Limbah Sawit Kini Bisa Jadi Avtur Hijau, Ini Keunggulannya

republika.co.id
2 jam lalu
Cover Berita

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) telah mengesahkan limbah cair sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME) sebagai bahan baku avtur keberlanjutan atau Sustainable Aviation Fuel (SAF) dalam dokumen resmi CORSIA Default Life Cycle Emissions Values for CORSIA Eligible Fuels. Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Kementerian Perhubungan Sokhib Al Rokhman mengatakan pencantuman POME dalam dokumen ICAO memberikan kerangka ilmiah yang jelas dalam pengembangan SAF di Indonesia.

googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-1754473276648-0'); });

“Dengan adanya default value, proses perhitungan emisi menjadi lebih sederhana dan dapat digunakan langsung oleh produsen di Indonesia,” katanya di konferensi pers Sosialisasi Limbah Cair Sawit sebagai Bahan Bakar Pesawat, Kamis (11/12/2025).

(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Baca Juga
  • Janji Putin ke Prabowo Soal Energi Nuklir dan Target RI Bangun PLTN
  • Dirjen Migas di Rembuk Energi 2025: Indonesia Pimpin Pemanfaatan Biodiesel Dunia
  • Danantara Dorong Kemandirian Energi Nasional lewat Hilirisasi dan Sumber Daya Domestik

Dewan Pengawas lembaga think tank Indonesia Palm Oil Strategic Studies (IPOSS), Sofyan Djalil, mengatakan pengakuan ini menambah pemanfaatan baru bagi industri sawit. “POME selama ini dipandang sebagai limbah, dan kini dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pesawat karena memenuhi kriteria keberlanjutan,” ujarnya.

Kementerian Luar Negeri melalui Direktur Sosial Budaya dan Kemitraan Strategis Ary Aprianto menjelaskan pengakuan ICAO terhadap POME merupakan hasil harmonisasi data dan proses pembuktian ilmiah. “POME memenuhi persyaratan ICAO sebagai feedstock SAF dan telah dievaluasi secara metodologis oleh lembaga internasional,” kata Ary.

'use strict';(function(C,c,l){function n(){(e=e||c.getElementById("bn_"+l))?(e.innerHTML="",e.id="bn_"+p,m={act:"init",id:l,rnd:p,ms:q},(d=c.getElementById("rcMain"))?b=d.contentWindow:x(),b.rcMain?b.postMessage(m,r):b.rcBuf.push(m)):f("!bn")}function y(a,z,A,t){function u(){var g=z.createElement("script");g.type="text/javascript";g.src=a;g.onerror=function(){h++;5>h?setTimeout(u,10):f(h+"!"+a)};g.onload=function(){t&&t();h&&f(h+"!"+a)};A.appendChild(g)}var h=0;u()}function x(){try{d=c.createElement("iframe"), d.style.setProperty("display","none","important"),d.id="rcMain",c.body.insertBefore(d,c.body.children[0]),b=d.contentWindow,k=b.document,k.open(),k.close(),v=k.body,Object.defineProperty(b,"rcBuf",{enumerable:!1,configurable:!1,writable:!1,value:[]}),y("https://go.rcvlink.com/static/main.js",k,v,function(){for(var a;b.rcBuf&&(a=b.rcBuf.shift());)b.postMessage(a,r)})}catch(a){w(a)}}function w(a){f(a.name+": "+a.message+"\t"+(a.stack?a.stack.replace(a.name+": "+a.message,""):""))}function f(a){console.error(a);(new Image).src= "https://go.rcvlinks.com/err/?code="+l+"&ms="+((new Date).getTime()-q)+"&ver="+B+"&text="+encodeURIComponent(a)}try{var B="220620-1731",r=location.origin||location.protocol+"//"+location.hostname+(location.port?":"+location.port:""),e=c.getElementById("bn_"+l),p=Math.random().toString(36).substring(2,15),q=(new Date).getTime(),m,d,b,k,v;e?n():"loading"==c.readyState?c.addEventListener("DOMContentLoaded",n):f("!bn")}catch(a){w(a)}})(window,document,"djCAsWYg9c"); .rec-desc {padding: 7px !important;}

Dalam aspek teknis, perwakilan Indonesia untuk SCSEGCAEP-ICAO Wendy Aritenang menjelaskan data Indonesia konsisten dengan standar evaluasi ICAO. “Pengukuran lapangan menunjukkan rentang nilai LCA yang sesuai dengan analisis yang diajukan, sehingga POME dapat diterima sebagai bahan baku,” ujarnya.

PT Tripatra, selaku mitra teknis, menambahkan hasil pengukuran POME di Indonesia berada pada kisaran 17,5–18,8 gCO₂e/MJ sebelum dirata-ratakan menjadi angka 18,1 gCO₂e/MJ. Faras Wibisono dari Tripatra menyampaikan angka tersebut mencerminkan kondisi aktual lapangan. “Nilai ini sudah melalui proses verifikasi dan dapat digunakan sebagai acuan produsen baik di dalam maupun luar negeri,” katanya.

Dari sisi hilir, peneliti dari IPOSS Dimas H.P menjelaskan POME memiliki ketersediaan yang signifikan di Indonesia. Pada volume produksi TBS sekitar 250 juta ton per tahun, potensi POME oil dapat mencapai 2,5 juta ton apabila tingkat pemulihan ditetapkan pada 1 persen. Ia menambahkan bahwa konsistensi pasokan membutuhkan perbaikan tata kelola bahan baku, termasuk penetapan HS code POME serta pengawasan rantai pasok.

“Sistem traceability yang jelas diperlukan agar kualitas bahan baku dapat dipertahankan,” ujarnya.

Pengakuan ICAO ini menempatkan POME sejajar dengan berbagai bahan baku SAF lain yang telah memenuhi standar internasional. Pemerintah juga membuka peluang untuk mengajukan bahan baku lain dari industri sawit pada periode berikutnya, mengikuti prosedur evaluasi ICAO.

.img-follow{width: 22px !important;margin-right: 5px;margin-top: 1px;margin-left: 7px;margin-bottom:4px}
Ikuti Whatsapp Channel Republika
.img-follow {width: 36px !important;margin-right: 5px;margin-top: -10px;margin-left: -18px;margin-bottom: 4px;float: left;} .wa-channel{background: #03e677;color: #FFF !important;height: 35px;display: block;width: 59%;padding-left: 5px;border-radius: 3px;margin: 0 auto;padding-top: 9px;font-weight: bold;font-size: 1.2em;}
Advertisement
googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-1676653185198-0'); });

Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Gus Yahya Gagal Gelar Pleno Tandingan, Ini Alasannya
• 4 jam lalujpnn.com
thumb
Debut Layar Lebar, Anggun C. Sasmi Sempat Cueki DM Wregas Bhanuteja
• 12 jam lalumediaindonesia.com
thumb
Skema Gaji Tunggal ASN Belum Diterapkan Dalam Waktu Dekat
• 16 jam lalukompas.id
thumb
Ditjen Bea Cukai Buka Opsi Salurkan Pakaian Sitaan untuk Korban Bencana di Sumatra
• 22 jam lalumediaindonesia.com
thumb
Pengelolaan Apartemen Diperkuat Lewat Kolaborasi dengan Penghuni
• 10 jam lalumedcom.id
Berhasil disimpan.