025 berakhir, sebuah keputusan berat harus diambil.

Tantangan di lapangan kian hari kian bertambah. Lumpur yang membalut wilayah terdampak di Kecamatan Palembayan bukan lagi lumpur cair yang mudah disisir. Lumpur itu telah mengeras, bercampur dengan material batu besar dan kayu.

”Tidak mungkin lagi kita lakukan penggalian secara manual dengan cangkul ataupun sekop,” ujar Direktur Bina Potensi Basarnas Agus Haryono di posko utama Kantor SAR Padang, Palembayan, Agam, Sumatera Barat, Kamis (11/12/2025).

Menurut Agus, tangan manusia tak lagi sanggup menembus puing-puing bangunan. Hanya alat berat seperti ekskavator yang kini menjadi andalan untuk membalik tanah yang mungkin menyembunyikan jasad korban.

Secara medis dan teknis, harapan menemukan korban selamat telah lama pupus. Masa emas (golden time) penyelamatan adalah tiga hari pertama. Lewat dari tujuh hari, jika pun tubuh korban ditemukan, kondisinya kerap kali sudah tidak utuh dan berpotensi membahayakan kesehatan tim penolong.

Tidak mungkin lagi kita lakukan penggalian secara manual dengan cangkul ataupun sekop.

Lantas, apa yang terjadi jika hingga batas akhir tanggap darurat korban tak kunjung ditemukan? Prosedur penghentian operasi bukanlah keputusan sepihak. Ini adalah proses yang melibatkan perasaan dan air mata. Sesuai prosedur standar operasi (SOP) Basarnas, keputusan untuk menghentikan pencarian dilakukan melalui musyawarah.

Tim SAR, pemerintah daerah, TNI, Polri, dan pemuka masyarakat akan duduk melingkar bersama pihak keluarga. Di sana, fakta-fakta harus disampaikan. Hal ini mulai dari efektivitas operasi, risiko kesehatan, dan tanda-tanda keberadaan korban.

Baca JugaMalam yang Mencekam bagi Warga Agam

”Kita akan sampaikan kepada pihak keluarga. Kita duduk bersama, bermusyawarah. Tentunya nanti kita akan menunggu tanggapan dari pihak keluarga,” jelas Agus.

Jika keluarga memohon dan masih ada petunjuk akurat, pencarian mungkin diperpanjang. Namun jika tanda-tanda nihil dan medan sudah terlalu berbahaya, keluarga mungkin harus dipaksa oleh keadaan untuk mengikhlaskan tanah longsoran itu sebagai makam abadi bagi orang-orang terkasih mereka.

Nisan tanpa nama

Bagi korban yang berhasil ditemukan pun cerita belum tentu berakhir dengan kepastian nama. Di tengah keterbatasan ruang pendingin jenazah di rumah sakit dan kewajiban agama untuk menyegerakan pemakaman, beberapa jasad harus dikebumikan tanpa identitas yang jelas.

Seperti yang terjadi pada 10 jenazah, terdiri dari anak-anak hingga orang dewasa, yang baru saja dimakamkan secara massal. Mereka dimakamkan dengan kode khusus, bukan nama. Sampel DNA pun telah diambil dari jasad-jasad tersebut untuk dicocokkan dengan warga yang melapor kehilangan anggota keluarga.

”Proses identifikasi masih terus berlangsung dan pencocokan DNA memerlukan waktu lama,” ungkap Kepala Pusat Identifikasi Bareskrim Polri Brigadir Jenderal Mashudi.

Nisan-nisan berkode itu kini menjadi penanda ketidakpastian. Jika suatu hari nanti hasil tes DNA keluar dan kecocokan ditemukan, keluarga memiliki pilihan untuk memindahkan jenazah ke tempat yang lebih layak atau membiarkan mereka beristirahat di sana dan mulai berziarah.

Baca JugaRapor Siswa di Sembilan Bangku Sekolah yang Kosong Selamanya

Saat alat berat berhenti menderu dan tim SAR menarik diri, yang tersisa di Agam bukan hanya puing bangunan, melainkan kesunyian panjang dari keluarga yang menanti kepastian. Kepastian untuk memberi nama pada nisan atau mengikhlaskan mereka yang hilang.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Polisi Ungkap Tidak Ada Fire Alarm di Gedung Terra Drone yang Mengalami Kebakaran
• 11 jam lalukompas.tv
thumb
5 Berita Populer: Melani Mecimapro soal Refund; Bedu Khawatirkan Mantan Istri
• 23 jam lalukumparan.com
thumb
Mendagri Apresiasi Kinerja Damkar, Sebut Kepuasan Publik Capai 90 Persen
• 11 jam lalukompas.com
thumb
Gerbong Khusus Perempuan di KRL: Solusi Aman di Perjalanan Atau Cuma Bikin Ribut?
• 16 jam laludewiku.com
thumb
BNPB: 14,78 Ton Bantuan untuk Korban Bencana Aceh Telah Tersalurkan
• 16 jam lalutvrinews.com
Berhasil disimpan.