EtIndonesia. Marcus, seorang anak laki-laki berusia 9 tahun di Amerika Serikat, diagnosis Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Namun orang tuanya tidak ingin ia bergantung pada obat seumur hidup. Mereka ingin mencari cara lain yang dapat membantu meningkatkan kesehatan otaknya.
Dalam sebulan berikutnya, dokter mengubah pola makan Marcus. Sebelum itu, pola makannya sama seperti kebanyakan anak: makanan ringan olahan, kadang minum minuman manis, dan sereal warna-warni. Setelah perubahan, asupan pewarna buatan dan gula tambahan dikurangi; protein serta serat ditingkatkan; dan kualitas diet secara keseluruhan diperbaiki untuk mendukung kesehatan usus.
Dalam beberapa minggu, orang tua Marcus menyadari perubahan signifikan — ia lebih jarang marah, lebih fokus saat mengerjakan PR, dan emosinya lebih stabil. Dokter pun mulai mengurangi dosis obat stimulan yang ia konsumsi. Meski dosis dikurangi, efeknya justru lebih baik, dan efek samping jauh lebih sedikit.
Ini adalah salah satu kasus yang ditangani dr. Joel Warsh, seorang dokter anak di Los Angeles yang ahli di bidang pengasuhan, kesehatan, dan kedokteran integratif. Dalam tulisannya di Epoch Times, ia menyebutkan bahwa ketika anak mengalami masalah seperti kurang fokus, impulsif, dan hiperaktif, orang tua biasanya langsung memilih pengobatan dengan obat. Namun dalam praktik klinis, sebagian anak dapat mengalami perbaikan signifikan hanya dengan mengubah pola makan, meningkatkan kesehatan usus, dan mengontrol gula darah.
Mengapa Makanan Dapat Mempengaruhi Konsentrasi?Dr. Warsh menjelaskan bahwa pengaruh makanan tidak hanya pada kesehatan fisik — tetapi juga pada suasana hati, konsentrasi, bahkan cara otak anak memproses informasi.
1. Gula Darah dan NeurotransmiterOtak membutuhkan pasokan glukosa yang stabil. Lonjakan dan penurunan cepat gula darah dapat menyebabkan mudah marah, impulsif, dan sulit fokus. Perubahan drastis ini juga mempengaruhi neurotransmitter seperti dopamin dan norepinefrin, yang penting untuk konsentrasi dan regulasi emosi.
Ketika anak mengonsumsi karbohidrat olahan atau minuman manis, gula darah naik dan turun tajam — membuat otak seperti “naik roller coaster”, mudah lelah dan tidak stabil.
2. Nutrisi PentingNutrisi bukan hanya bahan bakar, melainkan juga sinyal kimia bagi otak.
Beberapa contohnya:
- Zink & magnesium → membantu metabolisme neurotransmitter, mempengaruhi dopamine & serotonin.
- Zat besi → penting untuk aktivitas dopamin dan perkembangan saraf; kekurangan dapat menyebabkan penyusutan sebagian volume otak.
- Vitamin B9 (asam folat) & B12 → penting untuk fungsi sistem saraf.
- Asam lemak omega-3 → membantu stabilitas membran neuron dan mengurangi peradangan saraf.
Keseimbangan bakteri usus berperan besar dalam produksi neurotransmitter, respons imun, dan peradangan. Ketidakseimbangan mikrobiota dapat memicu peradangan saraf dan mengganggu regulasi dopamin serta serotonin, yang pada akhirnya mempengaruhi perhatian, suasana hati, dan perilaku.
Pendekatan Pendukung Selain ObatDr. Warsh menegaskan bahwa pengalaman Marcus bukanlah kasus tunggal. Banyak anak sensitif terhadap makanan atau faktor lingkungan tertentu. Dengan menyesuaikan faktor-faktor tersebut, kemampuan regulasi diri anak dapat membaik dan bahkan mengubah proses pengobatannya.
Ia menyampaikan bahwa ADHD bukan disebabkan oleh pola makan buruk. ADHD adalah kondisi kompleks dengan dasar genetik yang kuat. Namun kualitas makanan, kesehatan usus, dan status nutrisi dapat memperburuk atau memperingan gejala — serta mempengaruhi tingkat peradangan, keseimbangan neurotransmitter, bahkan respons otak terhadap obat atau terapi.
Strategi yang Bisa Dilakukan Orang Tua 1. Kurangi atau hilangkan pewarna dan aditif buatanJika anak menunjukkan perilaku memburuk setelah makan makanan olahan atau pewarna sintetis (seperti Red 40, Yellow 5 atau 6), hentikan selama beberapa minggu dan amati perubahan.
2. Stabilkan gula darahBatasi minuman manis, permen, dan karbohidrat olahan yang membuat gula darah naik-turun drastis.
3. Optimalkan nutrisiSebuah tinjauan sistematis tahun 2024 menunjukkan bahwa suplemen zat besi, zink, magnesium atau omega-3 dapat sedikit memperbaiki gejala ADHD, terutama jika anak memang kekurangan nutrisi tersebut.
4. Dukung kesehatan ususTambahkan makanan kaya probiotik seperti bawang, bawang putih, oat, dan pisang, yang membantu pertumbuhan bakteri baik.
5. Olahraga, tidur, dan manajemen stresAktivitas fisik, tidur cukup, dan pengelolaan stres adalah pilar penting dalam penanganan ADHD.
Tautan artikel asli: How Certain Foods May Fuel ADHD Symptoms, and 5 Ways to Help





