Jalin Pembayaran Nusantara, bagian dari Danantara melalui Holding BUMN Danareksa dan Telkom Indonesia, membuat Fraud Detection Consortium (FDC) dengan menggandeng Asosiasi Fintech Indonesia atau AFTECH.
Jalin Pembayaran Nusantara merupakan digital enabler sistem keuangan nasional. Fraud Detection Consortium yang diperkenalkan dalam acara Mandiri BFN Fest 2025, disebut menjadi yang pertama di industri terkait di Indonesia.
Inisiatif Fraud Detection Consortium dilatarbelakangi transaksi pembayaran digital yang mencapai 12,99 miliar atau naik 38,08% secara tahunan alias year on year (yoy). Namun, pertumbuhan ini juga membawa peningkatan risiko, baik fraud maupun insiden siber yang semakin terorganisasi.
Sementara itu, mekanisme pertahanan yang masih berjalan secara silo menyebabkan data fraud terfragmentasi dan menciptakan blind spot industri sehingga indikasi serangan kerap terlambat teridentifikasi.
Sekretaris Jenderal AFTECH Firlie Ganinduto mengatakan menegaskan Fraud Detection Consortium akan menjadi pilar utama dalam penguatan tata kelola mitigasi fraud dan insiden siber di Indonesia, utamanya di ekosistem fintech dan keuangan digital.
“Melawan fraudster yang terorganisasi tidak bisa dilakukan secara parsial. Industri membutuhkan wadah untuk penyelarasan standar keamanan dan pertukaran insight. Ini langkah konkret AFTECH dan Jalin untuk melindungi ekosistem fintech agar tumbuh sehat dan tepercaya,” ujar Firlie dalam keterangan pers, Jumat (12/12).
Secara konseptual, Fraud Detection Consortium dirancang sebagai ekosistem intelijen fraud yang mengonsolidasikan sinyal risiko dari berbagai entitas industri. Pendekatan ini memungkinkan data yang sebelumnya terfragmentasi di masing-masing lembaga, diolah menjadi wawasan anti-fraud yang lebih utuh dan relevan.
Ke depan, Fraud Detection Consortium dipersiapkan untuk bersinergi dengan berbagai inisiatif anti-scam nasional, guna memperluas cakupan deteksi dan respons risiko.
Sebagai tahapan awal, inisiatif ini dimulai melalui adopsi Jalin Fraud Management System (FMS) berbasis shared infrastructure. Implementasi akan dilakukan secara bertahap kepada anggota AFTECH dan jaringan member Jalin, sekaligus menjadi fondasi teknis bagi pengembangan Fraud Detection Consortium sebagai tulang punggung intelijen fraud di industri keuangan digital.
Pendekatan itu memperluas akses terhadap kapabilitas keamanan berstandar industri, khususnya bagi emerging fintech yang menghadapi keterbatasan investasi untuk membangun sistem secara mandiri.
Direktur Utama Jalin Ario Tejo Bayu Aji menambahkan pembentukan Fraud Detection Consortium bertujuan memperkuat kesiapan industri menghadapi kompleksitas risiko fraud di sektor keuangan digital.
“Dengan pendekatan shared infrastructure, FMS membuka akses kapabilitas pertahanan yang setara bagi seluruh pelaku, sehingga industri dapat menghadapi pola ancaman yang semakin canggih dengan kesiapan yang sama kuat,” ujar Ario.
Pembentukan Fraud Detection Consortium bertujuan menjadi wadah kolaborasi industri untuk memerangi fraud dan insiden siber yang berkaitan dengan layanan keuangan digital melalui mekanisme pertukaran intelijen data terpusat.
Selanjutnya, AFTECH dan Jalin akan menggelar uji coba bertahap. Selain itu, dialog berkelanjutan dengan regulator untuk memperkuat kerangka kebijakan dan memastikan kesiapan operasional ekosistem keuangan digital.


:strip_icc()/kly-media-production/medias/5432198/original/038210700_1764758897-InShot_20251203_163835611.jpg)

