EtIndonesia. Di bawah kekuasaan keluarga Kim, penjara-penjara Korea Utara terkenal dengan kondisi yang sangat keras, di mana para tahanan rutin mengalami perlakuan tidak manusiawi.
Menurut keterangan dari orang dalam, pihak penjara menanam mata-mata di antara para tahanan, dan siapa pun yang menunjukkan sedikit saja rasa tidak puas bisa “menghilang” dalam semalam—lenyap tanpa jejak.
Banyak narapidana di penjara Korea Utara hilang secara misterius
Menurut laporan Daily NK, penjara Korea Utara digambarkan sebagai “neraka di bumi,” dengan kondisi hidup yang sangat brutal. Selain dipaksa bekerja dengan sangat berat, jatah makanan para tahanan terus dikurangi, membuat mereka selalu berada dalam kondisi kelaparan ekstrem dan kelelahan. Bahkan ketika para tahanan terluka atau jatuh sakit, mereka hampir tidak mendapat perawatan medis dan sering dibiarkan mati tanpa penanganan.
Selama musim dingin, tahanan tidur di atas tikar setipis kertas, sehingga kasus radang dingin (frostbite) sangat umum terjadi. Air minum yang terkontaminasi juga memicu diare parah dan wabah penyakit menular di dalam fasilitas tersebut. Kotoran yang ekstrem, bau menyengat, serta infestasi hama membuat para tahanan mengalami penyiksaan fisik dan psikologis tanpa henti.
Sumber dari Provinsi Hamgyong Utara menyebutkan bahwa kesaksian terbaru dari mantan tahanan yang dibebaskan dari kamp pendidikan ulang Hamhung dan Kaechon perlahan membuka kenyataan mengerikan ini. Seorang orang dalam mengatakan, “Satu ucapan ceroboh saja di dalam kamp pendidikan ulang bisa merenggut nyawamu,” menegaskan bahwa memang ada tahanan yang dibawa pergi tengah malam dan tidak pernah terlihat lagi.
Para mantan tahanan mengungkapkan bahwa sejak 2025, kondisi hidup di dalam kamp semakin memburuk, sementara pengawasan dan kontrol semakin diperketat. Hal ini memicu rasa tidak puas yang makin besar di antara para tahanan, yang kerap mengucapkan kalimat seperti “Lebih baik aku mati saja,” “Hidup ini terlalu menyakitkan,” atau “Kita bekerja seperti binatang tetapi hampir tidak diberi makan.” Pernyataan seperti ini langsung dianggap sebagai pelanggaran politik dan dihukum sangat berat oleh pihak berwenang.
Untuk mencegah ketidakpuasan menyebar, para pengelola kamp menanam informan di antara para tahanan. Menurut sumber, laporan rahasia dari para informan inilah yang menyebabkan banyak tahanan dibawa pergi pada tengah malam—dan tidak pernah kembali.
Di tengah kekurangan material yang parah di penjara Korea Utara, bahkan sabun, tisu toilet, dan pembalut dianggap barang mewah. Karena itu, pihak berwenang menggunakan rokok dan makanan ringan sebagai hadiah untuk mendorong informan melaporkan sesama tahanan.
Sistem yang menyimpang ini menciptakan pola pikir di antara tahanan bahwa “bertahan hidup mustahil tanpa menjadi informan,” memaksa mereka mengkhianati satu sama lain demi menyelamatkan diri.
Seorang sumber menyesalkan bahwa sistem yang seharusnya membantu pelaku pelanggaran kembali ke masyarakat ini justru berubah menjadi tempat saling memata-matai dan menjebak—begitu brutal hingga para tahanan berkata, “Untuk bertahan hidup, kamu harus menjadi binatang.”
Lembaga Nonprofit Ungkap Perlakuan Tidak Manusiawi di Penjara Korea Utara
Pada 24 Maret 2023, CNN melaporkan bahwa sejumlah orang yang pernah ditahan di penjara atau fasilitas penahanan Korea Utara menggambarkan banyak kekejaman kepada organisasi nonprofit Korea Future.
Dalam laporannya, Korea Future memasukkan wawancara dan kesaksian ratusan pembelot Korea Utara, didukung dokumen resmi, citra satelit, analisis struktur, serta simulasi digital fasilitas koreksi, yang secara rinci mengungkap penderitaan para tahanan yang sebelumnya tidak diketahui. Organisasi tersebut secara tegas menyatakan bahwa pemimpin Korea Utara Kim Jong Un harus dimintai pertanggungjawaban.
Sumber-sumber tersebut mencakup para penyintas, saksi mata, bahkan para pelaku penyiksaan. Korea Future mendokumentasikan lebih dari 1.000 kasus penyiksaan di penjara, ratusan kasus kekerasan seksual, dan ratusan pelanggaran hak asasi manusia lainnya.
Laporan tersebut mengidentifikasi ratusan individu yang berulang kali terlibat dalam penyiksaan dan menyerukan investigasi serta penuntutan resmi. Kesaksian saksi mata juga dicocokkan dengan citra satelit dari 206 fasilitas penahanan di berbagai provinsi, menuduh pejabat tinggi, termasuk mayor jenderal, sebagai pelaku langsung kejahatan tersebut.
Beberapa kisah sangat mengerikan. Tiga orang dipenjara karena mencoba membelot: seorang wanita mengaku dipaksa menjalani aborsi saat usia kandungan tujuh hingga delapan bulan; seorang pria melaporkan hanya diberi 80 gram jagung per hari, turun dari 60 kilogram menjadi 37 kilogram dalam sebulan, dan terpaksa memakan kecoak dan tikus untuk bertahan hidup; orang ketiga dipaksa mempertahankan posisi tubuh yang menyakitkan selama 17 jam per hari selama 30 hari berturut-turut.
Seorang pria yang berulang kali mencoba melarikan diri antara tahun 2000 hingga 2017 mengungkap bahwa penjaga penjara melakukan pelecehan seksual terhadap tahanan wanita dan memukuli para tahanan dengan brutal. Para tahanan dipaksa berjalan dengan membungkuk pada sudut 90 derajat, dan sebelumnya bahkan harus merangkak dengan tangan dan kaki; pada 2017, berdiri tegak hanya diperbolehkan jika tubuh tetap membentuk sudut 90 derajat.
Ia juga menjelaskan bahwa saat musim dingin, suhu bisa turun hingga –10°C, dan lima tahanan dikurung dalam sel berukuran 6,6 meter persegi tanpa pemanas. Pada tahun 2000, tidak ada perlengkapan penghangat sama sekali, dan baru pada 2017 selimut mulai disediakan. Bentuk penyiksaan lain tetap berlangsung: beberapa penjaga memaksa tahanan perempuan mencuci pakaian di malam hari dan kemudian melecehkan mereka secara seksual.
Sumber : Visiontimes.com





