Cerita Hakim di PN Kuala Simpang Terjebak Banjir 3 Hari 2 Malam di Aceh Tamiang

kumparan.com
4 jam lalu
Cover Berita

Seorang hakim Pengadilan Negeri (PN) Kuala Simpang, Qisthi Widyastuti, menjadi korban banjir di Aceh Tamiang. Ia mengaku terjebak banjir selama tiga hari dua malam di Kantor BSI Kuala Simpang.

Qisthi merupakan asli warga Kota Medan yang baru berdinas di Pengadilan Negeri Kuala Simpang selama 4 bulan. Saat itu, Rabu (26/11) sekitar pukul 21.30 WIB, beberapa wilayah di Kecamatan Kuala Simpang terendam banjir, listrik sudah padam total.

Qisthi berada di Rumah Dinas Tanjung Karang, menyadari bahwa sekelilingnya sudah terendam banjir. Tapi ia masih merasa aman karena rumah dinasnya itu tidak pernah terkena banjir.

"Rumah dinas itu sejarahnya dan kantor pengadilan tidak pernah terendam banjir, jadi kami merasa aman. Pas sekitar jam 05.00 WIB subuh, saya dapat telepon dari teman saya yang terjebak di kantor (PN) awalnya. Ternyata dikabarin air sudah naik sampai 1 lantai," kata Qisthi saat dihubungi, Kamis (11/12)

Qisthi kemudian mengecek rumah dinasnya, dan air belum ada. Lalu Qisthi masuk kembali ke dalam kamar. Ternyata sekitar pukul 05.30 WIB, tiba-tiba air masuk dengan cepat ke dalam rumah dinasnya.

Qisthi bergegas mengambil baju dan barang-barang yang bisa dibawanya. Barang-barang itu dikumpulkan dalam satu tas. Qisthi bersama tiga temannya, salah satunya Wakil Ketua PN Kuala Simpang bergegas ke tempat yang aman untuk menyelamatkan diri.

Saat Qisthi ke luar dari rumah dinasnya, sekitar pukul 06.30 WIB ternyata air sudah setinggi lutut orang dewasa. Ia menyusuri jalan dalam kondisi hujan lebat, mau ke tempat temannya di kantor PN Kuala Simpang.

"Jarak antara kantor (PN) sama rumah dinas sekitar 1 Km," ucapnya.

Di jalan, Qisthi bertemu dengan warga yang melarang untuk pergi dengan jalan kaki, sebab air sudah naik seleher orang dewasa dan arusnya semakin deras.

"Karena jalan kaki itu dilarang sama warga 'bu kau ke mana, ini ya mau kantor PN ya? engga usah bu, sudah seleher'. Karena sudah seleher itu, komunikasi masih ada sama teman kantor supaya ke rumah sakit umum aja, evakuasi" kata Qisthi.

Mendengar hal itu, Qisthi memutari jalan menuju rumah sakit umum, karena kondisi jalan yang biasa dilewatin sudah tergenang banjir. Hingga sampai di rumah sakit umum daerah (RSUD), Qisthi melihat warga telah banyak mengungsi di tempat itu. Ia pun mengurungkan niatnya.

"Kami melihat kayaknya enggak mungkin nih kalau kita evakuasi di sana (RSUD). Kami mengkhawatirkan logistik, kalau memang buruk-buruknya itu kami harus menginap kan," imbuh Qisthi.

Qisthi bersama rekan-rekannya melanjutkan perjalanan hingga menyisiri ke Jalan Lintas Medan-Aceh, mereka mencoba menerobosnya. Qisthi mendapatkan informasi kalau jalan lintas masih bisa dilalui.

Ternyata sekitar 600 meter menuju kantor PN Kuala Simpang, air telah naik hingga sedada orang dewasa. Qisthi dan rekannya kemudian putar arah balik. Perjuangan Qisthi dan rekannya sangat berat dengan menempuh medan yang terjang. Air sangat deras dan kondisi hujan yang sangat lebat mereka lalui. Mereka bingung mau ke mana.

"Jadi pas kami mutar itu, kami arah ke jembatan itu airnya agak surut. Surutnya enggak surut total, tapi surutnya sepaha," ucap Qisthi.

Sempat Ditolak Mengungsi

Qisthi bersama tiga rekannya sempat ditolak mengungsi di sebuah kafe oleh pemiliknya. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki. Di jalan mereka ketemu dengan pegawai kantor PN dan menyuruh mereka untuk mengungsi di masjid raya.

"Awalnya diajak ke masjid raya 'ayo bu, kita ke masjid raya saja, tapi air sudah sedada'. Sudah bang gapapa, yang penting ada tempat berlindung kami bilang gitu," ucap Qisthi.

Saat perjalanan menuju masjid, mereka menemukan kantor BSI dan berlindung di sana. Para pihak BSI memperbolehkan Qisthi bersama tiga rekannya untuk mengungsi di kantornya.

Kantor BSI juga terkena banjir di lantai satu sedada orang dewasa. Jadi mereka naik ke lantai dua demi menyelamatkan diri. Akhirnya Qisthi bersama tiga rekannya bisa mengungsi ke tempat yang aman. Walaupun saat di kantor BSI baju mereka sudah basah kuyup.

