EtIndonesia. Suatu hari, Henry Ford menjual sebuah mobil kepada seorang dokter. Di dekatnya, seorang pekerja yang ikut menyaksikan transaksi itu bergurau kepada temannya: “Entah kapan kita bisa membeli mobil seperti itu.”
Temannya pun membalas candaan itu: “Gampang saja! Mulai sekarang kamu jangan makan, jangan tidur, kerja 24 jam sehari. Saya rasa, lima tahun sudah cukup untuk beli satu mobil.”
Semua orang yang mendengarnya langsung tertawa. Namun Ford tidak ikut tertawa.
Perkataan sederhana dan bernada bercanda itu justru membuatnya terpikir sesuatu: mungkinkah dia menciptakan mobil yang harganya cukup murah sehingga bahkan tukang semir sepatu pun mampu membelinya?
Empat tahun kemudian, lahirlah mobil legendaris Model T. Harga mobil itu 80% lebih murah dibandingkan mobil-mobil lain di pasaran—hanya 575 dolar per unit. Begitu dipasarkan, mobil itu langsung ludes terjual dan permintaan melonjak tak terbendung.
Ford pun berkata: “Bahkan sebuah lelucon, bila kamu mau memikirkannya dengan sungguh-sungguh, bisa memicu inspirasi bisnis yang luar biasa.”
Karena kesungguhannya memperhatikan hal-hal kecil, Ford—seorang pengusaha dengan rasa tanggung jawab sosial yang kuat, yang ingin menjadikan mobil sebagai alat transportasi yang dapat digunakan oleh semua orang—mampu melihat peluang besar dari sebuah candaan sederhana.
Mampu atau tidaknya seseorang melihat perbedaan kecil dalam detail—itulah yang membedakan antara orang yang bersungguh-sungguh dan yang tidak. Itulah pula yang membedakan antara orang yang bertanggung jawab terhadap hasil, dengan mereka yang hanya menjalani tanpa tujuan. Dan perbedaannya akan menghasilkan hasil yang sama sekali berbeda. (jhn/yn)


