China Mendominasi Dunia dengan Memimpin 90 Persen Teknologi Strategis

kompas.id
20 jam lalu
Cover Berita

China kini menjadi negara adidaya dalam sains dan teknologi, menggeser dominasi Amerika Serikat yang sebelumnya berjaya di awal abad ini. Dominasi China ini didapatkan dengan memimpin riset dan penguasaan hampir 90 persen teknologi penting termasuk energi nuklir, biologi sintetis, dan satelit kecil.

Dominasi China itu bisa dilihat dalam "Critical Technology Tracker" dari lembaga pemikir independen yang dikelola Australian Strategic Policy Institute (ASPI). Dalam laporannya awal bulan ini, lembaga ini mengevaluasi riset pada 74 teknologi terkini dan yang berkembang tahun ini, meningkat dari 64 teknologi yang dianalisis tahun lalu.

"Sepuluh teknologi baru yang ditambahkan ke dalam analisis ASPI merupakan kunci keunggulan strategis,” sebut Jenny Wong-Leung dan Stephan Robin, ilmuwan data ASPI, yang menulis laporan.

Beberapa teknologi baru tersebut meliputi antara lain komputasi dan komunikasi canggih, kecerdasan buatan, dan neuroteknologi baru yang relevan dengan integrasi manusia-mesin. Kumpulan data juga telah diperbarui sepenuhnya untuk memastikan akurasi dan keterbandingan.

Pelacakan ini mengukur bukan hanya kekuatan keseluruhan suatu negara dalam teknologi kritis, tetapi kinerja risetnya di bidang tersebut. Hal ini dilakukan dengan berfokus pada penelitian berdampak tinggi, yaitu 10 persen makalah penelitian yang paling banyak dikutip.

Kinerja lima tahun suatu negara antara tahun 2020 dan 2024 diambil sebagai indikator utama kemampuan sains dan teknologi masa depannya.

Membalikkan dominasi

Hasil analisis menunjukkan, dalam delapan dari 10 teknologi yang baru ditambahkan, China memiliki keunggulan yang jelas dalam pangsa globalnya dalam hasil riset berdampak tinggi.

Empat teknologi, seperti komputasi awan (cloud and edge computing), visi komputer, AI generatif, dan integrasi grid, punya peringkat risiko monopoli teknologi (technology monopoly risk) tinggi, mencerminkan konsentrasi keahlian substansial di lembaga-lembaga China.

Secara total, China menduduki peringkat pertama untuk penelitian pada 66 dari 74 teknologi yang dianalisis, termasuk energi nuklir, biologi sintetis, satelit kecil.

Sementara Amerika Serikat hanya menduduki peringkat teratas untuk 8 teknologi lainnya, terutama dalam bidang neuroprostetik dengan kategori TMR sedang dan geoteknik dengan kategori TMR rendah.

Bidang neuroprostetik menonjol sebagai satu-satunya teknologi di AS dalam Tech Tracker yang tak memiliki lembaga China di 10 besar. Keunggulan AS diperkuat fakta bahwa tujuh lembaga dengan upaya penelitian terbesar di bidang ini semuanya berbasis di AS.

Namun, kini China memimpin penelitian tentang satelit kecil, yang sebelumnya merupakan bidang yang dipimpin oleh AS.

Hasil ini mencerminkan pembalikan drastis. Pada awal abad ini, Amerika Serikat memimpin lebih dari 90 persen teknologi yang dinilai, sedangkan China hanya memimpin kurang dari 5 persen di antaranya, menurut edisi 2024 dari Critical Technology Tracker-ASPI.

Kekuatan Eropa dan Asia

Laporan ASPI ini juga menunjukkan, Uni Eropa tetap menjadi kekuatan yang signifikan, memimpin dalam penelitian berdampak tinggi di empat dari 74 teknologi dan mematahkan dominasi AS-China.

Jerman mempertahankan posisi pertama di Eropa dan sekarang berada di antara lima negara teratas dalam 30 teknologi, naik dari 24 ketika pelacak mencakup 64 teknologi. Italia mencapai lima besar dalam 14 teknologi, sedangkan Prancis melakukannya dalam empat teknologi.

Australia masuk dalam lima negara teratas dunia dalam upaya penelitian di tujuh teknologi, meskipun baru-baru ini kehilangan peringkat lima besar dalam pengolahan mineral kritis, baterai listrik, dan perlindungan canggih.

Baca JugaChina Pamer Purwarupa Persenjataan Tercanggih

Di antara teknologi yang baru ditambahkan, dua universitas Australia masuk daftar 10 besar yang memberi peringkat institusi, yaitu Universitas Tasmania di peringkat keempat riset geoteknik, sedangkan Universitas Melbourne berada di peringkat kedelapan dalam neuroprostetik.

Dari aspek lembaga, Akademi Ilmu Pengetahuan China tetap menjadi lembaga penelitian teknologi terkemuka di dunia, menempati peringkat pertama dalam 31 teknologi.

Universitas Tsinghua di Beijing kehilangan posisi teratasnya dalam sensor kuantum dan antibiotik serta antivirus baru pada universitas-universitas China lain, tapi menduduki urutan pertama dalam dua dari 10 teknologi baru. Di antara universitas-universitas, Tsinghua di Beijing tetap berada di puncak, menempati peringkat pertama dalam lima teknologi.

