TABLOIDBINTANG.COM - Kesibukan Verrell Bramasta tak lagi sebatas dunia hiburan. Di luar statusnya sebagai aktor, putra Venna Melinda itu kini dikenal sebagai politisi muda anggota komisi X DPR RI.
Aktivitasnya di lapangan, dari pendidikan hingga riset nasional, membuat Verrell ramai dibicarakan bukan karena proyek layar kaca, melainkan karena sederet aksi nyatanya.
“Tidak cukup hanya bicara, kita harus memastikan hasilnya sampai ke masyarakat," kata Verrell Bramasta.
Awal 2025 ia buka dengan revitalisasi PAUD Az-Zahra sebagai bentuk dukungannya pada pendidikan usia dini. Bulan berikutnya, ia ikut menyuarakan dukungan naturalisasi pemain timnas.
Pemain sibetron Putri Untuk Pangeranitu juga sempat turun langsung meninjau banjir di Babelan, Bekasi, memastikan bantuan tersalurkan cepat pada Maret 2025.
April, Verrell tampil di Parlemen Pelajar 2025 dan menyampaikan pesan penting untuk generasi muda.
“Generasi muda bukan hanya penonton, tapi aktor utama perjalanan bangsa,” ujarnya di hadapan ratusan pelajar.
Mei, ia bertolak ke Konferensi Parlemen Negara-Negara OKI (PUIC) ke-19, menyinggung kekuatan media sosial dalam isu global.
“Media sosial hari ini sudah jadi pilar kelima demokrasi. Dari sana dukungan untuk Palestina terus menguat,” ungkap Verrel.
Pada pertengahan tahun, Verrell meluncurkan Indeks Risiko Iklim Desa (IRID) di Karawang dan berdialog dengan atlet SEA Games serta atlet disabilitas NPCI Bekasi. Ia juga menyoroti tantangan budaya digital yang dihadapi generasi muda.
“Indonesia Emas 2045 tidak akan tercapai jika ‘crab mentality’ terus menggerogoti 64 juta pemuda Indonesia,” ucap Verrell.
Memasuki penghujung tahun, aktivitasnya tak melambat. Ia kembali ke dapil memastikan progres revitalisasi sekolah dan PAUD telah mencapai 80%. November, ia membantu atlet dayung Purwakarta dengan menyumbang alat gym hingga menanggung sewa lokasi latihan selama setahun.
Desember, fokusnya beralih ke dunia riset. Kunjungan ke BRIN Cibinong membuat Verrell menyoroti pentingnya percepatan hilirisasi riset dan digitalisasi aset ilmiah.
“Hilirisasi dan digitalisasi bukan lagi opsi, tetapi kebutuhan. Riset harus bergerak dari laboratorium menuju masyarakat,” tegasnya.
Di akhir 2025, Verrell menyimpulkan perjalanan setahunnya dengan penuh optimisme.
“Transformasi bangsa dimulai dari keberanian mengubah budaya, memperluas akses, dan memastikan keadilan sampai akar,” pungkas Verrel.
