Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) membeberkan beberapa faktor utama yang diprediksi akan menopang perkembangan industri dana pensiun pada 2026.
Ketua Umum ADPI Abdul Hadi menyebut faktor pertama adalah stabilitas dan prospek ekonomi dan prospek suku bunga yang lebih terukur yang bisa memberikan ruang bagi penguatan kinerja investasi jangka panjang.
“Kedua, arah kebijakan dan regulasi yang mendorong perluasan cakupan program pensiun baik Dana Pensiun Pemberi Kerja [DPPK] maupun Dana Pensiun Lembaga Keuangan [DPLK],” katanya kepada Bisnis, dikutip pada Jumat (12/12/2025).
Dia melanjutkan, faktor ketiga adalah tren investasi yang semakin berorientasi pada kewajiban jangka panjang dan dengan manajemen risiko yang baik, diversifikasi, dan instrumen pasar yang lebih matang.
“Kombinasi faktor-faktor ini kami nilai akan menciptakan momentum positif bagi penguatan industri dana pensiun secara menyeluruh,” tegas Presiden Direktur Dana Pensiun Telkom tersebut.
Dia menambahkan bahwa pelayanan, edukasi, dan digitalisasi penting ditingkatkan para penyelenggara dana pensiun supaya industri ini dapat bertumbuh dengan baik di tahun mendatang.
Baca Juga
- Asosiasi Berikan Pandangan soal Prospek Dana Pensiun pada 2026
- Dapen BCA Ungkap 3 Tantangan yang Bakal Dihadapi Industri Dana Pensiun pada 2026
Menurut Abdul, ketiga hal tersebut bisa membuat publik semakin memahami dana pensiun, sehingga jumlah peserta bisa meningkat, terkhusus dari kalangan pekerja informal dan individual. Selain itu, aset kelolaan juga diharapkan bisa ikut meningkat.
Adapun, secara umum ADPI menilai industri dana pensiun di 2026 tetap dalam kondisi positif dan memiliki potensi untuk tumbuh, baik dari sisi aset kelolaan (AUM) maupun dari jumlah peserta.
“Diharapkan dengan kondisi ekonomi yang terus membaik membuat aset kelolaan meningkat, karena kinerja investasi dapat memberikan kontribusi pertumbuhan aset. Pertumbuhan peserta masih terbuka, baik dari peserta secara korporasi maupun individual yang dapat memiliki iuran sukarela dan program pensiun secara mandiri,” jelas dia.
Kendati demikian, Abdul tidak menampik masih ada tantangan utama yang akan dihadapi industri dana pensiun di 2026 nanti. Misalnya, menjaga kinerja investasi di tengah dinamika pasar yang masih fluktuatif, sekaligus memastikan kecukupan pendanaan jangka panjang.
Selain itu, menurutnya industri dana pensiun perlu memperkuat tata kelola, kepatuhan, dan manajemen risiko seiring regulasi yang semakin detail.
“Transformasi digital dan peningkatan kapabilitas SDM juga menjadi agenda penting, agar dana pensiun mampu beradaptasi dan tetap relevan di tengah perubahan lingkungan ekonomi dan demografi,” sebutnya.
Oleh karena itu, ADPI menyarankan agar para penyelenggara dana pensiun dapat memperkuat disiplin manajemen risiko, menjaga kesesuaian antara aset dan liabilitas dalam setiap keputusan investasi, dengan tetap menerapkan diversifikasi investasi yang sehat.
Selain itu, imbuhnya, penyelenggara perlu meningkatkan kualitas layanan, transparansi, dan literasi kepada peserta supaya produk dana pensiun semakin dipahami dan diminati.
“Di tengah dinamika ekonomi 2026, pendekatan investasi yang prudent, governance yang kuat, serta komunikasi yang efektif kepada peserta akan menjadi kunci menjaga kinerja dan memperkuat daya tarik program,” ujarnya.