Asosiasi Helmholtz dari Pusat Penelitian Jerman dan Universitas Teknologi Delft (TU Delft) di Belanda berkinerja terbaik di Eropa, masing-masing muncul di 10 besar global dalam lima teknologi. TU Delft membedakan dirinya dengan menjadi yang pertama dalam komputasi kuantum karena risetnya berdampak tinggi.

Inggris Raya meningkatkan jumlah teknologi di peringkat lima besar negara yakni empat teknologi dibandingkan tahun lalu. Selain itu, negara ini berada di peringkat lima besar dalam delapan dari 10 teknologi baru. Kini negara ini berada di urutan lima besar dalam 48 teknologi, peningkatan besar dari 36 teknologi tahun lalu.

Di kawasan Asia, Korea Selatan masih memimpin setelah China. Negara ini sekarang berada di peringkat lima besar dalam 32 teknologi, termasuk lima teknologi tambahan tahun ini.

Korea Selatan bahkan menggantikan AS di posisi kedua dalam hidrogen dan amonia untuk energi. Sebaliknya, Jepang yang pernah berada di antara lima besar dalam delapan teknologi tetapi sekarang hanya memegang posisi itu dalam empat teknologi.

India juga menunjukkan momentum yang signifikan, sekarang berada di peringkat lima besar negara untuk upaya penelitian dalam 50 teknologi, naik dari 43 tahun lalu. Yang menarik, India telah melampaui AS sebagai negara peringkat kedua dalam lima teknologi.

China membuat kemajuan luar biasa dalam sains dan teknologi yang tercermin dalam riset dan pengembangan, serta publikasi.

Sementara Iran berada di lima besar dalam delapan teknologi, meskipun telah keluar dari lima besar dalam superkapasitor. Institusi terkuatnya adalah Universitas Islam Azad di Teheran.

Baca JugaChina Abstain soal Pengendalian Senjata Berbasis AI

Adapun Arab Saudi telah memperoleh kemajuan, sekarang berada di peringkat lima besar dalam lima teknologi, dengan Universitas Sains dan Teknologi Raja Abdullah muncul di 10 besar institusi dalam tiga aspek teknologi informasi dan komunikasi.

Negara tetangga

Indonesia sama sekali tak terlacak dalam laporan ini. Namun, negara tetangga Singapura berada di lima besar negara dalam meneliti dua teknologi dan institusinya berkinerja lebih baik daripada di banyak negara yang lebih besar.

KOMPAS
Teknologi buatan China lagi-lagi mengejutkan dunia. Di tengah pembatasan impor teknologi canggih yang diberlakukan Amerika Serikat, China mampu meluncurkan program akal imitasi atau AI bernama DeepSeek, yang digadang-gadang mampu menyaingi bahkan mengungguli ChatGPT dan aplikasi akal imitasi lainnya buatan AS yang telah lebih dahulu muncul.

Universitas Teknologi Nanyang adalah pemimpin global dalam realitas yang diperluas (extended reality) dan muncul di 10 besar global untuk 14 teknologi, menjadikannya institusi terkuat di luar China. Di AS, Massachusetts Institute of Technology adalah yang terbaik, menempati peringkat 10 besar dalam 10 bidang teknologi.

Baca JugaChina Menggeser Dominasi Amerika dalam Sains

“ China membuat kemajuan luar biasa dalam sains dan teknologi yang tercermin dalam riset dan pengembangan, serta publikasi,” kata Ilaria Mazzocco, yang meneliti kebijakan industri China di Center for Strategic and International Studies, organisasi riset berbasis di Washington DC, AS, seperti dilaporkan Nature.com, mengomentari laporan ini.

Mazzocco mengatakan tren umum yang diidentifikasi oleh ASPI bukanlah suatu kejutan, tetapi “luar biasa” untuk melihat bahwa China begitu dominan dan maju di begitu banyak bidang dibandingkan dengan Amerika Serikat.

Dalam penguasaan teknologi, China telah menjadi kekuatan baru tak terbantahkan. Untuk mempertahankan dominasinya, China kini lebih cenderung menjadi pemimpin riset teknologi-teknologi terbaru yang dianggap jadi gerbang masa depan, seperti teknologi kecerdasan buatan.

Hasil pemantauan ASPI tersebut juga memperkuat pesan yang jelas bahwa kekayaan sumber daya alam di suatu negar tidak menjadi ukuran kemajuan dan dominasi.

Sebaliknya, pemerintah di seluruh dunia perlu meningkatkan investasi riset dan teknologi untuk menghindari ketergantungan strategis di masa depan, terutama karena satu negara lebih dari negara lain terus melampaui perkembangan di berbagai bidang penting.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Pindad Siapkan Pabrik Mobil Nasional di Subang
• 20 jam lalukumparan.com
thumb
Serangan Drone Ukraina ke Kota Saratov Rusia Tewaskan 2 Orang
• 7 jam lalukumparan.com
thumb
Jasa Marga Beri Diskon Tarif Tol 20 Persen di Trans Jawa Selama Tiga Hari, Intip Jadwalnya
• 18 jam laluidxchannel.com
thumb
3 Santriwati Kabur dari Pesantren di Bogor, Polisi Kembalikan ke Ortu
• 3 jam laludetik.com
thumb
Fraksi Gerindra Tekankan Penguatan Regulasi Kebudayaan Jabar
• 18 jam lalurepublika.co.id
Berhasil disimpan.