GenPI.co - Jumlah pengguna vape di Inggris untuk pertama kalinya melampaui jumlah perokok, menurut data Kantor Statistik Nasional (ONS).
Data pada 2024 menunjukkan 1 dari 10 orang dewasa berusia 16 tahun ke atas (10%) menggunakan rokok elektrik setiap hari atau sesekali, dibandingkan dengan 9,1% yang masih merokok.
Itu setara dengan sekitar 5,4 juta pengguna vape dan 4,9 juta perokok.
Sepuluh tahun lalu, pada 2014, 18,8% orang dewasa memilih rokok dan hanya 3,7% yang menggunakan vape.
David Mais dari ONS mengatakan untuk pertama kalinya jumlah pengguna rokok elektrik melampaui jumlah perokok.
"Memang sejalan dengan tren penurunan prevalensi merokok selama satu dekade terakhir," ujarnya, dilansir PA Media, Kamis (11/12).
Data juga menunjukkan perbedaan antara pria dengan wanita.
Pada 2024, 1 dari 10 wanita menggunakan vape setiap hari atau sesekali, naik dari 8,5% pada 2023.
Penggunaan vape pada pria menurun dari 11% pada 2023 menjadi 10,1% pada 2024.
Penggunaan vape paling tinggi terdapat pada kelompok usia 16-24 tahun yang mencapai 13%, meski turun dari 15,8% tahun sebelumnya.
Sementara penggunaan harian paling banyak ditemukan pada kelompok usia 25-34 tahun dan 35-49 tahun.
ONS juga mencatat bahwa 6,7% orang dewasa menggunakan vape setiap hari pada 2024, meningkat dari 5,9% pada 2023.
Selain itu, 2,7% orang yang belum pernah merokok dilaporkan menggunakan vape, menandai meningkatnya pengguna baru yang tidak memiliki riwayat merokok.
Sejumlah pakar menanggapi temuan tersebut.
CEO Action on Smoking and Health Hazel Cheeseman menyebutnya sebagai momen penting yang menunjukkan pergeseran konsumsi nikotin dari tembakau ke vape.
Dia menilai pertumbuhan vape membantu menurunkan angka merokok, tetapi memperingatkan risiko bagi perokok pasif dan meningkatnya penggunaan oleh kaum muda.
Dia menekankan pentingnya regulasi lebih ketat melalui RUU Tembakau dan Vape.
Deborah Arnott dari University College London mengatakan meningkatnya penggunaan vape di kalangan non-perokok menunjukkan perlunya aturan yang lebih kuat untuk membatasi daya tarik produk tersebut, khususnya bagi anak muda.
Dia mendesak agar RUU Tembakau dan Rokok Elektrik segera disahkan.
Direktur Kelompok Hak Perokok Forest Simon Clark berpendapat penurunan jumlah perokok merupakan hasil edukasi publik dan munculnya produk nikotin berisiko lebih rendah seperti vape serta kantong nikotin.
Profesor emeritus epidemiologi dari Universitas Nottingham John Britton juga menilai transisi menuju vaping telah menghasilkan penurunan prevalensi merokok yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Hal itu berpotensi mencegah jutaan kematian dini. (*)
Simak video berikut ini:




