Operasi Senyap AS Terbongkar: Machado Lolos, B-52 Terbang Rendah, Tekanan Multi-Front ke Beijing Dimulai

erabaru.net
1 jam lalu
Cover Berita


EtIndonesia.
Dalam beberapa hari terakhir, situasi internasional dan kondisi internal Tiongkok mengalami guncangan besar yang terjadi hampir bersamaan. Di Amerika Latin, Venezuela—sekutu strategis utama Partai Komunis Tiongkok (PKT)—diguncang peristiwa politik mengejutkan setelah pemimpin oposisi terkemuka Maria Machado berhasil melarikan diri secara dramatis dari negaranya. Di saat yang sama, Amerika Serikat meningkatkan tekanan terhadap rezim Presiden Nicolás Maduro, termasuk melalui manuver militer strategis yang jarang terjadi.

Secara paralel, di dalam negeri Tiongkok sendiri, berbagai persoalan sensitif turut memanas: meluasnya kasus Ma Xingrui yang menyeret elite politik dan ekonomi Shenzhen, meningkatnya tekanan publik terhadap kasus “Taiwan 204 Archives”, serta terus bergulirnya perkara Yu Menglong. Gelombang dukungan warganet dan aksi “menabrak sensor” di media sosial menunjukkan bahwa upaya stabilisasi internal Beijing menghadapi tantangan yang semakin berat.

Maria Machado Muncul di Oslo: Titik Balik Politik Venezuela

Pada 10 Desember 2025, media Inggris The Guardian melaporkan kemunculan mengejutkan Maria Machado di balkon Hotel Grand, Oslo, Norwegia. Tokoh oposisi Venezuela berusia 58 tahun itu melambaikan tangan kepada para pendukungnya, menandai kemunculan publik pertamanya setelah hampir 11 bulan hidup dalam persembunyian.

Machado—yang dikenal luas sebagai figur oposisi paling berpengaruh dan penerima penghargaan internasional—berhasil keluar dari Venezuela meski pemerintah Maduro memberlakukan larangan bepergian ke luar negeri selama 10 tahun terhadap dirinya. Keberhasilan ini dipandang banyak analis sebagai titik balik krusial dalam dinamika politik Venezuela.

Sumber-sumber diplomatik menyebutkan bahwa proses pelarian Machado berlangsung dalam kondisi sangat menegangkan. Bahkan, beredar informasi bahwa pemerintahan Donald Trump telah mengetahui rencana tersebut sebelumnya. Dalam rentang waktu tertentu, dua jet tempur F-18 Angkatan Laut AS dilaporkan berpatroli selama sekitar 40 menit di wilayah udara sekitar Karibia, memicu spekulasi luas tentang keterlibatan tidak langsung Washington.

Aktivis anti-PKT yang berbasis di Amerika Serikat, Tang Boqiao, menyatakan bahwa jika rezim Maduro runtuh, Maria Machado hampir pasti memenangkan pemilihan nasional. Dia menyebut 10 Desember 2025 sebagai hari penentu bagi masa depan politik Venezuela, sekaligus menandai hilangnya satu sekutu strategis PKT di belahan dunia Barat.

Meski pemerintah Caracas telah memperingatkan bahwa Machado akan langsung ditangkap jika kembali ke tanah air, sang pemimpin oposisi menegaskan tekadnya untuk pulang. Ia bersumpah akan mengakhiri pemerintahan otoriter dan membebaskan Venezuela “secepat mungkin”.

AS Tingkatkan Tekanan: Sanksi Finansial dan Unjuk Kekuatan Militer

Tekanan Amerika Serikat terhadap Venezuela meningkat tajam dalam waktu hampir bersamaan. Menurut laporan Axios, pada Kamis, 11 Desember 2025, pemerintahan Trump mengumumkan sanksi baru terhadap:

Dari sekitar 80 kapal tanker minyak Venezuela yang beroperasi di perairan nasional dan lepas pantai, lebih dari 30 kapal kini telah masuk daftar sanksi AS, mempersempit ruang gerak ekonomi rezim Caracas.

Tekanan tidak hanya bersifat finansial. Pada 10 Desember 2025, jet tempur F-18 Super Hornet AS terbang rendah di atas Teluk Venezuela. Pada malam hari yang sama, sebuah pembom strategis B-52 yang lepas landas dari Pangkalan Udara Minot muncul secara langka di Karibia Selatan dan sempat berputar di dekat pesisir Venezuela.

