EtIndonesia. Perang bersenjata antara Thailand dan Kamboja kembali meningkat secara tajam pada Selasa, 10 Desember, menandai eskalasi paling serius sejak konflik kembali pecah beberapa hari sebelumnya. Pada hari ketiga pertempuran, militer Thailand mengerahkan kekuatan darat, udara, dan sistem nirawak secara simultan ke wilayah garis depan Kamboja, sementara Kamboja membalas dengan tembakan roket jarak menengah dan artileri berat.
Pasukan Mekanis Thailand Masuki Kota Garis Depan Kamboja
Rekaman lapangan yang beredar luas pada 10 Desember memperlihatkan Brigade Infanteri Mekanis ke-122 Angkatan Darat Kerajaan Thailand, didukung kendaraan tempur infanteri Stryker, memasuki kawasan perkotaan di wilayah garis depan Kamboja. Operasi ini menandai pergeseran strategi Thailand dari sekadar serangan jarak jauh menuju manuver darat langsung.
Pada hari yang sama, warga Thailand merekam konvoi panjang kendaraan lapis baja Stryker melaju di jalan raya menuju perbatasan. Video tersebut mengonfirmasi bahwa militer Thailand terus mengirim peralatan berat dan pasukan tambahan untuk memperkuat operasi darat.
Setibanya di medan tempur, infanteri Thailand terlihat mengoperasikan meriam otomatis dan senapan mesin berat yang terpasang pada kendaraan Stryker, menembaki posisi Kamboja. Dalam rekaman, suara rentetan tembakan terdengar jelas, disertai komunikasi intens antarunit melalui radio taktis.
Kamera juga menangkap setidaknya dua kendaraan tempur tambahan yang bergerak beriringan dengan Stryker utama. Desa yang menjadi lokasi pertempuran tampak telah ditinggalkan penduduk, sementara pasukan Thailand terus menembaki sasaran di kejauhan, mengindikasikan upaya pembersihan area.
Profil Kendaraan Tempur Stryker
Thailand merupakan salah satu sekutu awal Amerika Serikat di Asia Tenggara yang memperoleh izin ekspor kendaraan lapis baja Stryker.
- 2019: Thailand menerima 60 unit Stryker
- 2021: Jumlah ditingkatkan hingga sekitar 130 unit
Stryker berbobot sekitar 16 ton, menggunakan penggerak delapan roda, mampu mengangkut 9 personel infanteri, dan dipersenjatai senapan mesin berat atau pelontar granat 40 mm. Kendaraan ini unggul dalam kecepatan, mobilitas jalan raya, dan biaya perawatan, namun memiliki keterbatasan dalam medan berat seperti hutan lebat dan pegunungan—kondisi yang umum di wilayah perbatasan Thailand–Kamboja.
Drone Serang Desa, Drone Bunuh Diri KB-10 Digunakan
Selain pasukan darat, pada 10 Desember Angkatan Darat Thailand juga mengerahkan drone bersenjata untuk menyerang bangunan di sebuah desa di wilayah Kamboja. Rekaman menunjukkan bom yang dijatuhkan drone menghantam sasaran, menyebabkan atap bangunan runtuh dan asap tebal membumbung tinggi.
Video warga setempat juga mengungkap penggunaan drone bunuh diri KB-10, yang dikembangkan oleh Angkatan Udara Thailand. Drone ini pertama kali diperkenalkan pada 2024 dan kini memiliki dua varian utama, dirancang untuk serangan presisi terhadap target statis maupun semi-bergerak.
Serangan Udara dan Artileri Berat Thailand
Di udara, Angkatan Udara Thailand mengerahkan jet tempur untuk menyerang pos militer Kamboja di sepanjang perbatasan. Serangan lintas batas dan duel artileri menjadi ciri utama pertempuran hari itu.
Pada malam 10 Desember, militer Thailand kembali melancarkan tembakan artileri intensif ke posisi Kamboja. Rekaman menunjukkan penggunaan meriam tarik M198 buatan Amerika Serikat, baik pada siang maupun malam hari. Citra drone memperlihatkan kerusakan parah di beberapa posisi pertahanan Kamboja akibat bombardemen tersebut.
Dalam operasi darat, Angkatan Darat Thailand juga menghancurkan sebuah menara derek di dekat Preah Vihear, yang menurut pihak Thailand digunakan militer Kamboja untuk perangkat perang elektronik dan pengacau sinyal. Saat derek tersebut roboh, terdengar sorak-sorai prajurit Thailand, sementara debu tebal dan api menyelimuti lokasi.
