Siswa Sekolah Rakyat: Dari Sulit Membaca Kini Berani Rencanakan Masa Depan

suara.com
2 jam lalu
Cover Berita
Baca 10 detik
  • SRMP Sentra Handayani Jakarta Timur menerima siswa dengan latar belakang kurang mampu dan kesulitan membaca awal.
  • Siswa menjalani matrikulasi intensif untuk mengejar kemampuan dasar membaca, menulis, dan berhitung hingga lancar.
  • Sebagian besar siswa kini berani menyusun proposal hidup berorientasi melanjutkan studi ke jenjang pendidikan tinggi.

Suara.com - Di Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) Sentra Handayani, Jakarta Timur, perjalanan belajar para siswanya jarang lurus dan mulus. Banyak dari mereka datang dengan catatan panjang seperti putus sekolah, minim dukungan keluarga, hingga ada yang belum lancar membaca ketika pertama kali masuk. 

Namun, dalam waktu yang tidak terlalu panjang, perubahan kecil, tapi berdampak besar, mulai terlihat. Kepala SRMP Sentra Handayani, Regut Sutrasto, mengingat jelas kondisi awal para siswa itu.

"Beberapa anak, mungkin ada satu, dua, yang belum bisa membaca (ketika pertama masuk Sekolah Rakyat), lalu ada tim teaching dari bapak, ibu guru," kata Regut kepada wartawan, Jumat (12/12/2025).

Tahap matrikulasi menjadi pintu awal. Pada saat itu, mereka yang tertinggal dibantu mengejar kemampuan dasar membaca, menulis, berhitung dengan ritme yang lebih manusiawi. Regut bersyukur tak ada kendala berarti selama proses itu.

"Alhamdulillah sekarang semuanya sudah bisa lancar," katanya.

Para siswa Sekolah Rakyat itu tidak berhenti ditugaskan untuk mengejar ketertinggalan akademik. Lebih jauh dari itu, anak-anak yang berasal dari keluarga desil 1 dan 2, atau miskin ekstrem dan miskin, itu juga diarahkan untuk berani menyusun masa depannya masing-masing.

Regut menyebut para siswa SRMP kini sudah membuat proposal hidup semacam peta jalan versi sederhana untuk masa dewasa mereka. Proposal itu bukan sekadar tugas sekolah. Bagi anak-anak dengan latar belakang rapuh, menuliskan masa depan dapat menjadi langkah berani untuk mengklaim harapan.

Dari proposal-proposal itu, ada satu hal yang membuat para guru cukup tertegun karena hampir semua siswa mengaku ingin kuliah.

"Kami pernah mendata bahwa semuanya ini anak-anak pengen kuliah, sudah punya program pengen kuliah, nah itu yang kita garis bawahi ya," tutur Regut.

Baca Juga: Pemulihan Psikososial di Sumatra, Lebih Dari 50 Persen Siswa Masih Alami Sedih dan Cemas

Untuk menggapai rencana tersebut, para siswa diarahkan agar bisa lulus dari SRMA kemudian melanjutkan sekolah ke sekolah rakyat menengah atas (SRMA). Dari sana, pintu menuju perguruan tinggi dibuka melalui program beasiswa yang bekerja sama dengan kementerian maupun lembaga lain.

Tapi selain berlanjut ke SRMA, Regut juga punya harapan besar kepada siswa-siswanya ada yang bisa menembus masuk ke Sekolah Garuda.

Diketahui Sekolah Garuda juga termasuk program pemerintah dalam bidang pendidikan, yang dibuat khusus untuk anak-anak berprestasi di bidang akademik.

"Walaupun nanti seleksi ya cukup ketat, kita akan mencoba. Setidaknya anak-anak ini nanti karirnya akan lebih bagus, karena kita harapkan nanti ke sekolah-sekolah yang lebih bagus," harap Regut.

Ia tahu perjalanan itu tidak mudah. Banyak anak datang dengan bayang-bayang persoalan hidup yang terlalu dewasa untuk usia mereka. Tapi, di SRMP, mereka mulai dilatih untuk membayangkan sesuatu yang lebih jauh dari sekadar bertahan hidup.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Pengungsian Korban Bencana Aceh Akan Dipusatkan: Dilengkapi MCK-Dapur Umum
• 17 jam lalukumparan.com
thumb
Malaysia Beri Bantuan ke Pelajar Indonesia yang Terdampak Banjir Sumatera
• 19 jam laluidxchannel.com
thumb
Respons Erling Haaland Usai Cetak Gol di Santiago Bernabeu
• 17 jam lalumedcom.id
thumb
Sambut Libur Akhir Tahun 2025, KHAS Malioboro Hotel dan KHAS Tugu Hotel Hadirkan Kemeriahan "KHAStival Candyland
• 22 jam lalumediaindonesia.com
thumb
The Death of Leisure: Hobi dalam Ilusi Produktivitas dan Hustle Culture
• 23 jam lalukumparan.com
Berhasil disimpan.