B-52 dikenal sebagai pembom strategis jarak jauh dengan daya angkut senjata sangat besar, mampu terbang lintas benua tanpa pengisian bahan bakar. Selama puluhan tahun, pesawat ini menjadi simbol kekuatan udara Amerika Serikat dan alat tekanan strategis yang sangat kuat.

Dugaan Faktor PKT: Kilang Minyak dan Armada Laut

Mantan pejabat CIA, John Kiriakou mengungkapkan bahwa pengerahan kekuatan AS ke dekat Venezuela tidak semata-mata ditujukan kepada Maduro. Menurutnya, faktor kunci justru berkaitan dengan kehadiran dan kepentingan PKT di kawasan Karibia.

Dia menyebut bahwa Tiongkok telah membangun kilang minyak berskala besar di Karibia untuk memurnikan minyak Venezuela secara langsung, sebuah langkah yang dianggap Washington sebagai ancaman strategis. Kiriakou menegaskan bahwa indikator utama niat militer AS selalu terletak pada pergerakan armada lautnya.

“Jika ingin tahu kapan Amerika benar-benar serius mempertimbangkan tindakan militer, perhatikan lautnya,” ujarnya. “Dan kali ini, sinyalnya sangat jelas.”

Sinyal Global: Jepang, Taiwan, dan Kepanikan Beijing

Tekanan terhadap Beijing tidak berhenti di Amerika Latin. Kementerian Pertahanan Jepang mengonfirmasi bahwa pada 10 Desember 2025, dua pembom nuklir B-52 AS terbang bersama enam pesawat tempur Jepang di Laut Jepang. Latihan ini digelar sebagai respons atas latihan militer gabungan Tiongkok–Rusia di sekitar Jepang dan Semenanjung Korea, sekaligus sebagai penegasan komitmen pertahanan aliansi AS–Jepang.

Sejumlah pengamat menilai bahwa yang paling membuat Beijing cemas bukan semata krisis Venezuela, melainkan pola tekanan multi-titik yang sedang diuji oleh Washington—mulai dari Amerika Latin, Asia Timur, hingga potensi eskalasi di Selat Taiwan.

Venezuela selama ini merupakan sekutu anti-AS terpenting PKT di Amerika Latin, sekaligus basis utama penetrasi Tiongkok di bidang energi, politik, dan pengaruh strategis kawasan. Keberhasilan Maria Machado lolos, tampil di panggung diplomatik Barat, serta diiringi peningkatan tekanan militer dan ekonomi AS, dipandang sebagai pukulan strategis langsung bagi Beijing.

Penutup: Tekanan Bertumpuk di Banyak Arah

Rangkaian peristiwa pada 10–11 Desember 2025 menunjukkan bahwa lanskap geopolitik global tengah memasuki fase tekanan serentak. Di satu sisi, rezim Maduro terdesak dari dalam dan luar. Di sisi lain, Tiongkok menghadapi tantangan berlapis—baik dari runtuhnya sekutu strategis, meningkatnya tekanan militer AS, maupun gejolak internal yang semakin sulit dikendalikan.

Bagi banyak pengamat, perkembangan ini bukan sekadar episode regional, melainkan indikasi perubahan keseimbangan kekuatan global yang dampaknya masih akan terus bergulir dalam waktu dekat.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Tabungan Haji Tumbuh 10 Persen, Bank Mega Syariah Tebar Hadiah Program Poin Haji Berkah
• 21 jam laluviva.co.id
thumb
Pemkot Tangsel Bantah Pelatihan di Bandung Pemborosan, Klaim Investasi Jangka Panjang
• 20 jam lalukompas.com
thumb
Presiden Prabowo Bakal Bahas Percepatan Pembangunan Papua, Kepala Daerah Dilibatkan
• 20 jam lalukompas.id
thumb
Catatan OJK Soal Kaburnya Dana Investor Asing dari Pasar Obligasi RI
• 23 jam lalubisnis.com
thumb
Kemendagri Gandeng BRIN Perkuat Inovasi Daerah
• 16 jam lalurepublika.co.id
Berhasil disimpan.