Jet Gripen Bom Kasino di Perbatasan
Rekaman malam hari memperlihatkan jet tempur Gripen multiguna milik Thailand menjatuhkan bom berdaya ledak tinggi ke sebuah kasino di wilayah perbatasan Kamboja, tepat di seberang Provinsi Surin, Thailand.
Menurut klaim Thailand, kasino tersebut digunakan oleh militer Kamboja sebagai lokasi peluncuran drone dan tempat penyamaran sistem roket BM-21.
Keberhasilan Darat Thailand
Dalam salah satu video, prajurit Thailand terlihat mengibarkan bendera nasional Thailand di puncak sebuah bukit, sambil bernyanyi dalam bahasa Thai. Mereka menggunakan senapan serbu Type-11 kaliber 5,56 mm, senjata produksi dalam negeri yang menjadi perlengkapan standar Angkatan Darat Thailand.
Balasan Kamboja: Roket Tiongkok dan Artileri Soviet
Menanggapi serangan Thailand, militer Kamboja merilis rekaman yang menunjukkan pasukan mereka di Provinsi Oddar Meanchey menembakkan roket menggunakan sistem peluncur roket ganda PHL-90 buatan Tiongkok, dengan sasaran wilayah sekitar Si Sa Ket, Thailand.
PHL-90 merupakan peluncur roket beroda kaliber 122 mm dengan 40 tabung peluncur, jangkauan 15–20 kilometer, dan berakar dari sistem BM-21 Grad Uni Soviet yang dikembangkan pada era 1960–1970-an.
Rekaman warga Kamboja memperlihatkan kendaraan PHL-90 ditempatkan di dalam desa, sementara anak-anak masih bermain dan warga berlalu-lalang dengan sepeda motor, menandakan bahwa lokasi tersebut merupakan jalur vital desa.
Selain PHL-90, Kamboja juga mengerahkan BM-21 Grad dan RM-70 buatan Republik Ceko. Setidaknya 10 unit RM-70 terlihat dalam satu video, menembakkan roket secara serentak, menciptakan suara gemuruh yang terus-menerus di langit perbatasan.
Persenjataan Infanteri Kamboja
Dalam baku tembak darat, Angkatan Darat Kamboja terlihat menggunakan:
- Senapan Type-56 buatan Tiongkok, warisan pasokan besar era Khmer Merah
- AK-104 buatan Rusia kaliber 7,62 mm, senjata ringan terkuat yang sejauh ini tampak digunakan dalam konflik
Krisis Kemanusiaan Memburuk
Di tengah pertempuran, pada malam 10 Desember, gelombang besar pengungsi Kamboja terlihat meninggalkan rumah mereka.
Menurut laporan The Guardian, eskalasi perang telah menyebabkan sekitar 500.000 warga dari kedua negara mengungsi, berlindung di sekolah, pagoda, dan tempat penampungan darurat, sementara puluhan orang dilaporkan tewas.
Rekaman menyentuh menunjukkan seorang ibu Kamboja yang menolak mengungsi, mengaku telah melewati terlalu banyak peperangan dan tidak ingin kembali hidup dalam pelarian. Namun, saat tembakan semakin dekat, keluarganya tetap membawanya keluar dari zona bahaya.
Video lain memperlihatkan warga meninggalkan desa dengan sepeda motor, mobil tua, hingga traktor pertanian, banyak di antaranya membawa anak-anak, menandai eksodus massal dari wilayah konflik.
Serangan ke Rumah Sakit Thailand
Pada 10 Desember, militer Kamboja juga menembakkan roket ke sebuah rumah sakit di Provinsi Surin, Thailand. Pihak rumah sakit segera mengevakuasi pasien, dokter, dan perawat ke bunker perlindungan udara, untuk menghindari korban sipil.
Hari Ketiga Perang, Tanpa Tanda Gencatan Senjata
Hingga saat ini, perang Thailand–Kamboja telah memasuki hari ketiga. Belum terlihat indikasi nyata bahwa kedua pihak akan segera menempuh perundingan damai atau gencatan senjata.
Langkah Thailand yang menembus wilayah Kamboja secara langsung menunjukkan keputusan strategis untuk menghantam kekuatan militer lawan secara keras dan cepat, sementara Kamboja tampak memilih serangan roket dan artileri jarak menengah sebagai bentuk perlawanan.
Situasi di perbatasan tetap sangat fluktuatif, dan eskalasi lebih lanjut masih menjadi ancaman nyata bagi stabilitas kawasan Asia Tenggara.





