Upaya pelestarian Elang Jawa mendapat dorongan baru dari pemerintah. Kementerian Kehutanan tengah memperkuat perlindungan satwa langka ini melalui rencana penambahan tujuh kawasan konservasi baru di Pulau Jawa.
Wakil Menteri Kehutanan, Rohmat Marzuki, menyebut Elang Jawa bukan sekadar satwa liar, melainkan simbol ekologis dan identitas nasional yang melekat dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Sehingga telah ditetapkan sebagai satwa langka nasional melalui Keppres 4/1993
"Elang Jawa sebagai satwa karismatik di Pulau Jawa, memegang peranan penting di alam, menjaga keseimbangan ekosistem sebagai salah satu predator puncak di hutan-hutan Pulau Jawa. Satwa ini juga kerap dinilai identik dengan lambang negara Republik Indonesia, yaitu Burung Garuda," kata Rohmat dalam seminar Tiga Dekade Konservasi Elang Jawa di IPB Convention Center, Bogor, Jumat (12/12).
Namun, kekuatan simbolik itu berbanding terbalik dengan kondisi populasi Elang Jawa. Saat ini jumlahnya ditaksir hanya sekitar 700-1.000 individu dan statusnya terancam punah (endagered).
"Saat ini, Elang Jawa merupakan satwa dilindungi dan tercatat dalam kategori endangered atau terancam, berdasarkan daftar merah IUCN atau IUCN Red List," tuturnya.
Menjawab tantangan itu, Kemenhut tengah memproses penetapan tujuh kawasan konservasi baru yang bisa menjadi penopang keberlangsungan habitat Elang Jawa. Tambahan kawasan konservasi itu berupa Taman Nasional (TN) dan Taman Hutan Raya (Tahura).
"Saat ini sedang berproses penetapan dari usulan Tahura di Gunung Muria. Kemudian Gunung Slamet sebagai Taman Nasional, yang diusulkan oleh Pemprov Jawa Tengah. Kemudian [usulan] Tahura Gunung Lawu oleh Pemprov Jawa Timur. Juga sedang berproses usulan Taman Nasional Gunung Sanggabuana di Kabupaten Karawang, Purwakarta, Bogor, dan Cianjur," jelas Rohmat.
Selain itu, ada 3 usulan Tahura lain di Jawa Barat yakni Gunung Wayang di Kabupaten Bandung, Gunung Cikuray di Kabupaten Garut, dan Gunung Cibungur di Kabupaten Purwakarta.
"Semoga proses ini bisa berjalan dengan lancar dan kita bisa tetapkan sebagai kawasan konservasi yang akan mendukung untuk konservasi Elang Jawa di habitatnya," ucap Rohmat.
Tak hanya dari sisi pemerintah, sektor swasta juga turut berperan. Program Director Bakti Lingkungan Djarum Foundation, Jemmy Chayadi, menyebut semula pihaknya fokus konservasi Macan Tutul Jawa di Gunung Muria.
Dalam perjalanannya, ternyata Gunung Muria juga menjadi rumah bagi Elang Jawa. Temuan itulah yang mendorong Djarum Foundation bekerja bersama para pegiat konservasi burung pemangsa, seperti tim Burung Indonesia hingga para ahli lapangan.
Keberadaan Elang Jawa di Gunung Muria menjadi alasan Djarum Foundation mulai terlibat langsung dalam pelestarian spesies tersebut. Jemmy menekankan perlunya kolaborasi jangka panjang untuk keberlangsungan spesies Elang Jawa.
"Semoga apa yang kami sudah pelajari di konservasi Macan Tutul Jawa bisa menjadi inspirasi untuk [pelestarian] Elang Jawa," tutup Jemmy.





:strip_icc()/kly-media-production/medias/5441315/original/096629600_1765499168-IMG-20251212-WA0005.jpg)