"Naik ke atas di lantai 2 itu kami kondisi basah kuyup, nyari ruangan yang bisa (istirahat). Ternyata ruangan yang bisa itu ruangan server, kami bermalam di situ," katanya.

"Ukuran (ruangan) server 2 x 1,5 meter, kami 4 orang berteduh di situ selama 3 hari 2 malam," sambung Qisthi.

Pihak pegawai BSI memberikan makanan dan minuman kepada mereka. Dan memberikan alas spanduk untuk tempat tidurnya. Ruangan yang sempit, gelap, dingin di ruangan server, Qisthi dan tiga rekannya berjejer tidur beralaskan spanduk.

Tidur tidak nyenyak, Qisthi bersama tiga rekannya terbayang-terbayang apakah airnya akan naik ke lantai dua. Rasa takut itu menghantui Qisthi dan tiga rekannya.

"Jadi sepanjang tidur kami itu dengar suara air ngalir, terus ada barang-barang bertabrakan. Itu yang paling sayangkan ingat itu, rasa apa ya, ketakutan kami pas ngungsi itu," kata Qisthi.

Mereka merasa was-was dan terbangun dari tidurnya pada hari Kamis malam itu. Tidur tidak nyenyak, mereka pun meriksa apakah air sudah naik dan ternyata airnya mulai naik di anak tangga menuju lantai dua.

"Sebelum tidur kami periksa airnya itu 5 anak tangga lagi mau naik ke lantai 2. Kami terbangun, airnya tinggal 1 (anak tangga) lantai naik ke lantai 2. Jadi memang kami tidur itu dalam keadaan was-was," ujar Qisthi.

Tidak berakhir sampai di situ, Qisthi bersama tiga rekannya harus bertahan demi hidup selama tiga hari dua malam untuk bertemu keluarganya. Air bersih tidak ada, listrik mati, komunikasi terputus, mereka benar-benar terisolasi.

Pada hari Sabtu (29/11) siang, Qisthi dan tiga rekannya ke luar dari kantor BSI karena air sudah mulai surut. Mereka jalan kaki menuju kantor, ternyata di kantor PN airnya masih tinggi se-pinggang orang dewasa.

Qisthi kemudian berhenti sejenak di rumah makan di lantai dua, menunggu airnya surut. Langit mulai gelap dan listrik masih mati, Qisthi memutuskan untuk melanjutkan perjalanan karena tidak ingin terjebak banjir lagi.

"Kami jalan berempat tuh, air posisinya sudah sepaha. Kami jalan masuk ke kantor PN itu ada mobil yang terbalik ya di pintu masuknya. Jadi kami masuk kantor itu sebelah kanan pagar," katanya.

Qisthi dan tiga rekannya menginap di kantor PN karena sudah larut malam. Keesokan harinya, pegawai kantor PN menemui mereka lalu mengevakuasinya.

"Kebetulan rumah pegawainya itu daerah tinggi jadi enggak kena banjir. Jadi kami pindah evakuasi ke tempat pegawai. Kami dilangsir pakai sepeda motor. Kami nginap 1 hari sampai akhirnya hari Senin pagi ada info akses untuk pulang ke Medan. Tapi via kapal, naik boat kami," ucapnya.

Qisthi bersama tiga rekannya tidak pikir panjang dan langsung mencari informasi kapal tersebut. Mereka ingin pulang ke rumahnya masing-masing.

Hari Senin (1/12) sekitar pukul 11.00 WIB, mereka melihat ada truk pengangkut sawit dan menaikinya. Perjalanan dari rumah pegawainya di Desa Paya Bedi, Kecamatan Rantau, Aceh Tamiang menuju ke tempat kapal yang akan berangkat ke Salahaji, Langkat.

"Perjalanannya sekitar 1 setengah jam naik mobil jalan darat. Sesampainya di pinggir sungai itu, kami mengantre untuk naik kapal," ucap Qisthi.

Perjalanan menghabiskan waktu sekitar dua jam menuju pelabuhan Pangkalan Susu, Langkat. Akhirnya Qisthi bersama tiga rekannya saat berada di kapal, mendapatkan sinyal. Sehingga mereka bisa menghubungi keluarganya.

"Sekitar 20 menit sebelum Pangkalan Susu, itu kami dapat sinyal. Akhirnya nelepon keluarga untuk kasih tahu kabar kami selamat dan sehat dan minta dijemput. Sekitar jam 17.00 WIB kami sampai di Pelabuhan Pangkalan Susu, Langkat," tutupnya.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Wapres Gibran Minta Peristiwa Mobil MBG Tabrak Siswa SDN Cilincing Diusut Tuntas
• 13 jam lalubisnis.com
thumb
AHY: Perbaikan Infrastruktur Usai Banjir Bandang Tak Boleh Asal Cepat
• 20 jam laluidxchannel.com
thumb
Menu Pink & Playful ala Molly, Intip Yuk Strategi Pizza Hut Gaet Penggemar Pop Culture
• 20 jam laluherstory.co.id
thumb
Sudah Dimuluskan Vietnam, Ini Satu-satunya Cara Timnas Indonesia U-22 Lolos Semifinal SEA Games 2025
• 8 jam lalutvonenews.com
thumb
Akting Sultan Gagal, Terkuak Siasat Licik Mbah Tarman Pakai Cek Palsu Demi Nikahi Shela
• 15 jam lalusuara.com
Berhasil disimpan.