Jakarta: Perdana Menteri Timor-Leste Xanana Gusmão menyuarakan keprihatinan mendalam atas kembali memanasnya konflik perbatasan Thailand–Kamboja.
Seruan ini disampaikan dalam kunjungan resmi Xanana ke Sekretariat ASEAN di Jakarta, Kamis, 11 Desember 2025, tak lama setelah Thailand melancarkan serangan udara terhadap wilayah Kamboja pada 8 Desember lalu.
Xanana menyebut situasi tersebut sebagai ujian nyata terhadap solidaritas kawasan. Ia menegaskan bahwa prinsip-prinsip ASEAN harus menjadi pegangan utama kedua negara.
“Kita semua tentu prihatin dengan perbaruan pertempuran di perbatasan Kamboja–Thailand. Dalam momen seperti ini, ASEAN harus berpegang pada prinsip inti: menahan diri semaksimal mungkin dan kembali ke dialog melalui kanal bilateral maupun mekanisme ASEAN,” ujar Xanana.
Xanana menegaskan bahwa prioritas segera adalah melindungi warga sipil dan mencegah perpindahan besar-besaran. Ia memperingatkan bahwa kawasan tak boleh membiarkan konflik ini merembet lebih jauh.
“Wilayah kita tidak mampu menanggung pendalaman konflik atau gangguan terhadap agenda integrasi, pembangunan, dan stabilitas,” kata Xanana.
Ia menekankan bahwa ASEAN harus “tetap stabil dan proaktif” dalam mendukung upaya de-eskalasi dan pencarian solusi jangka panjang.
Nada serupa disampaikan Sekretaris Jenderal ASEAN, Dr. Kao Kim Hourn, yang menyebut peningkatan kekerasan tersebut telah menarik perhatian luas komunitas internasional. Ia mengatakan sejumlah pemimpin dunia, termasuk Sekretaris Jenderal PBB, telah menyerukan kedua negara untuk segera menghentikan kekerasan dan kembali ke meja perundingan.
“Kita tidak bisa mengabaikan pertempuran di perbatasan dua negara anggota. Komunitas di kedua sisi menjadi korban langsung,” ujar Sekjen Kao.
“Pada momen kritis ini, ASEAN harus tetap teguh pada prinsip-prinsip piagam dan TAC: penyelesaian damai, kerja sama, dan memastikan perdamaian serta stabilitas kawasan,” tambah Sekjen Kao.
Sekjen Kao menambahkan bahwa ASEAN akan terus mendorong dialog dan diplomasi sebagai satu-satunya jalan keluar yang berkelanjutan. Menurutnya, stabilitas kawasan tidak boleh dikorbankan oleh eskalasi senjata yang berulang.
Ketegangan terbaru ini dipicu oleh tuduhan Thailand bahwa Kamboja melanggar perluasan kesepakatan gencatan senjata yang ditandatangani di Kuala Lumpur pada Oktober lalu—sebuah kesepakatan yang sebelumnya ditengahi Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim.
Pelanggaran itu kemudian memicu eskalasi cepat di sepanjang perbatasan, yang kini telah memaksa lebih dari setengah juta warga meninggalkan rumah mereka akibat baku tembak, serangan artileri, dan operasi udara yang terus berlangsung.



